Ofita

Keahlian membuat beragam kue tiap momen lebaran menjadi berkah tersendiri buat Indriyani Safitri. Perempuan 42 tahun ini tak lagi risau dengan statusnya sebagai single parent, karena dari kue-kue tersebutlah dia mampu men.ghidupi anak, keponakan serta orangtuanya. Ya, Indri-sapaan akrabnya, dalam tiga tahun terakhir menekuni bisnis kue dengan label nama Ofita.

Dari usaha rumahan ini, Indri meracik aneka kue juga keripik. Namun, dari semua variasi buatan tangannya, produk unggulannya adalah kue bawang abon. Kue bawang inilah yg membuatnya dikenal di Medan. Kue bawang ini bentuknya beda dari kebanyakkan yang biasanya persegi empat atau memanjang. Di tangan Indri, kue bawang ini dibentuk layaknya sawi kecil dan di bagian bawah diisi abon, baik itu abon ayam juga sapi.

Dia mengisahkan, dirinya berani mengambil keputusan menjadikan kebiasaan membuat kue menjadi peluang mendulang uang lantaran bosan hanya membuat tanpa nilai ekonomis yang diterimanya. Dia mengatakan hampir tiap tahun jelang hari raya Idul Fitri, dia harus berjibaku dengan tepung dan membuat kue berkilo-kilo dengan begitu banyak jenis. “Dan itu tidak pernah sedikit, rutin tiap lebaran selalu banyak. Karena almarhum ibu dan bapak saya anak sulung di keluarganya, jadi semua adik-adiknya kumpul di rumah. Makanya kue harus banyak. Tapi belakangan, saya mikirnya kok capek ya buat terus, kenapa nggak dijadikan bisnis, apalagi keluarga suka dengan apa yang saya buat,” bebernya.

Selangkah kemudian, dengan modal hanya puluhan ribu di awal Indri membuat kue di luar momen lebaran. Kini, tak hanya lagi keluarga yang mencicipi. Dia memberikan tester ke kawan-kawan, juga ke rekan kerja bapaknya di Angkasa Pura II, hasilnya positif. Pesanan mulai berdatangan, terutama untuk kue bawang abon yang tampil menonjol di antara kue lainnya. “Ternyata pesanannya enggak tahunan lagi tapi jadi rutinitas harian. Sejak tiga tahun terakhir saya produksi tiap hari. Dengan ini saya sangat terbantu, apalagi sekarang sendiri harus memenuhi segala kebutuhan,” jelasnya.

Setiap hari, produksi kue abon bawang sekira 30 hinga 50 kilo kadang berlebih ditambah kue jenis lain. Jumlah ini bisa naik tiga hingga lima kali lipat jelang lebaran mencapai 150 kilo. Dalam pemasarannya, selain menawarkan ke koleganya, Indri juga sering mengikuti pameran UKM juga memberdayakan reseller. Dia mengemas ukuran 200 gram dengan harga Rp12.500 untuk dijual ke reseller dan reseller yang menjajakan di toko kue 200 gram tersebut dihargai Rp15 ribu. “Bisa juga beli langsung, sekilo harganya fleksibel, tapi standarnya Rp65 ribu,” beber ibu satu anak ini.

Nina-Ofita (2)

Untuk memenuhi permintaan kue bawang abonnya, Indri dibantu oleh satu karyawan yang juga anggota keluargnya, yaitu keponakan. Sedangkan, jumlah pekerja bisa bertambah di momen jelang lebaran. Untuk adonan kue bawang abon, Indri mengatakan menggunakan resep biasa layaknya kue bawang biasanya, hanya saja tidak ditambahkan daun sop yang sejatinya cirri khas kue bawang. Tambahan abon, menurutnya sudah mengkuatkan harum kue bawang. “Jadi enggak pakai daun sop lagi, sedangkan untuk abon saya beli yang sudah jadi. Biasanya paling banyak pesanan kue bawang abon ayam, karena enggak semua bisa makan abon sapi,” ungkapnya. Kue bawang abon yang dikemas plastik cantik buatan Thailand tersebut bisa bertahan tiga sampai empat bulan.

