Cerpen : Khalayan

indah ya? dicari di google. Interaksi ibu dan anak Abi Untuk Anakku

Oleh : Nina Rialita
Maret 02.00 WIB

Aku terbangun, terjaga, tersentak, di atas ranjang di samping raga seorang lelaki. Raga yang dua bulan ini aku panggil Abi. Dia yang meminta aku memanggilnya begitu. Katanya panggilan itu membuatnya merasa berarti. Katanya panggilan itu akan mengingatkannya betapa inginnya dirinya menjadi ayah dari anak yang keluar dari rahimku.

Ku pandangi Abi dari balik tubuhnya. Airmata mengalir tanpa daya. Mengalir tanpa suara, sebab malam dan juga aku tak ingin buat Abi terjaga. Rasa sesal, rasa bersalah karena telah mengabaikannya juga karena tidak menerimanya dengan sepenuh hati.

Abi adalah Mas Bayu. Pria yang menawarkan hatinya padaku dalam kurun waktu singkat, dia jadi suami dan kini ku panggil Abi. Sesosok jiwa sederhana yang datang bak kilat menyambar di tengah galaunya jiwa. Pria yang terlalu sempurna bahkan terlalu.

“Mas Bayu, seharusnya aku menjadi perempuan yang paling beruntung menemukanmu. Bahkan teramat beruntung, karena kamu telah memintaku menjadi istrimu. Kurang apa dirimu mas? Sholatmu terjaga, perilakumu santun bukan hanya kepadaku tapi juga kepada keluargaku,” bathinku berkata tanpa instruksi.

“Tapi mas, aku belum mampu membalas rasa seperti yang kau curahkan padaku. Kalau boleh jujur, aku tidak mencintaimu. Aku bahkan sempat memikirkan lelaki lain saat menikah denganmu mas. Yah, satu bulan kita menikah aku memikirkan dan menangis untuk lelaki lain. Aku marah, kenapa kau sempurna. Yang membuatku tidak bisa bilang kata tidak, saat kau memintaku jadi ummi bagi anak2mu kelak,”

“Aku meradang. Ya, meradang karena aku merasa tak punya pilihan untuk menolakmu. Mas, aku tidak punya satu pun alasan yang jelas, kenapa harus menafikanmu. Kecuali satu untaian kata yang merangkai kalimat ‘aku tidak mencintaimu’.

“Ayo Pia, kita sholat berjema’ah,” ucapmu, selepas pesta pernikahan kita. Seharusnya aku bersyukur mas, karena tidak banyak lelaki yang bisa jadi imam bagi istrinya. Betapa aku beruntung kan mas?” airmataku jatuh tidak tertahan…hah

“Aku malu pada semua. Padamu mas, pada janin yang baru berumur tiga minggu ini. Janin yang tak pernah aku katakan padamu. Janin yang ingin aku lenyapkan dari muka bumi ini, saat aku tahu pertama kali. Karena dia mewarisi darah sempurnamu,”

Aku masih ingat, minggu pertama kita menikah. “Pia, kalau Allah beri kita kesempatan untuk menjadi orang tua. Mas, bolehkan punya anak lebih dari dua. Empat misalnya?” ucapmu dengan senyum simpul.

“Aku hanya diam, dalam hati aku hanya bilang apa? Anak? Aku belum siap mas untuk punya anak darimu”. Ingat juga malam pertama yang harus ditunda berhari dan juga aku sudahi dengan tangisan,” isakku

Malam pertama, wajahku bagai ditimpa bulan. Merona karena tangis. Mas Bayu tidak memaksaku. Dia memberikanku waktu. Dia juga tidak tampak kesal. Tapi yang ku tahu pasti, dia selalu terbangun tengah malam untuk sholat tahajud. “Pia, bangun sayang. Udah jam dua pagi, Allah menanti kita untuk memohon dan meminta pada-Nya,” ujarnya sambil mengecup keningku.

Hingga aku merasa bak sebatang kayu tanpa akar. Aku tak berdaya saat akhirnya aku memutuskan untuk menyerahkan bagian terpenting dari wanita. Aku menangis seusainya, aku terisak. Bayangan Sigit, seorang pria yang padanya aku ucapkan cinta, terlintas.

Pemahaman arti cinta yang dangkal diriku membuatku merasa harus membencimu. Tapi waktu berjalan, kau membuatku meluluhkan semua prasangka serta duga ku terhadap mu. Ketulusan serta kesabaranmu menaklukkan kekeraskepalaanku. Ya, mas. Iya aku mencintaimu…..Cinta yang baru saja kumaknai siratannya……

**

“Pi, kurang apa sih si Bayu itu?” sentak Tata, sohib karibku enam bulan lalu.

“Dia gak kurang apa-apa, Ta, hanya saja aku tidak mencintainya,” jawabku padanya.

“Cinta?, semua butuh proses. Pi, pada saatnya nanti, dengan segala kedewasaannya, kau akan temukan makna cinta yang sebenarnya. Masih ingat, cerita Bu Ade, guru ngaji kita, bahwa cinta yang abadi bagi manusia itu adalah cinta sepasang suami istri selepas pernikahan!. Tapi permasalahanya sebenarnya bukan itu kan? Kau masih memikirkan Sigit. Pi, tolonglah, mau kau buat apa hidupmu? Menanti, menanti dan menanti atas kelanjutan kisah yang arahnya gak jelas mau dibawa kemana?,” bentaknya lagi.

“Kalau dia memang menginginkanmu, dia pasti gak membuat posisimu tanpa kejelasan seperti ini. Aku bukannya melarangmu dengannya. Kalau kau bahagia aku akan mendukungmu, ingat aku sahabatmu. Dan sahabat bukan hanya mendukung tapi juga mengkritik demi kebaikanmu. Dan tanya hatimu, bahagiakah kau dengan keadaan ini?. Sudahlah tiap hari kita selalu berdebat soal ini, dan selalu saja ada sanggahan atas semuanya,” ungkap Tata sambil geleng kepala

***

“Pi, bunda mau bilang sesuatu. Masih ingat dengan tante Ira?. Teman bunda waktu sekolah dulu. Dia punya anak laki2, baik udah kerja dan anaknya santun. Pi, bunda ingin dia jadi mantu bunda. Pia, mau ndak?,” tanya bunda padaku pada suatu malam dengan senyuman ikhlas khas senyuman para bunda di seluruh dunia saat menatap masa depan buah hatinya.

“Nda, Pi memangnya udah cocok jadi seorang istri?. Kalau Pia punya pilihan sendiri, bunda ndak marah kan?,”jawabku.

“Memangnya Pia dah punya? Kenapa gak bilang ama bunda? Namanya siapa?,” timpal bunda saat itu. “Namanya Sigit, dia anak band, bunda,”jelasku

“hmm, bunda gak pernah minta yang aneh2 nduk, yang penting Pia senang dan memang pilihan Pia itu bisa jadi Imam buat rumah tangga Pia kelak. Yah, seperti almarhum ayahmu yang sederhana namun mampu menjadi imam bagi keluarga kita. Besok, kenalin ke bunda ya,?” ajak Bunda

“Serius bunda?, besok Pia akan ajak Sigit ke rumah. Tapi Bunda mesti janji jangan tanya yang macem-macem,”tegasku

***

“Git, bunda ingin kenal ama kamu. Nntar malam, Sigit ke rumah ya?” ujarku. Sigit, pria yang padanya aku merasa bahwa aku mencintainya. Yah, cinta yang kuartikan dangkal.

