Raja Bubur

Bisnis kuliner tak lekang dimakan jaman. Setidaknya inilah yang mengilhami seorang pria berusia 38 tahun, Rizky, untuk tetap optimis bisa meraup omset besar di tengah gempuran persaingan usaha makanan. Juli 2010, Rizky mendirikan Raja Bubur kuliner dengan belasan aneka bubur yang memanjakan lidah konsumen. Di antaranya bubur ayam kanji rumbi yang merupakan produk unggulan dengan resep kaya rempah rahasia keluarganya, bubur ayam spesial soto, bubur tiga rasa, bubur jagung, bubur durian dan lainnya.

Nina Rialita-Raja Bubur (2)

Rizky kali pertama membuka warung buburnya di Jalan Darussalam, Medan, hanya beberapa meter dari rumah tempatnya meracik. Untuk membangun usaha ini, Rizky memang membutuhkan modal besar yang merupakan komitmennya yang besar terhadap bisnis kuliner, senilai Rp100 juta. Dana sebesar itu digunakannya untuk investasi peralatan, perlengkapan hingga bahan baku. “Resepnya saya dapatkan dari masukan orang tua, saudara, yang rata-rata pernah memasak seperti ini (bubur). Ya dulu saya enggak bisa masak, tapi sekarang sudah bisa. Saya ingin punya pengalaman baru dengan bisnis kuliner yang enggak ribet dan bisa dikembangkan secara sederhana,” ujar mantan karyawan sebuah seluler ini.

Nina Rialita-Raja Bubur (8)

Tak butuh waktu lama buat Rizky untuk mengembalikan modal dan mencapat titik balik, tepatnya hanya enam bulan setelah Juli 2010. Rizky mengembangkan bisnis dengan sistem waralaba dengan paket kemitraan ekskusif Rp25 juta dan standar Rp17 juta, di mana para mitra bisa mendapatkan perlengkapan untuk membuka outlet baru dan bahan dan bumbu racikan yang sama dengan buatan Rizky. “Kami produksi massal dan tinggal dibagikan ke outlet-outlet,” timpalnya.

Rizky mengemas buburnya dengan beda, tak sama layaknya dengan produsen bubur umumnya. Rizky menggunakan tempat dari mangkok plastik transparan beserta tutupnya. Kemasan super simpel ini, menurut Rizky memudahkan pekerjanya untuk melayani konsumen karena setelah pakai langsung buang. “Dan untuk yang ingin dibawa pulang bisa dimasukkan ke kulkas atau dipanasi lagi di rumah tanpa takut tumpah, dan bekas mangkoknya masih bisa digunakan untuk tempat bumbu dapur di rumah. Kami memang tidak menyediakan layanan cuci piring di outlet,” ungkapnya.

Saat ini, sudah ada sepuluh mitra dengan sembilan outlet dan dua model sepeda motor. “Saya kerja dibantu dua belas karyawan. Ya kalau balik modalnya sudah sejak delapan bulan berdiri,” lanjutnya. Di Medan, selain di Jalan Darussalam, Raja Bubur ada di Bumi Asri, Johor, Kasuari, Karya Jaya. Meski masih seputar Medan, bukan berarti Raja Bubur sepi peminat di luar kota. Menurut Rizky, sudah banyak sekali daerah lain ingin menjadi mitra dengan membuka outlet di lokasi masing-masing. Sebut saja, Jakarta, Palembang serta Makassar.

Nina Rialita-Raja Bubur (1)

Namun, Rizky belum bisa menyetujui permintaan outlet di luar Sumatera Utara dengan pertimbangan rasa kepercayaan, kecuali orang yang akan mengelola outlet adalah orang yang cukup dikenalnya. Rizky punya pertimbangan matang, terutama mempertahankan brand nama Raja Bubur tersebut. “Bubur ini semua diproduksi di dapur kami, banyak yang minta di luar daerah tapi harus kasih komitmen ke kami agar tetap menjaga nama Raja Bubur. Karena ini produk yang dijual kan produk yang racikannya bisa dibuat sendiri, kecuali bubur kanji rumbi yang memang rahasia keluarga. Kami punya 15 macam rempah yang digunakan dalam membuatnya dan campuran sambal kacang tanah dan teri Medan, sehingga rasanya lain dari bubur ayam yang pernah ada. Selebihnya, bahan baku untuk membuat buburnya adalah umum. Kalau tidak ada komitmen dari mitra di luar daerah, kemudian siapa bisa kasih jaminan bahwa setelah beberapa waktu nama Raja Bubur tidak lagi digunakan oleh mitra tersebut dan mengolah produk sendiri,” ungkapnya.

