Cartarina Art & Craft

Aktivitas sederhana menempel foto di kertas dan memodifikasikannya dengan guntingan gambar dan kata-kata dari majalah sudah dilakoni Carina Agustin Meliala sejak duduk di bangku SMA. Dari tangan kreatifnya, perempuan berusia 28 tahun ini acap kali menyalurkan hobinya tersebut dan semakin aktif begitu hijrah untuk kuliah di luar kota, tepatnya di Universitas Atmajaya.

Cartarina Art and Craft (5)

Belakangan, Carina baru mengetahui bahwa hobinya itu merupakan bagian dari scrapbook, yang dikenal dengan seni menempel foto di kertas, dan menghiasnya menjadi karya kreatif yang di luar negeri menjadi media penyimpan memori yang tak lekang oleh waktu. “Kalau dulu saya suka membuatnya dari kertas biasa dan menggunting gambar unik dari majalah lalu dijadikan album. Awalnya untuk keperluan sendiri, tapi ada teman yang tahu lalu minta tolong dibuatin untuk kado,” ungkapnya kepada Majalah Pengusaha Indonesia, saat ditemui di galerinya di Jalan Jamin Ginting No 399, Medan.

Pengetahuannya tentang scrapbook semakin berkembang, begitu kreativitas ini masuk ke Indonesia tahun 2008. Setelah itu, alumni mahasiswi jurusan komunikasi advertising marketting ini semakin gencar menambah skillnya. “Saya belajar secara otodidak via internet tahun 2010, dan mengetahui ternyata ada kertas khusus scrapbook yang sangat cantik, meski sayangnya kertas sebagai bahan baku itu belum ada di Indonesia,” ungkapnya.

Permintaan pembuatan bingkai dan album foto dari sekadar orang terdekat, membuat Carina menyambar peluang. Apalagi, dia sudah mulai paham scrapbook sebenarnya. Tahun 2011, dia beranikan diri membuka usaha ini via internet dan memasarkan karyanya di facebook dengan bermodalkan Rp500 ribu. Dia membuat contoh album dan bingkai, kemudian diposting ke dunia maya. Tak dinyata, banyak peminat. Di awal, dia menggunakan sistem made by order. “Ini kan barang cantik, bukan barang primer tapi tersier dan banyak peminatnya. Kalau di Jawa ini sudah dikenal. Tapi di Medan belum. Kalau jualan di online tidak banyak kesulitan, kecuali bahan baku yang harus diimpor. Saat ini suppliernya ada di Jakarta dan daerah lainnya, tapi di Medan belum ada. Ya masih memanfaatkan suplier. Walau sebenarnya saya yakin Indonesia bisa membuat bahan baku ini, kertas yang bebas asam yang membuat kertasnya tidak berubah warna. Kalau dari info internet, hasil karya scrapbook bisa tahan seratus tahun, layaknya kertas arsip di luar negeri, makanya mahal,” ungkapnya.

Dalam scrapbooking, Carina butuh empat sampai enam hari, bahkan bisa lebih tergantung tinggal kesulitan yang sesuai keinginan konsumen. Maka tak heran, satu karya scrapbooknya bisa mencapai Rp850 ribu. “Ini sudah masuk ke seni, aku buat sendiri. Scrapbook itu bisa jadi album, diari, bingkai, bahkan botol bekas bisa dijadikan cantik dan tetap bagian dari scrapbooking tapi medianya macam yakni mix media,” tuturnya.

Setahun jualan via online, Carina memutuskan fokus dengan usahanya dan membangun di tanah kelahirannya Medan. Didukung oleh kedua orang tuanya, Carina membuat galeri di kawasan tempat tinggalnya, yang kebetulan dekat dengan Universitas Sumatera Utara (USU) dan beberapa kampus lainnya. Galeri tersebut diberi nama Cartarina Art & Craft yang ada mulai Mei 2012. Carina tidak lagi hanya mengandalkan produk dari hasil scrapbook tapi juga lainnya, seperti asesoris yang nyaman di kantong mahasiswa. Di galeri ini, dia bahkan menjual batik tulis, tikar dari eceng gondok yang bisa dijadikan sampul, asesoris, dan banyak lainnya. “Setelah settle di scrapbook, saya memperbanyak produk yang dijual,” timpalnya.

Diakuinya, untuk pelanggan yang datang ke galeri mayoritas 80 persen adalah mahasiswi, namun khusus scrapbook yang merupakan konsumen lama adalah kaum ibu-ibu. Sedangkan, untuk pejualan scrapbook via online masih terus berjalan dan mencakup pelanggan dari Sabang, Jakarta, Denpasar, Surabaya, dan Pontianak. “Ya itu, kalau online sudah menyebar. Kalau di gerai, yang datang membeli tidak hanya fokus ke scrapbook tapi produk lainnya. Seperti asesoris banyak peminatnya mahasiswi karena mereka bisa request mau dibuatkan seperti apa,” jelasnya.

Namun, meski sudah punya gerai sendiri Carina mengaku posisi usahanya belum pada posisi nyaman. Hitungannya, jika dilihat dari jualan awal di facebook, dia sudah balik modal. Rata-rata dalam sebulan bisa laku seratus jenis produk di galerinya, terutama asesoris yang dibanderol mulai Rp5 ribu. Sedangkan untuk scrapbook bisa tiga atau empat tergantung momen dengan omset Rp3 jutaan sebulan. Pemesan biasanya sering memesan untuk acara ulang tahun, ulang tahun pernikahan dan lainnya. “Tapi karena ini bicara investasi berupa gerai yang butuh biaya operasional lebih, maka saya belum break even point (BEP). Saya punya target lima tahun ke depan semua sudah settle. Di Medan, peluang besar belum ada saingan, tapi harus sabar, terutama kalau jualan produk seni. Saya beruntung disokong orang tua dalam pendirian gerai ini, walau di benak mereka berpikir apakah ini bisa berhasil. Tapi saya yakin, meski terbilang nekat di awal,” bebernya sambil tersenyum. (nina rialita/terbit di Majalah Pengusaha Indonesia, Jakarta, September 2013)