Indri mengaku untuk mempertahankan usahanya tidak mudah, apalagi geliat usaha kuliner di Medan yang sama dengannya sangat banyak. Tak cukup hanya kue yang unik saja, tapi juga butuh rasa yang enak dan mutu terjaga. Pun demikian, Indri menambahkan yang memproduksi kue bawang masih langka di Medan. “Ini keuntungan buat saya, makanya rasa kedepankan rasa dan mutu. Pengalaman selama ini ikut pameran dan membantu memasarkan, dari sepuluh orang yang mencicipi dan ditawarkan delapan orang pasti membeli. Mereka (konsumen) melihat bentuknya lucu, rasanya enak alhamdulillah pasti beli,” jelasnya.

Hanya saja, satu kendala yang dihadapinya saat ini adalah. Acapkali, kue bawang abon isi abon tersebut dikira berisi kacang. “Ada sebagian yang bilang mirip kacang intip, kue yang diisi kacang. Tapi, sejauh ini Alhamdulillah lancar sejauh ini,” pungkasnya. (nina rialita)
Ofita
Owner : Indriyani Safitri
Alamat : Jalan Masjid Gang Soto No 36 G, Helvetia, Medan
Nomor HP : 085213301455/081265236624

Nina Rialita
Wahyu Hidayat
Dari Penghasilan Tetap Menjadi Tetap Berpenghasilan

Terjun di bisnis jasa pelatihan internet marketing bagi Wahyu Hidayat ibarat ketemu jodoh sejati. Dia terpaksa melepaskan impian kedua orangtuanya untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS) setelah gagal tujuh kali mencoba. Dia juga berani mengambil keputusan hengkang dari media online di Sumatera Utara demi menapaki karirnya satu persatu.

Pria kelahiran 14 Maret 1983 ini memulai jasa pelatihan marketing sejak 2013, setelah sebelumnya memantapkan diri bergelut dengan jasa online sejak 2012. Kini, dia berdiri sebagai narasumber dan pembicara untuk pelatihan berbasis online yang mencakup, sebagai guru SEO (belajar training/private SEO), internet marketing, social media marketing dan gadget marketing. Dalam menjalani usahanya, Wahyu menawarkan pelatihan kepada berbagai kalangan tentang pentingnya media onlie untuk pemasaran produk, promosi bisnis, optimasi untuk pemasaran online. Dia juga seringkali menjadi konsultan bisnis-small business enterprise. Dia acapkali menjadi pembicara social media preneur untuk menyentuh pasar pengguna social media pemula. Alumni sarja pertanian Universitas Islam Sumatera Utara ini menjadi tokoh kunci tunggal dalam usahanya. Sejatinya, selain menawarkan pelatihan, dia juga menawarkan jasa promosi online seperti, jasa twitter buzzer, jasa search engine optimization, jasa pembuatan website, jasa digital marketing.

Pria yang juga alumni Diploma Komputer Medicom Medan ini mengaku skill untuk melatih berbasis online bermula dari kegemaran terhadap dunia maya. “Sering online setiap hari, hingga menemukan keahlian yang tanpa disadari dibutuhkan banyak pihak. Otodidak dan awalnya juga ikut pelatihan-pelatihan optimasi online dikarenakan kebutuhan akan ilmu digital. Saya pikir tidak harus memiliki pendidikan formal untuk mendapatkan ilmu yang saya jalani sekarang ini,” ujarnya.

Konsumennya sangat merata, apalagi menurutnya saat ini kebutuhan masyarakat akan pemanfaatan dunia digital sangat besar. “Ya melihat kebutuhan pasar, maka melalui bisnis penyedia jasa pelatihan social media marketing inilah sebagai upaya membantu individu atau perusahaan dalam meningkatkan bisnis dan merek pribadi melalui pengoptimalan digital media,” jelasnya.