“Ah, jangan sekaranglah Pi. Aku harus tampil ntar malam. Lagian ngapain juga harus ke bunda. Emangnya kita mau menikah?. Kan Pia tahu, aku tu gak siap. Lagian apa sih arti pernikahan?. Bikin susah aja,. Ntar deh Pi, kapan2 aja ya. Aku harus jadi anak band yang bisa dikenal semua orang, punya banyak uang dan kita Pi akan keliling seluruh dunia dan ahhh, pokoknya gak perlu nikah tapi bisa terus bersama,”jawabnya panjang lebar

“Git, Pia tahu jawaban seperti ini akan muncul tanpa dipaksa. Pia juga tahu bahwa kamu. Git, Pi tu cinta ama Sigit. Itu juga kenapa Pi, bertahan tanpa meminta banyak. Keras kepalamu Git, semua Pi terima. Tapi untuk jawaban Sigit tadi buat Pi berpikir bahwa kita memang sia2 menjalin semua ini. Pia ingin Sigit bahagia, jadi bahagialah tanpa Pia,”tegasku bersama dengan titik cairan kesedihan.

“Pia, dengar jangan buat aku memilih antara musik dan dirimu. Karena kau tahu pasti jawabannya, aku akan dan tetap milih musik. Ini hidupku Pi, ini jiwaku. Jangan tunggu aku untuk mengerti arti kata nikah. Aku mencintaimu Pi, tapi menikah entahlah,”ujarnya

**

“Lho Nduk, mana Sigitnya?, ujar Bunda keesokan harinya.

“Hmm, dia sibuk nda, mungkin pun Pia bukan yang terbaik buat dia. Dan dia belum memikirkan pernikahan. Wah, sudahlah bunda. Ntar aja kita bicarain lagi ya,”pinta ku

“Assalamualaikum,” “Pi, ada tamu nduk, buka pintu ya,” kata bunda yang dengan suara mengeras.

“Oh, tunggu dulu, kamu pasti Pia. Anaknya Bu Laila kan. Ada ibumu Pia,” ujar seorang ibu yang akhirnya ku tahu dia Tante Ira. Dia tidak sendiri tapi bersama seorang pemuda yang selalu menundukkan pandangannya dariku. Ya, siapalagi kalau bukan mas Bayu.

“Bunda dan keluarga Tante Ira sudah berbicara. Dan Bayu memilih Pia untuk menjadi istrinya. Nduk, gimana, kamu dan sigit bagaimana?. Bunda bukan ingin memaksakan kehendak. Tapi bunda ingin Pia mendapatkan yang terbaik,”ujar bunda dihadapan aku, Bayu juga Tante Ira

“Pi, ,mau tanya ama mas Bayu. Kenapa pilih Pia, mas belum kenal Pia kan?, mas juga gak tahu kepribadian Pia,”

“Saya memang tidak pernah kenal Pia secara terbuka. Tapi penjelasan ibu saya dan bundanya kamu, sudah cukup untuk mengetahui bahwa kamu itu adalah pasangan yang tepat buat mas,”ujarnya masih dengan pandangan tidak juga tertuju padaku.

“Menurut mas, pernikahan tanpa rasa cinta bisa bertahan?,” tanyaku beruntun. “Cinta Pia?, jangan agungkan cinta. Bagi mas, makna percintaan itu ya setelah pernikahan itu. Cinta sejati juga hanya bisa diagungkan buat-NYA. Bisa atau tidak pernikahan bertahan, tergantung pada niat saya dan kamu,”jawabnya.

“Kenapa mas mau menikahi Pia?” tanyaku lagi. “Karena Allah, karena pernikahan adalah anjuran dari-Nya. Karena pernikahan adalah separuh dari nikmat surga yang dirancang oleh-Nya. Juga karena memang kita sudah diciptakan berpasangan bahkan sebelum janin berkembang,”papar mas Bayu.

**

“Asswrwb. Sigit, Pia mohon doa restu. Minggu depan Pia menikah. Dengan Bayu, Pria yang menawarkan jalinan pernikahan. Pia berdoa semoga Sigit bisa mencapai semua cita. Git, Pia mencintaimu…., datanglah saat pernikahan Pia nanti,” isi SMS yang kukirim bersama lara juga sedih tidak tertahan..kepada Sigit.

“Pia, ini becanda kan?, tidakkah Pia ingin mengarungi belahan bumi ini bersama Sigit? Selangkah lagi Pi, Sigit akan berhasil. Ini Sigit masih di Bali bersama teman2 satu band. Please Pi, jangan menikah. Jangan menikah. Tunggu Sigit,” ujarnya langsung menelopon ke hp ku.

“Sigit, Pia cinta sama Sigit. Pia tanya satu hal. Pia bukannya orang yang suka memaksa untuk menikah. Tapi Sigit yang gak pernah percaya dengan jalinan pernikahan. Sampai kapan Pi menunggu Git ?,” tegasku padanya

Hening, dia diam tidak mampu bicara speechless, aku tutup teleponku..

**

“Nduk, kamu harus siap-siap ya. Nurut ya sama kang masmu. Bunda hanya bisa berdoa. Bunda ndak bisa lagi mencampuri masalah kamu. Pi harus belajar masak ya nduk, jangan cepat menyerah ya,”

“Nda, Pi senang bisa bahagiakan Bunda. Tapi bunda…,” ujarku terbata. “Ada apa nduk koq ngangis, besok kamu jadi istrinya Bayu harus bahagia la nduk. Ada apa, ayo cerita.

“Bunda Pia masih teringat Sigit, Pia cinta ama Sigit, huhhhhhu,”tangisku. “Pia, bunda tahu, bukanlah bunda ibu yang baik jika ndak tahu apa yang terjadi. Bunda yakin Sigit lelaki yang baik. Tapi mungkin dia bukan untuk Pia. Dan apa nduk tujuan Sigit menjalin hubungan ama Pia?.Jangan buat dosa yang mungkin ndak kamu sadari nduk,” jelasnya.

**

Januari 09.00 Wib

Aku menikah dengan Bayu dengan secuil harapan Sigit akan berubah pikiran didetik-detik akhir awal pernikahanku. Namun hingga resmi cincin tanda pernikahan itu melingkar di jariku, Sigit tidak juga hadir bahkan ucapan selamat tidak kunjung datang.

Januari 17.00 Wib

Lagu ini untuk seorang perempuan yang sedang bersanding di pelaminan dengan pria yang pasti bisa buat dia bahagia. “Ku ingin selalu berdua bersama denganmu. Tapi tak mungkin saat ini..” Itu adalah lagu BIP yang judulnya Sampai Nanti, lagu yang dinyanyikan Sigit di hari pernikahan bersama rombongan anak bandnya.