Selama ini, Raja Bubur buka mulai pukul 07.00 WIB hingga 23.00 WIB dan jam tersebut tergantung lokasi outlet. Dalam sehari, Raja Bubur bisa laku 500 porsi dengan produk bubur kacang hijau dan bubur ayam paling laris terjual. Dalam sebulannya rata-rata Rp100 juta perbulan omset yang diterima Rizky.

Dia berkeyakinan Raja Bubur bakal terus berkembang dan bertahan di tengah gerusan bisnis kuliner di Medan. Kuncinya adalah mengutamakan kualitas produk urutan menengah ke atas. “Masalah rasa kami serahkan ke konsumen. Kami akan mengombinasikan sesuai lidah konsumen yang terpenting semua bahan baku kami beli yang levelnya menengah ke atas. Juga memilih sumber daya manusia yang baik, karena produk yang bagus dihasilkan dari sumber daya manusia yang bertanggung jawab,” jelasnya.

Tak ketinggalan soal melayani konsumen, promosi dan inovasi. “Makanya kami akan tetap layani konsumen yang memesan walau hanya satu porsi untuk diantar ke rumah. Kami anggap ini bagian dari good service,” pungkasnya. (nina rialita)

Raja Bubur
Nama Pemilik : Rizky
Alamat : Jalan Darussalam No 7 Depan Hotel Kanaya
Telpon /Hp : 061-4146528

Kaos Punya Medan

Bisnis berawal dari media sosial menjadi kunci sukses Kaos Punya Medan. Sebuah outlet kaos bertemakan Medan yang kini mampu berdiri di kawasan Komplek Bumi Asri Medan, karena kerja keras sang pemilik Adrianus Vito Sinaga. Pemuda 19 tahun yang gencar memasarkan produknya via twitter, facebook sejak November 2011.

Kaos Punya Medan (5)

Pemuda yang akrab disapa Vito ini menjelaskan, keahliannya di dunia maya tak terlepas dari darah sang ayah yang juga seorang internet marketting. Dari sang ayahlah, Vito yang kala itu masih SMA lihai membuat website dan menjadikannya mata pencaharian di jasa toko online. Dalam sehari, Vito bisa menghabiskan waktu 12 jam di depan internet. Jasa membuat website untuk orang lain cukup menggiurkan mencapai Rp500 ribu per satu website.

Lalu Vito mulai tergerak untuk punya usaha sendiri, tidak lagi sekadar membuatkan website untuk orang lain. Dengan bermodal Rp200 ribu, di mana Rp100 ribu untuk domain dan Rp100 hosting, Vito membuat website punyamedan.com, kemudian merambah facebook, twitter. “Saat itu (2011) booming kaos bertemakan Medan, dan saya lihat prospeknya sangat besar. Anak Medan saat itu sangat bangga menggunakan kaos Medan. Dan bisa dibilang mudah menjual kaosnya saat itu. Akhirnya dengan modal ala kadarnya itu, saya membuat kaos. Karena modal terbatas juga, saya membuka pemesanan dengan cara pre order dan lanjut via facebook dan twitter. Di mana, konsumen memilih desainnya dan bayar lalu saya memproduksi,” ungkapnya saat ditemui di outletnya.

Kaos Punya Medan (4)

Dalam membuat kaos, Vito dibantu temannya bagian desain di bidang creative. Dengan sistem royalti dengan pembuat desain, Vito akhirnya bisa jalankan usahanya ini. Pada awalnya kaosnya masih terjual satu, kemudian bertambah empat, lalu berani ikut pameran dan membuka stand. Perkembangan usaha Vito terbilang cepat, tujuh bulan kemudian, Vito sudah bisa memiliki stok barang dan tidak lagi bergantung dengan pre order. “Dalam tujuh sampai delapan bulan saya baru punya stok, walau belum ada toko saat itu. Dan kemudian buka toko di rumah sendiri dan didukung orang tua. Setelah itu lalu buka outlet di beberapa tempat tongkrongan anak Medan. Ada di Kesawan dan di Jalan Dokter Mansyur,” ungkap Pembicara Digital Hero di Kampus Methodist 2013 ini.

Kaos Punya Medan tersedia untuk semua kalangan dari anak-anak hingga dewasa, untuk pria dan wanita dengan harga puluhan ribu hingga ratusan ribu. Selain baju, juga ada jaket dan tas. Ide-ide kreatif untuk membuat tulisan di kaos juga dibuatnya untuk semua peminat. Ada kaos dengan tulisan blak-blakan ala Medan, seperti “Minum Tuak Dulu Lae” atau yang lebih sopan serta untuk komunitas. “Saya merangkul semuanya. Saya buat desainnya untuk musisi, misalnya drummer Medan. Orang Medan kan bahasanya terkesan apa adanya jadi ada yang untuk segmen anak muda, tapi ada juga yang enggak kasar kata-katanya. Jadi semua bisa memilih kaos sendiri,” beber Pembicara Enterprenuership di STMIK Mikroskil 2013.