Pria yang akrab dengan panggilan Blahe ini mengurai dalam menjalankan usahanya menggunakan strategi yang efektif dalam meningkatkan dan mengelolah publikasi, pemasaran, reputasi sampai meningkatkan pengikut di akun social media (twitter, facebook, dan lain-lain). “Itu semua masuk dalam jasa yang ditawarkan kepada pihak yang membutuhkan. Hal tersebut dilakukan dengan melakukan riset, menemukan pasar, membaca perilaku dan menjangkau pasar. Melalui jasa yang ditawarkan, mampu membangun kepercayaan konsumen, lalu membuat mereka membantu memasarkan apa yang saya bisa ke orang lain,” paparnya.

Untuk penentuan tarif jasanya, Blahe tak sembarang. Dia bahkan melakukan riset harga pasar. Blahe memastikan jasa yang ditawarkan termasuk kategori yang murah. Pelatihan dipatok di atas Rp2 juta per bulan. Pendapatannya jauh meningkat karena ditambah lagi dengan skill lainnya seperti jasa iklan di media online yang dihargai Rp2 juta. Jasa admin social media perusahaan harga publish bisa Rp3 juta per bulan, jasa admin per bulan Rp1 juta minimal tiga bulan kontraknya, jasa naikkan follower bisa Rp500 ribu hingga Rp5 juta. “Untuk pelatihan memang enggak setiap bulan rutin dapat. Kalau pelatihan tergantung materi, jika banyak dan sulit harga tentu lebih mahal. Kadang private saja bisa Rp3 juta per orang. Tergantug nego. Kadang juga Rp1,5 juta. Saat ini, pesanan belum teratur. Tapi tidak bermasalah dengan pendapatan, karena misalnya sepi pesanan masih tertutupi dengan penghasilan saat banyak di bulan sebelumnya untuk jasa lainnya seperti jasa iklan sebulan minimal Rp2 juta, terkadang satu klien bisa Rp5juta. Nah, PR saya sekarang adalah mendapatkan klien teratur bulanan dan ada terus,” bebernya.

Pelatihan, lanjutnya memakan waktu 12 jam per hari, yang rata-rata menghabiskan dua hari. “Biasanya lebih dari sehari, supaya maksimal 24 jam, dan itu dibagi perhari 12 jam. Kadang bisa lebih harinya. Bahkan ada juga ketemu peserta yang masih mau terus dilatih. Yang begini buat saya semangat,” timpalnya.

Terkadang, Blahe juga bermitra dengan rekan. Seperti pelatihan pada Desember 2013, dia tak sendiri, dia mengundang rekan dari Pulau Jawa. “Kami bertiga untuk melatih pelaku UKM di Medan, seperti pengusaha CCTV, penjual luwak kopi, jual camilan dan lainnya. Jadi upah pelatihan dibagi rata bertiga bersama rekan lainnya,” ungkapnya.

Beberapa campaign dari jasanya diberikan dari pihak Bank Mandiri, XL, Telkomsel, Samsung, Air Asia, Magnum, Pocari Sweat, Proman, My Tea, Asean International Hotel Medan, Polonia Hotel, Grand Aston, Most FM Medan, I-Radio Network, Galand, MarkPlus, Femina, Waspada Online, Net TV, Alliance Francaise, Amanda Brownies. “Saat ini pemasaran atau klien masih di Sumatera Utara, diharapkan bisa dari seluruh Indonesia bahkan negara tetangga,” timpalnya.