“Pi, Sigit cinta ama Pia, seluruh hati serta jiwa. Pi lihat mata Sigit bengkak, Sigit nangis. Sigit sedih banget. Tapi Sigit juga memang belum bisa buat Pia bahagia. Karena Pi ingatkan, Sigit paling benci dengan aturan. Pernikahan buat Sigit terkekang, kalau memang cinta tanpa syarat kenapa harus ada pernikahan. Juga kalau Mick Jagger bisa bertahan bersama pacarnya sampai tua, itu bukan karena pernikahan kan?. Sigit Cinta sama Pia, tapi sepertinya sudah terlambat buat Pi untuk merubah keputusan,” paparnya di tengah pernikahan kami. Dia mohon kepada mas Bayu untuk mengungkapkan semua perasaan.

**

Susah untuk membuang bayangan Sigit mas. Tapi aku berhasil mas. Toh pada akhirnya tidak ada alasan untuk membuang masa lalu. “Pia, jangan buang mereka yang pernah melukiskan cerita dalam kanvas kehidupanmu. Mereka adalah bagian dari masa kini. Hanya coba lah untuk tidak memperdulikannya,” ujarmu saat aku terdiam di antara perbincangan kita soal masa depan minggu pertama kita menikah.

Kini aku sadari betapa aku salah. Salah menduakan pikirku. Mas, aku akan berusaha untuk menjadi istri yang baik dan menjadi ummi bagi anak-anakmu kelak,”bathinku

**

Maret 02.30 Wib

“Pia, udah bangun?. Koq mas ndak dibangunin, Pia belum sholat tahajud kan? Biar sholatnya berjemaah aja ya?. Pia kenapa, koq tangis?, Mas buat salah ya?. Mas minta maaf kalo mas buat Pia kesal,” ujar Mas Bayu sambil menyapu kedua tangannya di kedua pipiku yang menghentak lamunan ku sedari tadi.

“Mas ndak salah apa-apa. Pia yang salah. Karena tidak pernah berusaha jadi istri yang baik. Mas maaf Pia menyembunyikan sesuatu. Mas sebentar lagi akan menjadi Abi yang sebenarnya. Pia hamil mas tiga minggu,”ujarku sambil terisak.

“Ya Allah Pia, yang bener!?. Alhamdulliah, Allah kabulkan doa kita,” ujarnya dengan tawa tanpa henti tangannya refleks memegang perutku dan meletakkan wajah di perutku.

“Mas, Pia janji untuk mencintai mas setulusnya. Pia mencintai mas. Kita akan punya anak berapapun semua terserah Allah SWT. Bukan hanya empat, Pia mau koq anak kita 11, biar kita bisa buat kesebelasan,” tangisku yang kali ini tentu tangis bahagia dengan merangkul tubuhnya.

Rasa akan datang dan pergi. Luka juga akan terkoyak tapi juga akan terobati. Hidup juga pilihan. Tinggal manusia yang memilih berada di dunia hitam atau putih atau bahkan malah abu-abu. Manusia diciptakan berpasangan. Dia di suatu tempat dan entah di mana memang diciptakan untukmu….

Medan, Agustus 2006

Cerpen “Tak selamanya cinta membahagiakan”

dari google (berdualah, tapi jangan tebarkan lara)Cerpen Dendamnya Dalam Diam

Oleh : Nina Rialita

“Katakan cinta hanya pada dia yang memberikan rasa ikhlas padamu. Jangan buat dia menunggu kepastian yang tak mampu kau beri. Kecewa bolehlah dua kali. Ketiga kali? Sama dengan kau bunuh dia perlahan. Jangan kau tunggu dia balas dendam!”***

Malam kian larut, bulan menyempit tapi bintang mampu berpijar. Bayu dengan ikhlas meraba malam. Tanpa banyak kata-kata aku rasakan rindu mendalam. Rindu pada belaian Bunda yang kian tegar melewati hari. Bunda yang lupa cara tersenyum juga lupa cara merangkulku. Yang ada hanya dendam…Aku juga tak pernah ingat kapan terakhir kali dia bertanya, “apakah Dedek baik-baik saja?”. Bunda panggil aku Dede, karena aku bungsu dari rahimnya. Ya, Bunda lupa menggerakkan tangannya untuk mendoakan tiap kepergianku dari rumah untuk sekadar melepaskan dahaga atau mengisi dompet masa depan.

Yang ada hanya dendam…

Dendam pada sosok bapak. Pria yang aku panggil bapak, padahal aku juga tak tahu pantaskah dia dipanggil begitu. “Bunda, Dedek mau tanya, bapak kemana koq gak pulang-pulang?”. aku bertanya pada Bunda, pada malam-malam tak pernah kujumpai lagi bapak di rumah saat aku SMA kelas III sekira tahun 1998. Aku melihat bapak, paling sebulan sekali. Datang 60 menit, makan lalu pergi.

Hingga di tahun itu, aku lupa kapan aku terakhir kali menjumpainya. Kadang dua bulan, kadang tiga bulan dia tidak pulang. Hingga aku tak pernah peduli, apakah dia mau pulang ke rumah lagi atau tidak. Padahal aku masih dapat meretas masa lalu, ketika aku berumur lima tahunan. Aku menanti sosok bapak pulang ke rumah tepat di depan pintu. Mata tak jua mau terpejam saat aku tak mendengar langkah atau suaranya di rumah. Tapi kini? Aku tak pernah perduli lagi!.

“Dedek Bapak cari uang,” itu jawaban bunda. Tak pernah jelas, tapi cukup untuk buat aku tak menggerakkan mulut untuk bertanya lebih. Aku pun lupa bahwa aku punya bapak. Yang aku tahu, aku dihadiahi uang jajan dari keringat Bunda menjajakan sayuran dari subuh hingga petang.

Aku juga ingat saat bunda bilang “Dedek, bayar uang sekolahnya minggu depan aja ya, dagangan Bunda sedang tidak lancar,”. Aku cukup tahu bahwa dia sedang kesulitan. Dan bukankah seharusnya bapak ada saat bunda bergelut dengan rumitnya hidup?. Tapi dia entah dimana, tak pernah bilang ada dimana. Entahlah…

Tahun 2000

“Dedek, bapak mulai besok, ada di rumah lagi. Usahanya bangkrut. Bunda harap Dedek bisa ngerti kalau nanti keperluan Dedek untuk kuliah, tidak bisa Bunda penuhi tepat waktu,” ujar bunda padaku saat aku setahun berada di bangku kuliahan. Aku hanya bisa terdiam. Dalam hati aku berkata, bangkrut? Kapan pula bapak pernah berbagi penghasilannya. Kemudian dia berbagi kebangkrutannya!?. Bravo!

Allah memang maha untuk segalanya. Aku dapat pekerjaan sambil kuliah. Aku bantu bunda untuk tidak buatku tergantung padanya lagi. Aku senang tidak menyusahkannya lagi. Tapi cobaan terus bergelut, aku mulai merasakan marah. Tiap hari di rumah, aku hanya melihatnya bangun dan tidur serta makan, pergi entah kemana dan pulang dalam keadaan mabuk. Berteriak diantara kerumunan rumah para tetangga. Memaki dunia atas kebangkrutannya. Hah! Hebat!.

Hingga suatu hari aku pun malu ke luar rumah, menghadapi pertanyaan dunia tepatnya tetangga atas teriakan-teriakan bapak di malam hari. Aku terbiasa, dengan terpaksa. Toh pria yang mabuk itu, dipercaya Allah untuk menjadi bapak bagiku.