Meski outletnya ada, sampai sekarang Vito masih tetap menggunakan social media dalam pemasarannya. Menurutnya, selain minim biaya pemasaran, twitter mampu melonjakkan permintaan produksi kaos. Dia mencontohkan, saat ada pameran, Vito men-tweet agenda di stand dan memberikan potongan harga bagi followernya (pengikut di twitter) jika datang langsung ke pameran. Saat ini, ada 46.278 pengikutnya di twitter @punya_medan dan ada 10 ribuan likes terhadap page facebook Punya Medan. “Kalau ada event, maka social media sangat membantu. Kita bisa soundingkan produk kita dan orang bisa datang langsung,” jelas Finalis Wirausaha Mandiri Kanwil I 2012.

Kaos Punya Medan (2)

Saat ini, bisa disebut Kaos Punya Medan terbesar di Medan. Klaim ini datang langsung dari si empunya. Menurut Vito, secara online Kaos Punya Medan paling kuat di Medan. “Jika dicek di google, oleh-oleh khas Medan maka website saya akan muncul nomor satu. Di twitter, follower clothing saya paling besar. Selain itu, aku juga jualan di Youtube dan punya channel sendiri. Saya juga jualan di instagram, kaskus. Semuanya, karena biaya pemasarannya minim. Hanya butuh internet. Kalau dulu bisa 12 jam sehari di depan internet, sekarang enam jam rutin mengoperasikan internet untuk jualan,” ungkapnya.

Dalam sebulan, rata-rata 300-400 kaosnya laku terjual dengan omset sekira Rp30 sampai 40 juta. Pelanggan via media social dari Pulau Sumatera hingga Kalimantan. “Dikirim ke konsumen sudah sampai Kalimantan,” timpalnya.

Untuk bisa memiliki banyak pengikut di media sosial, Vito sering bergabung dengan komunitas yang sama. Misalnya Medan Buzzer, kumpullan acount anonim. Vito mengaku punya beberapa twitter, di luar untuk usahanya. Menurutnya, saat ini twitter pun bisa dijual, jika punya banyak pengikut. “Jika punya 100 follower, kita bisa jual twitter kita ke orang lain senilai Rp10 juta. Itu kata teman-teman, biasanya banyak perusahaan Jakarta yang mau beli untuk promo produkmereka. Memang tidak mudah dapat follower segitu banyak, tapi bisa kok,” ujar Finalis 5 Besar Pegusaha Muda Majalah Anak Muda Aplaus.

Kaos Punya Medan (1)

Ke depan, Vito punya target agar empat atau lima tahun mendatang ingin membangun Kaos Punya Medan sesuai daerah masing-masing. “Saya lagi bangun PunyaAceh lagi buat merchandienya. Kemudian di Surabaya, ingin buat outlet. Ya saat ini terus berawal dari online dulu. Nantinya kalau masing-masing daerah sudahnya Punya Kaos sesuai daerahnya, maka saya ingin buat branding Kaos Punya Indonesia, dan menjadi oleh-oleh khas Indonesia,” tutur mahasiswa STMIK Mikroskil ini.

Untuk bisa sampai tahap ini, Vito yang kini sering didapuk menjadi pembicara dalam bisnis di social media mengungkapkan, anak muda harus jadi pengusaha. “Benar modal itu dibutuhkan, tapi banyak yang bisa sukses dengan modal minim, saya contohnya. Dalam beberapa kesempatan saya menjadi pembicara, tekankan bahwa modal enggak terlalu penting tapi harus semangat dan fokus di bisnis. Jangan bisnis satu belum jalan sudah mau yang lain, kecuali saling berkaitan,” pungkas anak kedua dari dua bersaudara ini. (nina rialita)

Kaos Punya Medan
Pemilik : Vito Sinaga
Lahir : Jakarta, 8 Oktober 1993
Pendidikan : Sistem Informasi Bisnis di STMIK Mikroskil
Alamat : Komplek Bumi Asri C57-58 Medan
Nomor Hp : 085760888823
Pin BB : 28b9051E
Twitter/FB : @punya_medan/Punya Medan
Website : punyamedan.com

Rizki Durian-Konsumennya dari Sabang hingga Merauke

Durian dikenal sebagai buah primadona Medan, Sumatera Utara. Maka, tak heran banyak orang Medan yang menyelami peluang bisnis buah ini. Satu diantaranya, Agus Ramadhan owner Rizki Durian. Rutinitas di tempat kerja lawasnya, perusahaan kargo membulatkan tekad pria 37 tahun ini mengakhiri karirnya yang sudah dilakoninya selama tujuh tahun untuk membangun usaha durian dari titik nol.