Blahe menegaskan ini adalah bisnis pilihan. Dia sudah memiliki skill, juga telah memiliki ranah untuk mendulang rupiah sendiri. Apalagi, mentransfer ilmu tentang dunia online bukanlah hal yang tabu baginya yang sudah digelutinya sebagai hobi ini semasa duduk di bangku perkuliahan. Blahe dulunya aktif di jejaring sosial Microsoft Internet Relay Chat (mIRC), dan sempat menjadi seleb chat dijejaring mIRC dengan memakai nick Why_Fly & bLahe dengan channel #Melayang yang dimiliki. Selain itu, dengan latar belakang pendidikan Diploma Komputer bisa dibilang dasar mengapa dia memiliki hobi bersosial media.

Nina-Wahyu Hidayat

Tepat tahun 2011, awal Blahe melejit dia mendirikan akun @ceritamedan digarap sebagai akun anonym. Akun ini awalnya digarap hanya sebatas media informasi seputar kota Medan dengan berlatar belakang sebagai jurnalis di sebuah media online ternama di Medan yang ditekuni sejak tahun 2009. Seiring berjalannya waktu ternyata hobinya berbagi informasi via twitter justru membuat akun @ceritamedan besar dan ini terlihat dari pertambahan follower yang ada.

Kemudian Blahe mendapat tawaran untuk jasa promosi ‘buzz’ di twitter dan mendapat pembayaran yang luar biasa menarik dari pihak Tupperware Indonesia. “Lalu tambah ke jenjang yang lebih baik lagi, yakni saya dipercaya memberikan seminar serta sharing jurnalistik dan ilmu ber-social media yang baik hingga mampu berpenghasilan di beberapa kampus di Medan dan sekolah-sekolah. Ini dapat menjadi pembelajaran bahwa belajar ilmu jurnalistik layaknya pemberitaan bisa dimulai dari ngetweet di twitter. Hal ini juga yang melatarbelakangi saya terus menggelugi bisnis digital ini. Bila dibandingkan harus kerja kantoran dengan sistem ‘office hour’, di usaha digital ini lebih memiliki kualitas waktu yang saya bisa atur sendiri. Hingga mengkaburkan konsep ‘berpenghasilan tetap’, namun jalani hidup dengan ‘tetap berpenghasilan’. Itu yang menjadikan Saya tetap berpenghasilan dari jasa digital yang ditekuni ini,” urainya.

Diapun yakin bisnis ini berjangka panjang dan layaknya usaha kuliner, jasa online baik untuk pelatihannya tidak akan pernah mati. Menurutnya, manajemen jejaring sosial yang baik dapat membuat usaha kecil terlihat besar dan usaha besar terlihat luar biasa. “Jejaring sosial dapat menekan biaya untuk memasarkan usaha. Dapat terhubung langsung dengan pelanggan. Jejaring sosial dapat membantu membangun jaringan bisnis baru dan memperkuat yang sudah ada. Pertumbuhan pengguna jejaring sosial yang sangat cepat. Hal tersebut yang sangat dibutuhkan banyak pihak di era digital sekarang ini dengan pertimbangan cost yang tidak memberatkan,” ucapnya.

Bahkan, usaha berbasis produkpun akan sangat terkait dengan bisnis jasa digital marketing tahun-tahun ke depannya. “Artinya, kebutuhan jasa digital marketing akan sangat dibutuhkan para pebisnis yang ingin memasarkan produknya dengan kekuatan marketing di dunia digital. Hingga akhirnya semua pebisnis akan menggunakan pemasaran digital bila dilihat dari perkembangan dunia sekarang. Persentasi tingkat penjualan produk yang secara offline akan berdampak modal besar dari segi pemasaran dibanding jualan dengan digital marketing,” pungkasnya. (nina rialita)
Nama : Wahyu Hidayat
Alamat : Jalan Perkutut 5 No. 281 Perumnas Mandala, Kelurahan Kenangan Baru, Kecamatan Percut Sei Tuan.
HP/BBM : 085261199133 / 287007B4

Smart Edu Tools

Smart Edu Tools (2)