Hingga saat itu pun tiba. Saat dimana, tetes air mata menjadi curahan. Hingga tawa pun tak pernah lepas dari kepura-puraan. Hingga saat sumpah serapah selalu keluar dari rongga mulut bunda. Atau terkoyaknya kebusukan yang terbungkus rapi dengan putihnya kain kafan. Bau kebohongan menyeruak keras menghantam hidung, yang sejatinya menginginkan aroma kejujuran.

Pepatah lama pernah bilang, “Sepandai-sepandainya menyimpan bangkai, akhirnya akan tercium juga’. Yah, sepandainya bapak untuk menyimpan rahasianya, akhirnya terbongkar dengan cara keji. “Dede, cepat ke rumah sakit, bapakmu kena stroke,” kalimat tergesa yang diucapkan Pak Udin, temen bapak di suatu siang tahun 2003.

Aku bergegas, menyusul bunda yang sedang menjajakan sayuran di pasar. Dengan gugup, aku katakan pada bunda soal tersebut. Entahlah jauh didasar hati, aku tetap merasakan khawatir pada kondisi bapak. Tanpa banyak rencana aku dan bunda melangkahkan kaki ke rumah sakit.

Aku dan bunda buka ruangan VIP tempat bapak dirawat. Dan kami temui seorang perempuan berdiri di samping raga bapak yang terbaring lemah lengkap dengan infus. Kondisi bapak memang sangat menyedihkan, mulutnya sudah tak normal lagi, seperti kondisi umumnya orang yang kena stroke. Krakkk!!!!! Suara hati bunda yang tak terdengar oleh pengapnya suasana rumah sakit.

Pertengkaran terjadi tanpa diminta. Bunda meminta perempuan itu keluar. Heran, menyelubungi kalbuku saat itu. Senyap, aku berada berdua bersama sosok bapak yang terbaring lemas. Tak berselang lama dalam hitungan menit, bunda masuk dengan mata tertunduk.

Aku bertanya padanya. “Siapa ibu tadi bunda?, teman bapak ya?”. Bunda diam seribu bahasa, aku mencium aroma keanehan. Aku memaksa bunda untuk bicara, aku memaksa! Bunda terduduk di lantai rumah sakit, aku mengikuti geraknya, dengan tertatih dan terbata dia katakan perempuan itu selingkuhan bapak.

Entah kenapa aku tidak terkejut dengan pernyataan itu. Mungkin aku sudah terbiasa dengan gosip perselingkuhan bapak, sejak aku sekolah. “Bunda sudah tahu sejak lama, bunda pikir bapak akan berubah. Lagipula bunda ingin Dedek tak tahu soal ini, agar saat Dedek wisuda nanti bisa ditemani dengan orangtua lengkap,” ujarnya dengan suara lirih tertahan.

“Bunda kenapa tidak cerita soal ini? Dedek sudah besar bunda! Jadi bunda tanggung semua ini sendiri?,” kataku dengan suara lantang yang memenuhi ruangan. Aku mencoba tegar, tapi perlahan tangisku dan tangis bunda tumpah ruah di dalam ruangan yang sesak dengan bau obat-obatan.

Sejak itu bunda menerima bapak dengan rasa sesal dan kepasrahan. Kondisi bapak yang sakit membuat amarah kami teredam. Tapi waktu berjalan, bapak mulai kembali bisa berjalan. Dia kembali menyakiti bunda dengan kebohongan lagi dan lagi. Mulai dari perselingkuhan yang tidak pernah usai. Pertengkaran pun mulai menjadi makanan sehari-hari. Bapak yang sudah ringkih tidak juga menemukan arti hidup menjelang tua. Tidak banyak yang berubah!

Pertengkaran memuncak, saat bunda sudah kehilangan kesabaran. Saat setan berhasil membujuk bunda untuk tidak bersabar. Bunda menangis dengan suara lantang. Bunda menyampaikan keinginannya untuk bapak pergi dari rumah. Pergi untuk bapak yang menurut bunda lebih baik bersama selingkuhannya.

Aku tertawa melihat bapak menolak tawaran bunda. Saat bapak punya kuasa dan harta, dia meninggalkan bunda tanpa dipinta. Kini, saat kuasa tak berdaya, harta pun entah kemana, tidak ada kesempatan untuk berpoya-poya, dia bertahan? Bravo!

Bunda pun memilih mengacuhkannya, rumah pun tidak seperti Baiti Jannati. Bunda menjadi diam, tidak banyak bicara. Kerutan di wajahnya makin tidak terkira. Dia tetap menjadi istri, dengan mencari uang, memasak untuk bapak tapi kata-kata tidak dihadirkannya.

Bapak meradang, dia berteriak, kenapa aku diacuhkan. Bunda tetap membisu, membiarkan bapak meradang. Aku? memilih untuk membisu juga. Logika tidak pernah bisa membantu. Kenapa sakit terus dan terus dihadirkan Bapak ke Bunda. Karena memang aku tidak punya alasan untuk mengerti kenapa.

Suara kokokan ayam berbunyi, jam berdenting keras, adzan shubuh membangunkan umat yang ingin berdoa pada-NYA. Bunda mengambil wudhu, sholat dan pergi ke mencari lemar demi lembar kehidupan. Aku bangun membereskan rumah, dan bersiap menjelang hari dengan aktivitas. Bapak terbangun, makan, nonton TV, mandi dan bergegas pegi entah kemana, yang aku tahu ke rumah perempuan selingkuhannya. Pulang malam, berkumpul bersama teman logikanya. Pulang ke rumah dini hari.

Entah kenapa, dan kenapa bapak bertahan di rumah. Sedang bunda memendam dendam lewat diam. Bunda pun terdiam, tanpa kata. Saat hari tua menjelang dia ditemani pria yang menggangu jiwanya.

Bunda bertanya kenapa tidak ada jawaban. Keikhlasan yang diberikannya sepenuh hati di hari-hari lalu tinggal ampas. Aku mencoba mengerti itu. Juga mencoba mengerti mengapa jalinan yang dulu bunda dan bapak usung atas nama cinta, berubah rasa muak bagi bunda.

Jauhkan bilah pisau dari bunda. Bapak pergilah, sakiti perempuan lain. Tapi jangan bunda, karena airmatanya telah mengering. Dan amarah bunda juga belum dan tak pernah reda. Jauhkan pisau dari bunda, jangan sampai kematian membuat jiwanya tenang.

Aku hilang dan akan menghilang darimu. Dari semua yang kurasakan penat. Kau yang memberikan tangis, tertawapun kau diatas dukaku, tak mengapa. Karena tersakiti aku biasa…(***)

Di Persimpangan

adel, aku dan diana
kami sekarang…..