Agus Ramadhan & Pancake (2)

Pria yang akrab disapa Agus ini memulai usahanya sejak tahun 2009. Dia mengisahkan, dulu jabatannya sebagai pemeriksa kargo di pengelolaan kargo udara membuatnya menemukan ‘jodohnya’, yaitu durian yang merupakan buah khas Medan. “Ada banyak barang yang dikirim ke seluruh stasiun di Indonesia. Tapi volume kiriman terbesar tiap harinya adalah buah durian. Dari sekian banyak kiriman buah durian, tidak semuanya bisa diberangkatkan. Ada banyak pengirim buah durian dari Medan. Sayangnya, armada penerbangan tidak memadai. Nah terjadilah overload cargo. Buah durian yang melebihi kapasitas untuk diterbangkan, harus dibawa pulang oleh para pengirim. Dan ini mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi para pengirim. Saya tujuh tahun di Kargo. Nah, di situlah bisnis ini berawal,” ujarnya.

Agus berinisiatif mendatangi seorang pengirim buah yang acapkali mengirimkan buah durian via perusahaan kargo. Dia mengatakan akan beli duriannya, tapi bukan dalam bentuk buah, melainkan dalam bentuk daging durian saja dan dibekukan. Pada awalnya, Agus mengaku tak memiliki modal sama sekali. Dia mengambil istilah modal dengkul dalam memulai usahanya. “Modal awal enggak ada, modal dengkul. Saya belum punya pasar waktu itu. Tapi berbekal doa orang tua dan istri tercinta, saya mulai membuat iklan di internet. Dengan sistem pre-order di mana pelanggan membayar dengan transfer uang senilai yang mau dibeli baru saya belanja barang dari pedagang buah durian. Respon pasar belum begitu antusias, karena publik masih terpusat pada buah dan bukan daging durian. Saya akhirnya bisa mengubah pola pikir masyarakat, bahwa sangat simpel menggunakan daging durian dibanding buahnya.

Pancake Freezer (1)

Dia mengurai dari sisi pembuangan sampah, konsumen yang memesan daging durian tidak lagi harus dipusingkan dengan kulit durian yang tajam. “Bayangkan jika pengolahan makanan atau minuman menggunakan buah durian. Pemanfaatan daging durian tanpa memikirkan risiko terluka, sampah kulit dan biji, serta baunya yang tajam bagi sekitar kita yang kurang suka pada aromanya,” timpalnya.

Dalam pengemasan daging durian, Agus menggunakan plastik klip dengan ukuran berat satu kilo. Namun, di awal usaha dia juga melayani pembelian dengan ukuran 150gr, 200gr dan 500gr. ‎​Tapi seiring berjalannya waktu, dia menilai kurang begitu efektif dengan berbagai ukuran. Proses pengemasan dimulai dari daging durian yang telah dipisahkan dari kulit dan biji, dimasukkan ke dalam plastik klip lalu dibekukan. “Pemisahan daging durian dan biji dilakukan di tempat produksi dan saat ini bermitra dengan teman untuk pengolahannya agar bisa mengontrol kualitas juga. ‎​Kalau sebelumnya, saya tidak tau bagaimana kualitas dari para suplier,” tegasnya.

Perkembangan usaha daging durian terbilang bagus, pengiriman daging durian untuk konsumennya datang dari Sabang hingga Merauke. Seperti, Banda Aceh, Pekan Baru, Padang, Jambi, Bandar Lampung, Jakarta, Bandung, Semarang, Jogjakarta, Surabaya, Denpasar, Banjarmasin, Balikpapan, Samarinda, Bontang, Manado, Makassar, Kendari, Mataram dan Jayapura.

Agus Ramadhan

Dalam sehari, Agus bisa produksi antara 500kg-700kg daging durian dengan harga per satu kilonya Rp55 ribu (belum termasuk ongkos kirim). Bahkan, Agus pernah melayani permintaan dalam sehari sebanyak satu ton 300 kilo. ‎Namun, volume tersebut tergantung dari ketersediaan buah dari para petani durian. ‎Buah-buah durian yang dikemasnya semua berasal dari durian yang ada di Sumatera Utara, sebut saja Sidikalang, Sibolga, Pahae, Langkat, Simalungun, dan lainnya.