Smart Edu Tools (3)
Berangkat dari rasa resah dengan kebiasaan para orangtua yang lebih bangga memberikan perangkat teknologi daripada mainan tepat guna, seorang Siti Aisyah membangun sebuah bisnis reseller bertajuk Smart Edu Tools. Perempuan berusia 27 tahun ini memulai usahanya sejak 2007 dengan menjual beragam produk bernilai edukasi untuk anak-anak dari usia dini. Sebut saja, mainan kayu, balok kayu, city clown, jam kayu, seluncur mobil, bowling, lego, e-book, buku bantal, abaca flash card, jari al-Quran, kalender Ramadhan dan lainnya. Ada juga mainan yang buatan tangannya sendiri yaitu mainan dari flannel seperti boneka jari, kubus, angka, huruf dan lainnya.

Ibu dua anak ini menjelaskan, pada awal membuka usaha hanyalah dropship barang lalu mengandalkan jualan dengan foto-foto produk yang disebar via facebook. Dengan antusias yang baik, Aisyah-sapaan akrabnya, lalu mulai menstok barang sekira 200 item, pembelian barang yang banyak dari produsen juga meringankan biaya karena sebagai reseller dia bisa membeli dengan diskon 15 persen. “Jadi ini merupakan semua mainan cerdas yang sangat bermanfaat untuk perkembangan anak. Dan, sangat membantu orangtua untuk memberi stimulasi yang tepat untuk ananda tercinta,” ujarnya, minggu kedua Juni 2014.

Dia mengaku tak bisa tenang, begitu mendapati fakta dalam kehidupan masa kini, di mana orangtua sangat jarang memberikan mainan yang tepat untuk stimulasi buah hati tercinta. “Saya sangat ingin memberikan stimulasi terbaik untuk masa emas anak-anak saya secara pribadi, lalu saya mendapati kenyataan bahwa saat ini orangtua lebih bangga memberikan gadget yang notabene malah merusak dan mengganggu perkembangan anak. Oleh karena itu misi saya menjual mainan ini tidak sekadar mencari keuntungan, namun lebih kepada menyebarkan manfaat, serta mengedukasi orangtua,” paparnya.

Aisyah mengakui tak menemuik banyak kendala dalam pemasarannya. Selain memanfaatkan online marketing, Aisyah yang juga membuka bimbingan belajar secara langsung menjadi konselor bagi orangtua yang punya masalah anaknya dan menawarkan ke tempat pendidikan anak usia dini (PAUD). “Pemasaran via BB lebih profit. Dan untuk melebarkan pemasaran saya tawarkan ke PAUD/TK, teman-teman dan bazaar. Semua produk rata-rata disukai konsumen. Hanya kadang menimbang harganya, kesesuaian antara bahan baku dan harga. Tapi, saya biasanya mengatasinya dengan menerangkan manfaatnya, jadi mereka (orangtua) tidak hanya memberli bahannya, tetapi lebih pada manfaatnya,” ungkapnya.

Alumni Magister Psikologi ini mengurai konsumennya adalah orangtua yang memiliki anak usia tiga bulan hingga 12 tahun. Konsumen tak hanya dating dari Medan, juga Aceh, Depok, Makassar, Padang. Sedangkan stok barang resellernnya sebagian besar dari Jakarta, Bekasi dan Depok. Untuk boneka jari dibuat sendiri dari bahan flannel.

Dalam sebulan omsetnya rata-rata Rp3 juta hingga Rp5 jutaan. Dia mengatakan usahanya memang masih menapaki jalan sukses, namun seperti ditekankannya bahwa bukan keuntungan tujuan utamanya. Dia juga yakin meski banyak pesaing di usaha ini, cirri khasnya yang menyediakan layanan konsultasi gratis menjadi pembeda. Perempuan yang juga aktif sebagai relawan Kampung Dongeng ini juga menekankan pada bahan baku yang aman untuk anak-anak. “In Shaa Allah, bahan bakunya aman, karena saya cek terlebih dahulu secara detail setiap produk yang saya jual,” timpalnya.