26-bayangan-dikecilin.jpg

26 Desember 2007aku26-peace-dikecilin.jpg

23.00-24.00 WIB

Resolusi 2008. MENABUNG

 Senyap malam, hening jiwa, bertabur senyum di raga. Malam itu, aku dan dua temanku, Adelina dan Diana nggak peduli dengan dinginnya malam. Kami  berdiri di Simpang Juanda dan berfoto-foto. Mata-mata nakal dan penuh dengan tanda tanya melirik menelanjangi.  Nggak ada yang bisa melarang orang-orang berpikiran begitu. Perempuan seharusnya nggak ada di simpang jalan  jam sebegituan. Dan begitu  beberapa sepeda motor datang silih berganti menawarkan senyuman. Kami hanya bisa menaikkan alis tanda sambil bergumam “please dong ah, kami perempuan baik-baik” Kami sangat tertarik dengan malam saat itu. Terlebih dengan sebuah papan reklame besar yang bertuliskan “Save Our World” di simpang Juanda keluar dari Warkop. Tiga kata yang mengiringi kampanye ‘Stop Global Warming’

Malam kemarin, kami sisir dengan langkah2 kecil tapi menyakinkan. Setelah dua jam sebelumnya kami menumpuk di Warkop Harapan di warung Surabi. Kami menaikkan kaki ke kursi, kami berkelakar dengan nada keras, nggak peduli dengan gerombolan2 anak-anak muda sok mantap dengan gaya highclass tapi anak papi, yang dibanggakan kekayaan papi. Kami datang naik beca mesin, pulang jalan kaki.  Cuap-cuap kami memutuskan dua hal, tahun 2008 tabungan kami harus terisi. Pokoknya tahun 2008, kami  harus punya uang simpanan. Selain itu, kami harus bisa berdamai dengan hati. Secara kami bertiga jomblo, jadi nggak perlu risau memikirkan nasib kami yang belum juga menemukan soulmate yang baik hati dan nggak sombong, huahuahuahua.

 Pagi terus memaksa kami pulang. Tapi sialnya angkotpun merajuk di jalan. Nggak ada satu angkotpun yang bisa menghantarkan Diana ke Brayan. Akhirnya, kami jalan di trotoar Juanda sampai depan Makam Pahlawan. Tetap saja, kami nggak menemukan angkot Morina 81, dan langkah-langkah tegap mendatangi kami. Mereka anak-anak punk. Kami juga paham, jika mereka menganggap kami bukan perempuan baik-baik, tapi kata Adel sih, beruntung banget aku pakai jilbab. Jadi merekapun mengganggu hanya seadanya.

Pukul 00.30 WIB, Diana menyerah dia akhirnya mau ikut nginap di rumahku. Kami menyeberang, eh malah ketemuan teman bawa mobil, ya udah tuh kawan juga lihat kami. Langsung deh numpang sampai rumah. Dan di rumah, ngobrol terus sampai jam 03.00 WIB. Huahhhh, zzzzzz

2008, kami datang. Jika umur panjang, jika Allah mengijinkan, jika kesehatan masih bisa bertahan.

Viva The Robbies. Menabung yuk menabung. Soulmate? pasti ada, tapi kapan? yah kapan-kapan. (nina rialita)

Kata Hati…Dewi_Rastha

(Seorang teman sedang resah saat aku mengisi blog ini dini haricari-cari di internet, dia pilih ini.. Dia ingin bicara dan menuliskannya di blog ku ini. Identitasnya ada di alamat atau ID di bawah tulisannya. Aku selalu menyebutnya buaya darat. Tapi sepertinya buaya ini kena batunya, hehehe. Maaf deh teman, becanda. Aku mendukungmu, karena yang aku tahu posisiku sama seperti si dia jika dia merasakan hal yang sama denganmu. Kau mau, si dia jadi seperti aku?)

Aku ga’ tau mau mulai darimana…..

“apa yang diinginkan mungkin tidak yang dibutuhkan” kalimat ini mungkin lebih tepat untuk aku. Disaat aku ingin benar disatu hati. Disaat itu, aku coba untuk mempertahankan rasa yang belum ada, selama aku mengenal dia, Aku sangat ingin dia, sulit mengungkapkan perasaan sebenarnya, aku ga’tau kenapa? Tapi aku yakin dia tau perasaanku padanya. Aku merasa dialah akhir dari petualangan hatiku. Tapi. Saat aku menyadari bahwa aku pecundang yang takut menerima kenyataan bahwa dia bukan untukku dan saat itu aku tau hukum karma datang padaku, ha…ha… .Sampai saat aku menulis ini, aku masih inginkan dia dan tidak merubah perasaanku untuk dia. Apa yang tak terpikirku ternyata terjadi padaku, apa itu takdir, atau hukuman?…apaun itu aku tetap jalani. irhas_rastha@yahoo.com

Tim Sepak Bola PSDS Deliserdang

00-psds-tim.jpg* PSDS Deliserdang

Mengenal PSDS Deliserdang Lewat Sejarah Singkat

Sebelum Traktor Kuning, Terkenal dengan Tim Anak Kebon

Di Sumatera Utara ada dua klub sepak bola yang berlaga di Divisi Utama Liga Indonesia. Keduanya adalah PSMS Medan dan PSDS Deliserdang. Jika saat ini, PSMS Medan dikenal punya banyak pemain bintang dan selalu menjadi kebanggaan publik Medan, bagaimana dengan PSDS? Klub PSDS Deliserdang memang tak sebesar PSMS Medan, kini.

Namun tim yang menjadi dikenal dengan tajuk Traktor Kuning ini pernah dikenal puluhan tahun silam di Sumatera Utara. Tak hanya itu, PSDS Deliserdang juga dikenal sebagai tim yang mampu mencetak talenta-talenta apik. Bahkan di tahun 1960-an, pemain-pemain Deliserdang mampu memperkuat tim-tim kenamaan Indonesia. Meski sekarang PSDS lebih dikenal sebagai tim kacangan. Bagaimana sejarah dan perjalanan klub yang selama dua musim terakhir ini, terseok di zona degradasi?

Persatuan Sepakbola Deliserdang (PSDS) pertama kali berdiri dan dibentuk tahun 1958, atas persetujuan semua klub-klub yang ada di Deliserdang. Saat itu, Deliserdang masih beribukotakan Tebing Tinggi juga masih bergabung dengan daerah-daerah yang kini melepaskan diri menjadi Serdang Bedagai.

Hanya saja berselang beberapa tahun kemudian, sekira tahun 1960 Tebing Tinggi melepaskan diri menjadi Kotamadya. Deliserdangpun terpaksa memindahkan pusat pemerintahannya ke Medan, di Istana Maimon. Di sinilah, sempat terjadi debat pendapat soal keberadaan PSDS. Tebing Tinggi meminta PSDS ikut menjadi klubnya. Sedangkan Deliserdang tidak mengijinkan. Hingga Lubukpakam sempat membentuk tim tersendiri yang bernama Persatuan Sepakbola Lubukpakam dan Sekitarnya (PSLS).

Untuk menuntaskan masalah ini. Tim sepakbola Tebing Tinggi pun bertanding melawan PSDS. Saat pertandingan sistem home-away, PSDS mampu mengatasi Tebing Tinggi dengan 1-0 (2-1). Masalah ini pun dibawa ke Jakarta untuk segera diputuskan. Oleh PSSI di tahun 1963, Tebing Tinggi akhirnya memiliki klub sendiri yaitu PSKTS. Akhirnya, PSDS tetap menjadi milik Deliserdang.

Perjuangan PSDS di kancah persebakbolaan Indonesia tidak berjalan dengan mudah. Namun di tahun 1964, PSDS sempat bersaing dengan tim-tim papan atas di sepakbola Indonesia. Dari divisi I, PSDS masuk ke divisi utama dan masuk dalam persaingan empat besar di Stadion Menteng dengan mengalahkan Persija 1-0. Gol semata wayang tersebut dipersembahkan oleh Jayus, pemain asal Galang.