Dia menjamin daging durian yang dikemasnya tanpa pengawet dan bisa bertahan satu tahun di freezer. “Hanya saja kami tidak pernah menyimpan stok sampai satu tahun, p​aling hanya sampai tiga bulan saja.‎ ​Sebab, jika lebih dari tiga atau empat bulan, warna daging durian akan berubah menjadi lebih gelap itu tidak segar lagi,” ungkapnya. Saat ini, usahanya memiliki enam freezer dengan kapasitas 900an kg dan 10 freezer kapasitas 50kg yang ditempatkan di dua rumah produksi. Sedangkan, satu unit freezer kapasitas 500 ankg ditempatkan di kantor usaha.

Usaha daging durian ini tidak hanya menyasar pada profit poin semata. Agus memahami ada hak orang lain dalam keberhasilan usahanya. Untuk itu, dia memberlakukan sistem sedekah. Di mana setiap orderan konsumen per kilonya , disisihkan senilai Rp200 dan disedekahkan kepada yang berhak menerima. ‎”​Jadi sambil berbisnis kami juga mengajak konsumen beramal. Yang sedekah bukan hanya kami tapi konsumen,” jelasnya.

Sulung dari empat bersaudara ini tak puas begitu saja, sukses di bisnis daging durian, kemudian dia mengepakkan sayap ke pancake durian. Pancake ini sudah dirintisnya sejak Februari 2013. Dia mengatakan saat itu, ketersediaan buah durian sangat sedikit, namun permintaan akan daging durian sangat tinggi. “‎​Dengan berbekal buah yang ada dan mendapat resep dari internet, saya mulai mencari orang yang bisa produksi pancake. ‎​Kebetulan ada teman yang bisa buat, saya ajak kerjasama. ‎​Produksi dia tanggung jawabi, modal saya yang tanggung jawab. ‎​Maka, jalanlah produksi. ‎​‎​saya mulai tawarkan lagi di internet. ‎​Alhamdulillah sukses di pasaran. Permintaannya mengalahkan permintaan akan daging durian saat itu. Bahkan saat ketersediaan buah durian sudah mulai banyak pun, permintaan akan pancake durian tetap stabil,” beber warga Selambo V No. 9 Kel. Amplas, Kecamatan Medan Amplas ini.

Pancakenya disebut Agus memiliki kulit pancake yang tipis dibandingkan pancake yang diproduksi dari luar Medan. “Karena biasanya yang dari luar Medan, kulitnya tebal dan ukurannya besar. Kalau istilah murid-murid saya “tahu sumedang”. ‎​Jadi orang yang konsumsi bakal bosen kalau pancakenya gede. Kalau pancake saya bisa tahan tiga bulan di freezer. Kebetulan kami bekukan sebelum dikirim keluar kota. ‎​Agar menjaga ketahanannya. ‎​Karena produksi kami tidak memakai pengawet. ‎​Dengan cara di bekukanlah agar produk kami awet,” timpalnya.

Dalam seharinya, Agus bisa memproduksi pancake hingga 400 kotak. ‎​Perkotaknya dengan isi sepuluh pancake dan harganya Rp80 ribu. Dalam pemasaran pancake, Agus lakukan keluar kota yang ternyata pasarnya lebih besar dari Medan. ‎Pasar pancakenya sudah sampai Jakarta, Semarang, Malang, Jogjakarta, Surabaya, Banjarmasin, Samarinda, Menado, Kendari dan Jayapura.

Melihat peluang bisnis pancake durian yang begitu besar, b​eberapa teman-temannya mulai mendekati untuk belajar bisnis pancake. ‎​‎​Ada yang jalan dan sukses ada juga yang sama sekali tidak jalan. Hingga saat ini, Agus telah memiliki delapan murid yang sukses di bisnis ini. Bahkan, dua diantaranya di jakarta. Ke depan, target Agus dalam Rizki Duriannya adalah menjadikan usahanya sebagai barometer penjualan daging durian dan pancake durian. ‎”Membangun brand imej, bahwa kalau daging durian atau pancake ya Agus Ramadhan atau Rizki Durian. Lalu bisa membuka lapangan pekerjaan yang banyak,” ujarnya. (nina rialita/terbit di Majalah Inspirasi Usaha, Makassar, edisi Desember 2013)

Rizki Durian
Owner : Agus Ramadhan
Alamat Usaha : Komp. Ruko Rakyat Residence, Jalan Mesjid Taufik Gang Tamtama No 10B, Medan
Pin BB : 295C63EF
Handphone : 08126342153 / 087869430066
Web/Blog : http://www.rizkidurian.com/ rizki-durian.blogspot.com