Aisyah mengungkapkan, meski saat ini bimbingan belajar masih menjadi usaha utamanya, dia meyakinkan Smart Edu Tools akan menjadi sampingan yang utama. “Target ke depan, saya ingin mengembangkan usaha ini ke tingkat distributor tidak lagi sebatas reseller, bahkan saya ingin jadi produsennya jadi semua barang saya yang produksi. Karena saya ingin membuka lapangan pekerjaan buat yang lain. Saya juga ingin anak-anak tumbuh dengan baik yang dimulai dengan mainan yang edukatif,” ucap Aisyah yang mengandalkan dirinya sendiri dalam berbisnis. (nina rialita)

Smart Edu Tools
Owner : Siti Aisyah
Alamat : Jalan Bunga Cempaka Gang Kenanga No 9, Tanjung Sari Pasar 3, Medan Selayang.

Posted in 1

Amanah Cemilan Indonesia

Amanah Cemilan Indonesia

Jatuh bangun dalam usaha jangan dijadikan beban penghambat tumbuh kembang bisnis. Joko Sudarwanto, owner Amanah Cemilan Indonesia contoh tepat yang mampu menjadikan label pernah gagal sebagai cambuk untuk terus maju. Pilihannya menekuni bisnis kuliner memang penuh aral, sebelum akhirnya bisa menapaki kestabilan produksi camilan yang mayoritas diisi dengan beragam keripik singkong dan pisang.

Joko memulai usahanya tahun 2012 di wilayah Kecamatan Medan Selayang, Medan. Pilihan ke bisnis ini lantaran bahan baku yang mudah didapat dan pangsa pasarnya yang tidak pernah surut. Sebelum usaha ini, Joko pernah sangat sukses di usaha jus buah asli pada Maret 2011 di beberapa lokasi di pinggir jalan dengan merk J-Qoe. Usahanya cepat berkembang hingga mencapai 11 lokasi, namun sayang semakin terkenal semakin banyak juga tantangannya. “Saya setiap hari harus sibuk berurusan dengan Satpol PP dan preman pasar. Secara bisnis lumayan menjanjikan, tapi enggak tahan mental untuk ngurusi hal hal yang sulit dipahami secara akal saya. Saya yang capek kerja tapi kok oknum yang dengan mudahnya mendapatkan hasilnya,” kenangnya.

Joko harus mengambil keputusan berat dengan meninggalkan usaha yang sedang naik daun. Jus brand J-Qoe dijual dan mencoba beralih ke usaha lain yakni camilan. Pada awalnya, camilannya tidak diproduksi sendiri, melainkan beli jadi dari orang lain dalam jumlah banyak lalu dikemas dan dipasarkan ke toko dengan system konsinyasi. Inipun mendatangkan lampu hijau, dari yang laku rata-rata dua hingga tiga kilo perhari meningkat sampai sepuluh kiloan per hari.

Tapi halangan tak sampai di situ, Joko harus menerima kenyataan berhadapan dengan kendala baru, yaitu kualitas produk jadi yang dibeli dari pihak lain tidak stabil. “Hal ini menyebabkan banyak terjadi pengembalian dari toko sehingga saya mengalami kerugian besar dan sempat berhenti aktivitas jual beli,” timpalnya.

Desember 2011, Joko bangkit dan memilih dengan mengolah sendiri mulai dari nol masih pakai merk Amanah. Kualitas dibuat standard, varian rasa keripik ditambah, rasa gurih asin, balado, barbeque dan rasa jagung, termasuk menambah rasa keripik pisang dengan rasa keju bakar, coklat dan original.