“Saat itu, karena hampir semua pemain di PSDS Deliserdang berasal dari anak-anak kebon atau perkebunan. Bahkan para Ketua berasal dari Dirut PTP II atau PTP IX. PSDS pun dijuluki dengan Tim Anak Kebon,” ujar Nurhadi NP, Komisi Pertandingan PSDS.

Pria yang akrab disapa Ton ini pun menceritakan karena julukan Tim Anak Kebon sudah melekat di PSDS, maka ketika berganti julukan menjadi Traktor Kuning pun, banyak yang masih menyebut PSDS sebagai Tim Anak Kebon. “Saat tahun 1980-an, PSDS mulai ditangani oleh pejabat dari Dinas PU yaitu Pak Jono, maka berubahlah namanya. Lucunya, saat PSDS pun bermain di divisi utama di Jakarta, kita tetap dikenal dengan Tim Anak Kebon. Hingga akhirnya hingga sekarang tetap dengan Traktor Kuning,” ujarnya.

Selain tahun 1964 itu, PSDS juga sempat masuk posisi enam besar Divisi Utama. Saat itu, PSDS ditangani oleh H Nobon Kayammudin. “Setelah itu, prestasi naik turun dan tidak pernah seperti itu lagi,” tambah Ton.

Sementara itu, membicarakan PSDS Deliserdang tanpa menilik sejarah Stadion Baharoeddin Siregar rasanya belum komplit. Stadion yang terletak di Lubukpakam dan berdekatan dengan mess pemain PSDS ini, berdiri tahun 1971. Namanya sendiri merupakan nama Bupati Deliserdang saat itu, yaitu Baharoeddin Siregar.

Pertama kali dibangun, area stadion dan sekitarnya berjumlah 5 hektar. Rencana semula, dalam wilayah yang 5 hektar itu, akan dibangun komplek olahraga. Selain stadion, juga akan dibangun kolam renang serta Gelanggang Olahraga. Oleh Baharoeddin, Nurdin Pelos yang menjadi Staff pemerintahan Deliserdang disuruh mencari model stadion yang bagus. Mulai dari Kuala Lumpur, Malaysia dan Thailand. Hingga akhirnya stadion mini Singapura yang menjadi acuannya. Jalannya rekontruksi pun diambil alih PT Amargo.

Sayangnya dana yang dihimpun dari setiap dari setiap Camat yang ada kurang lebih 640 daerah di Deliserdang tidak mencukupi. Hingga masyarakat sekitarpun turut serta untuk menyumbangkan apa yang bisa dibantu. Seperti siswa disuruh mengumpulkan botol bekas dan dijual, juga ada masyarakat yang menyumbangkan batu bata untuk dibangun. Intinya, stadion Baharoeddin terbangun tidak lepas dari swadana masyarakat Deliserdang sendiri.

Soal nama stadion, selain karena Baharoeddin seorang Bupati, penabalan namanya juga dirasa cukup pantas mengingat andil sarannya atas stadion tersebut. Dari tahun 1971 didirikan, Stadion pun selesai tahun 1993. Hingga saat ini, Stadion Baharoeddin kokoh berdiri, walau penonton tak pernah penuh. Tetap berdiri walau lampunya kerap kali dicuri. (nina)

Data Klub
Nama : Persatuan Sepakbola Deliserdang (PSDS)
Berdiri : Tahun 1958
Julukan : Traktor Kuning
Stadion : Baharoeddin Siregar
Kostum : Kuning-kuning
Lambang : Pohon Serdang, Daun Tembakau
Berlaga Divisi Utama : 1964
Prestasi Terbaik : Empat Besar Divisi Utama (1964)
Enam Besar Divisi Utama (1992)
Perjalanan Tim : 1962-Divisi I
1964-Divisi Utama
1965-1966-Divisi I
1966-1984-Divisi II
1985-1986-Divisi I
1987-2003-Divisi Utama
2004-Divisi I
2005-2006-Divisi Utama

Sudah Metropolitankah kita?

00-mariot.jpg (foto lepas, gambar bangunan setengah jadi Hotel Marriot. Aku ambil dari lantai II Sun Plaza) Tulisan di bawah ini adalah hasil wawancara dengan Herry Zulkarnaen, beberapa tahun lalu. Saat itu, gejolak penolakan berdirinya Grand Paladium masih tinggi. Kini, ketika semuanya tenang, prediksi Herry Zulkarnaen tampaknya benar. Kemarin (24/12), aku melihat Sinar dan Deli Plaza yang kian mengenaskan. Belum lagi Perisai Plaza. Huh, kondisinya memprihatinkan. Berikut flash back wawancara dengan Herry. Pertanyaan dan jawaban tak ada yang diubah, masih seperti apa adanya.

Wawancara Dengan Drs.Herry Zulkarnain,Msi

GM.Plaza Millenium/ Ketua AP4SU (Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan dan Perkantoran Sumatera Utara)

Dalam waktu dekat ini Grand Palladium akan beroperasi di tengah Kota Medan. Yang berarti akan menambah daftar plaza di Medan. Bagaimana pendapat Drs.Heri Zulkarnain,Msi selaku Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan dan Perkantoran Sumatera Utara (AP4SU). Karena di prediksi dengan kehadiran Palladium akan membuat persaingan antar plaza/mall di Medan akan kian sengit. Efeknya pasti akan ada yang mati lagi. Bagi yang tidak mampu bersaing akan tutup usia.

Inilah kilasan wawancara singkat dengan Drs. Heri Zulkarnain yang ditemui di kantornya di Plaza Millenium lantai 6.

Dalam waktu dekat ini Palladium akan beroperasi, apa pendapat anda?

Dampak yang paling jelas adalah tingkat kemacetan yang semakin tinggi. Karena dengan kondisi lokasi Palladium yang berada di pusat kota yang juga dekat dengan plaza lainnya seperti Sinar Deli Plaza, akan berimbas kepada kepadatan pusat kota yang tidak dihindarkan lagi .

Bagaimana kondisi persaingan pusat perbelanjaan saat ini?

Sebenarnya persaingan antar pusat perbelanjaan tahun 2004 ke bawah bisa dikatakan masih cukup baik. Artinya ada istilah happy income yang didapat setiap pengusaha plaza/pusat perbelanjaan. Baik itu dari segi hunian toko yang selalu penuh dan jumlahnya yang ratusan. Namun tahun 2004 ke atas terutama pascanaiknya BBM, Pengusaha plaza/pusat perbelanjaan menemui kesulitan. Terutama menyikapi naikknya biaya operasional. Karena jika service charge dinaikkan berarti ongkos sewa bertambah. Tidak akan mungkin akan ada penyewa yang akan datang. Bahkan yang ada bisa-bisa keluar karena tidak bisa membayar sewa. Nah, bagaimana pengusaha plaza/ pusat perbelanjaan bisa bertahan sementara omset diraih dari sewa toko.

Benarkah setiap kehadiran plaza baru akan membunuh plaza lama?