Nina-Kuliner-Dua Cabe-Am (1) (1)

Usahanya tak sia-sia, dengan harga jual konsumen Rp5 ribu dan Rp10 ribu perbungkus, penjualannya meningkat hingga 50 kilo terjual perhari. Lalu dia mengembangkan keripik agar bisa dinikmati di masyarakat luas dengan memproduksi kemasan untuk warung dengan harga konsumen Rp500 dan Rp 1.000 perbungkus. Dengan ini, total penjualan terus naik dengan rata-rata perhari 150 kilo laku. Diapun menambah pekerja hingga 12 orang dari proses produksi hingga pemasaran dengan jumlah penyebaran ke outlet mencapai 1.200an. April 2012, Joko menahbiskan nama usahanya Amanah Cemilan Indonesia dan merk produk keripik singkong eceranRp 500 dengan merk keripik balado, eceran Rp 1.000,- merk Super 5, eceran Rp10 ribuan dan Rp20 ribuan merk Keripik Pedas Dua Cabe, sedangkan keripik pisang diberi merk Cripies (Keripik Pisang) dengan varian harga Rp1.000,- Rp10 ribuan dan Rp20 ribuan.

Sejatinya dengan meningkat penjualan ini, Joko bisa tenang. Namun, faktanya hambatan belum mau pergi. Karyawan mulai menuntut gaji minimal UMR senilai Rp1,8 juta. Joko mengatakan permintaan karyawannya tidak bisa dipenuhi, karena perhitungan omset belum bisa menutupi tuntutan karyawan, ditambah lagi ada kenaikan BBM di 2013 premium menjadi Rp6.500 per liter plus bahan bakupun ikut naik sehinga menurunkan margin keuntungan. “Pada Oktober 2013 saya memutuskan untuk mengurangi produksi produk yang margin keuntungannya kecil yaitu eceran Rp500 dan Rp1.000 dan karyawanpun dikurangi hingga 50 persen hingga tingggal enam orang saja,” jelasnya.

Penjualan saat ini difokuskan pada produk yang harga jualnya Rp6 ribu ke atas dan dijual di outlet retail modern yang efektifnya tinggal 100-an outlet yang mencakup ritel, koperasi, kantin sekolah dan toko roti. Sedangkan, outlet yang 1.200an adalah toko-toko tradisional yang menjual produk eceran Rp 500 dan Rp 1.000 sementara ini tidak dikunjungi lagi karena produksi yang dibatas. “Margin eceran ini tidak bisa nutupi biaya operasional,” tegasnya.

Joko pun lebih menekankan pada produk primadona konsumen yakni Keripik Pedas Dua Cabe yang warna merah disusul Dua Cabe yang warna hijau. “Keripik pisang-Cripies keju bakar trendnya juga naik termasuk yang rasa coklat dan original,” ujarnya.

Menurutnya, meski banyak camilan sejenis dia memastikan standarisasi yang digunakannya dalam proses produk membantu menjaga kualitas produknya. “Yang membedakan adalah kami berusaha membuat standarisasi di setiap proses mulai pemilihan bahan baku, proses produksi, penyimpanan dan pengiriman produk ke pelanggan dijaga semaksimal mungkin mengikuti standard GMP produk olahan. Sedari usaha masih kecil, kami berusaha menerapkan proses produksi standar tinggi, seperti minyak goreng yang dipakai tidak mau minyak curah meskipun lebih murah, kami pakai minyak bermerk dan berlabel Halal. Garampun kami pakai yang berlabel halal. Bumbu tabur baik pedas, keju, coklat dan yang lainnya langsung didatangkan dari produsen yang telah mempunya sertifikat Halal dan sertifikat GMP/HACCP,” bebernya. Joko sendiri masih punya impian, ke depan produk Amanah Cemilan Indonesia bisa menambah varian-varian baru dan bisa menembus pasar ekspor. (nina rialita)

Amanah Cemilan Indonesia
Owner : Joko Sudarwanto
Alamat : Jalan Speksi Sei Batuan, Lingkungan II, Kelurahan Asam Kumbang, Medan.
Pin BB : 213C3EF