Kalau kondisi plaza/pusat perbelanjaan seperti sekarang ini yang tetap bertumpu pada pusat kota saja. Jawabanya IYA. Karena selain persaingan yang tidak sehat, bisa dikatakan plaza yang sudah lama berdiri tidak mengalami perubahan. Misalnya seperti Sinar Deli Plaza, Perisai Plaza yang sama perubahannya tidak terlihat. Setiap konsumen pasti akan memilih plaza/pusat berbelanjaan yang baru ditambah dengan fasilitas yang lebih. Satu yang jadi masalah bertumpu pada plaza/pusat perbelanjaan yang di pusat kota. Artinya daerah pinggiran juga harus dicoba untuk mendapatkan plaza/pusat perbelanjaan. Agar pembangunan merata bisa tercapai.

Jelaskan?

Memang butuh keberanian untuk membangun plaza/pusat perbelanjaan di pinggiran kota. Karena melihat sisi daya beli masyarakat memang rendah. Tapi kalau kita membangun plaza/pusat perbelanjaan harus punya konsep yang jelas atau harus punya spesifikasi terhadap barang yang jual. Sebagai contoh Plaza Millenium, yang dulunya bernama Tata Plaza. Lokasinya kan jauh dari plaza lainnya. Tapi begitu konsep pertama kali Plaza Millenium dibangun yang ingin menjadikan pusat pertokoan komputer,handphone dan elekronik center. Kita memang ingin konsumen punya tempat khusus untuk membeli elektronik dan handphone. Dan akhirnya handphone yang berjalan dengan baik.

Sehingga yang dulunya lokasinya dikatakan tempat jin buang anak. Biasa menjadi kota yang berkembang hampir sama seperti pusat kota. Contoh pusat perbelanjaan yang punya spesifikasi adalah Pajak Ikan,orang tahu itu adalah tempat beli bakal. Petisah tempat orang beli baju di butik-butik yang fashionable. Parahnya hampir semua plaza yang baru dibangun tidak punya konsep. Sehingga yang kuatlah yang bertahan dan yang tidak ya pailit.

Contohnya dan pengaruhnya?

Seperti Club store dan yang lainnya. Tutupnya mereka pasti berimbas kepada penganguran yang membludak. Karena para penganggur yang lepas dari plaza lama belum tentu 100 persen bisa kembali bekerja. Dan memang hanya yang kuat yang bisa bertahan seperti Makro katanya sudah mulai bangkrut. Tapi mereka punya investor Belanda yang kuat. Jadi walaupun ada plaza baru seperti Plaza Medan Fair mereka masih tetap berjalan.

Dari segi pengunjung bagaimana?

Kalau sekarang pasti berkurang. Karena konsumen terpecah belah ingin mengunjungi plaza yang mana. Ditambah lagi dengan kondisi kenaikan BBM sekarang. Orang dituntut untuk berhemat yang berpengaruh kepada daya beli masyarakat yang rendah, sebab kenaikan harga tidak dibarengi dengan kenaikan penghasilan. Memang pada saat jelang lebaran ini pengunjung tidak berkurang. Karena konsumen dituntut untuk berbelanja memenuhi kebutuhan lebaran.

Dari segi omset bagaimana?

Sekarang omset kita berkurang dari 10 hingga 30 persen. Dengan nilai jual yang naik. Dan bisa dikatakan plaza memang memberikan embel-embel discount. Entah itu dengan cara menaikkan harga terlebih dahulu lalu menguranginya. Karena pada dasarnya konsumen kita bisa dengan mudah ditipu.

Lalu bagaimana dari segi hunian?

Sebelum Palladium yang sekarang dibangun dengan giat saja sudah banyak plaza/pusat perbelanjaan yang huniannya kosong. Contoh saja Sun Plaza. Bisa ada beberapa faktor yang membuat hunian tersebut kosong seperti uang sewa yang mahal sampai memang. Tapi memang dengan dibangunnya plaza baru yang masih berorintasi pusat kota maka jelas tingkat hunian yang kosong akan bertambah.

Apa Solusi yang dapat mengatasi masalah ini menurut anda?

Ada banyak cara untuk paling tidak mengatasi hal ini. Seperti Pemko Medan harus punya planning bagus untuk menata keberadaan plaza tersebut. Jangan sampai daerah pinggiran terlupakan, artinya agar bisa daerah pinggiran menjadi kota-kota baru. Masih banyak tempat-tempat strategis sebut saja Marelan, Amplas, Sunggal dan Pancing yang kini sudah membangun I TC. Atau paling tidak ada pengaturan tempat yang strategis jangan hanya bertumpu disatu tempat. Yang kedua, plaza harus punya konsep mau seperti apa yagn akan dihadirkan ke kon sumen. Harus ada spesifikasi barang yang dijual. Kemudian untuk investor yang ingin menanamkan modal dalam pembangunan plaza jangan dipersulit oleh birokrasi mulai dari pembuatan SIUB hingga premanisme.

Apa yang mungkin terjadi dalam waktu dekat jika masih dengan kondisi sama?

Saya prediksi akan ada satu atau dua plaza atau pusat perbelanjaan yang akan tutup. Besar kemungkinan jika kondisi seperti ini tetap tidak menjadi perhatian Pemko. (nina rialita)

Tiga Bulan Bersama Jelita

20-di-pantai-pondok-permai-029.jpgAdik-adikku yang manja 

 September-Desember 2007

Menjadi bungsu kadang menyedihkan, kau tak akan punya teman untuk sharing di rumah. Tapi, aku benar-benar dibuat sibuk oleh adik-adik yang jadi finalis wajah Jelita Sumut Pos. Ikut di ajang yang dibuat mediaku ini tak pernah tergambar. Apalagi bertemu dan bergabung dengan cewek-cewek centil dan anak mama (cape deh). Tapi begitu selama tiga bulan aku harus bercampur baur dengan mereka, jadilah aku ibu-nya anak-anak. Mulai dari minta makan, malam kedinginan (kalau visit to industries), masuk angin dan akh cape deh.

Tapi ternyata adik-adik yang 20  sampai 10 besar ini begitu denganku. Hingga tak terasa aku punya belasan adik. Dan kini, bisa dibilang aku sangat senang bisa kenal dengan mereka. Ini nama-nama mereka dan aku suka menyebut mereka dengan sebutanku sendiri. Pertanda sayangku pada mereka..

 Si Dewasa Dewi Theresia Simanjuntak, si manja Utami Febria, Devi Armaya dan Natalia Kristi, si manis dan cengeng Namira Elastica, si adikku ginting Ulina Sari, si tukang telepon Nur Ainun, si innconet girl Suji Desliana, si pipi chubby Citra Sri Devi, si Jepang Yuli Kartika, si tomboy Yoanna Paramitha, si genit Alfa Dewi Oktora, si petruk yang rame Fitri Rahmadany, si penakut Rizky dan Indah,

Lagu favorit

  fergie01.33 (25/12): Mata belum juga mau terpejam

Ini adalah lagu yang menjadi lagu wajib tiap hari. Yah, walau nggak suka dandanan Fergie saat ini, tapi karena syairnya yang ngena banget, jadi cinta mati sama ni lagu

Fergie 

Big Girls Don’t Cry 

Da Da Da Da

The smell of your skin lingers on me now

Your probably on your flight back to your home town

I need some shelter of my own protection baby

To be with myself instead of calamity

Peace, Serenity

[CHORUS]

I hope you know, I hope you know

That this has nothing to do with you

It`s personal, Myself and I

We`ve got some straightenin` out to do

And I`m gonna miss you like a child misses their blanket

But Ive got to get a move on with my life

Its time to be a big girl now

And big girls don`t cry

Don`t cry

Don`t cry

Don`t cry

The path that I`m walking

I must go alone

I must take the baby steps until I`m full grown

Fairytales don`t always have a happy ending, do they

And I foresee the dark ahead if I stay

[CHORUS]

I hope you know, I hope you know

That this has nothing to with you

It`s personal, Myself and I

We`ve got some straightenin` out to do

And I`m gonna miss you like a child misses their blanket

But I`ve got to get a move on with my life

Its time to be a big girl now

And big girls don`t cry

Like the little school mate in the school yard

We`ll play jacks and uno cards

Ill be your best friend and you`ll be mine

Valentine

Yes you can hold my hand if u want to

Cause I want to hold yours too

Well be playmates and lovers and share our secret worlds

But its time for me to go home

Its getting late, dark outside

I need to be with myself instead of calamity

Peace, Serenity

[CHORUS]

I hope you know, I hope you know

That this has nothing to do with you

It`s personal, Myself and I

We`ve got some straightenin` out to do

And I`m gonna miss you like a child misses their blanket

But I`ve got to get a move on with my life

Its time to be a big girl now

And big girls don`t cry

Don`t cry

Don`t cry

Don`t cry

La Da Da Da Da Da

Bersahabat Dengan Hati

01.30. WIB (25/12)00-heart1.jpg

Bersama malam dan kantung mata

Tahun 2008, tinggal selangkah lagi. Aku nggak mau menjabarkan target. Bagiku, hidupku saat ini sudah sangat menyenangkan. Akh, akhirnya aku mampu bersahabat dengan hati. Pada hati, aku katakan “kau boleh sayangi dia,” Aku nggak perduli orang menyangka aku selingkuh karena menyayangi lelaki yang telah punya pacar. Bagiku, menyayanginya dan jujur pada hati adalah hal yang terpenting. Karena menyayangi pria ini juga, aku nggak berniat untuk merebutnya dari sisi sang kekasih. Jika, pada akhirnya dia juga menyayangi aku, yah ini namanya love fact. Yang pasti pula, aku memang nggak ingin terikat saat ini. Pada hati, aku mampu bicara bahwa hati boleh menyayanginya, berada di sampingnya saat dia sedih, senang dan bingung, tapi jangan pernah berpikir menginginkan raganya.

Allah, aku merasakan ketenangan sebulan ini. Karena hidupku akhirnya bisa tenang, bersahabat dengan hati sangat jauh dari logika. Saat inilah aku mampu lakukan itu. Kepada kekasihnya aku minta maaf. Tapi kuyakinkan aku tak menginginkan lelaki ini. Aku bahagia, karena nggak harus munafik, nggak harus menyakiti diri sendiri. Dan pastinya aku akan menjaga hati untuk nggak menyakiti hari kekasihnya…

Di Medan, Band ini cukup mantap

grup musik Medan favoritkuPepito, Anak Kecil yang Doyan Tembang Kenangan

 

Band yang satu ini cukup punya nama dan fans di Kota Medan. Sebelum telinga penggemar musik Indonesia terhanyut dengan lembut dan jernihnya suara seorang Tompi, orang Medan jauh hari telah akrab dengan suara yang sama. Selain terkenal dengan gaya bermusik akustik, Pepito juga memiliki vokalis yang suaranya mirip dengan Tompi. Terlebih setelah Tompi booming dengan lagu ‘Selalu Denganmu’, Renaldy, sang vokalis cukup sering tampil bersama bandnya membawakan lagu tersebut. Jadilah Pepito selalu disebut dengan Tompinya Medan.

“Itu tergantung penilaian orang saja. Memang banyak yang bilang suara saya dan Tompi mirip. Bagi kami itu nggak masalah. Yang pasti Tompi adalah Tompi, dan Pepito adalah Pepito. Dan kami hadir sebelum Tompi mengeluarkan albumnya, kebetulan konsep musik Tompi sesuai dengan kami, jadi match saja kalau membawakan lagunya,” ujar Renaldy, Vokalis Pepito, kepada wartawan koran ini di Brothers Café, Selasa (14/8).

Cowok yang akrab disapa Aldy ini menjelaskan Pepito sendiri hadir bulan Juli tahun 2001 dengan konsep awal mengusung lagu-lagu tembang kenangan. Konsep yang membuat mereka beda dari kebanyakan band-band anak muda saat ini. Pepito yang hadir karena personilnya tinggal di kawasan Polonia serta teman satu sekolah ini memang doyan lagu sweet memories. “Kami ingin merebut pasar yang didominasi orang tua. Pertama kali kami sering ‘ngamen’ di Warkop Harapan terutama buat pengunjung yang sudah berumur. Namun semua personil Pepito tetap mendengarkan musik-musik baru, sambil meng-up date musik kami,” jelasnya.

Tidak hanya unik pada pilihan lagu tembang kenangan, band ini juga punya nama yang terbilang unik. Nama Pepito sendiri hadir tanpa sengaja. “Pertama kali tampil di Kakak Tua Café, kami menyanyikan lagu tembang kenangan seperti lagu the beatles dan lagu latin. Karena personil yang didominasi orang muda, kami disuruh tampil di ruangan yang namanya Kakak Muda saat itulah nama Pepito muncul yang artinya anak kecil dalam bahasa latin,” kenangnya.

Namun hadir cukup lama sejak tahun 2001, Pepito masih belum memiliki album. Pepito pun lebih nyaman membawakan lagu milik musisi lain tiap kali manggung. “Jujur saja masih ada rasa belum berani untuk membuat album, walau ada niat untuk gabung dengan major label. Tapi karena kesibukan para personil di luar musik kadang menghalangi materi musik kita. Tapi kami juga pernah membawakan satu atau dua lagu milik sendiri. Mungkin untuk sementara ini, kami ingin buat single dulu,” kata cowok yang masih berstatus sebagai mahasiswa ini.

Kini, pentas Pepito tidak lagi sama seperti dulu. Pepito sudah punya jadwal sendiri di café. “Ngamen di Warkop dikurangi selama kami ada kontrak manggung dengan café. Karena ini tanggungjawab band juga dengan café, kan nggak enak saja kalau nanti mereka merasa band yang dikontrak mainnya di warkop,” tegas Aldy.

Tidak hanya di café, Pepito juga pernah manggung di seputaran Banda Aceh. Aldy juga pernah duet sama Naif dan tampil fullband dengan Eddi Silitonga. “Musik ini pilihan semua personil, terkesan tua, tapi dengan campuran sedikit jazzy anak muda sekarang pasti bisa menerimanya,” pungkasnya. (nina rialita)

Data Band

Nama : Pepito

Lahir : Juli 2001

Personil : Renaldy (vokal)

Ipit (gitar)

Andi (rhythm)

sJacky (drum : addplayer)

Musik : Akustik

Aliran Musik : Sweet Memory

Basecamp : Polonia (rumah Ipit)

Manggung : Selasa/Kamis (Brothers Café)