Lintas…melintas…terlintas…tas….tas…tuntas….

31 Maret 2011, 00.34 WIB

Life is a gambling…but I refuse tobe a gambler…because…life is all about choises…

Sometimes…it works…sometimes…it failed….that’s  a risk of choice

Feel different now…as a person…as a woman..and a wife….

There’s a lot of things have to be done…and  I feel I’ve done the right thing….

Thanks to the pasts..who left a lot of lesson to learn….

 

Profil Ahli Forensik di Medan dr Surjit Singh, SpF, DFM

Lebih Dekat dengan dr Surjit Singh, SPH, DFM, Ahli Forensik (1)

//Dari Crime Scene Investigation hingga Tangani Kasus Dukun AS//

Dokter Spesialis Forensik tak banyak seperti bidang lainya. Di Sumatera Utarapun jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Satu diantaranya, dr Surjit Singh, SPH, DFM, Kepala Instalasi Kedokteran Forensik dan Mediko-Legal Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Pirngadi Medan. Seperti apa geliat dunia kerjanya? —

DI ruangan yang akrab disebut sebagai kamar mayat itu, dr Surjit, sangat terbiasa dengan aroma jenazah. Sejak tahun 2002, bapak tiga anak ini sudah menjabat sebagai Kepala Instalasi Kedokteran Forensik. Kurun waktu 10 tahun ini, dia telah turut serta dalam berbagai pengidentifikasian jenazah untuk pengungkapan kasus yang berujung kematian. Sebut saja kasus Dukun AS. Dari 42 korban, warga Jalan Setia Budi kebagian tiga jenazah. “Itu salah satu kasus yang cukup berkesan. Mengingat peristiwanya menjadi isu nasional juga fenomenal,” ujarnya kepada SINDO di ruangan, kemarin.

Selain, kasus pembunuhan, Surjit juga sering menyumbangkan tenaga untuk kasus bencana alam. Tahun 2009 lalu, dia juga erbang ke Padang, Sumatera Barat, saat terjadi gempa. “Bersama dengan Polda Sumut, di sana kita ikut juga mengidentifikasi jenazah. Meski harus menempuh jarak, namun kasus bencana seperti ini membuat kita tidak hanya bergelut dengan identifikasi mayat tapi juga bercampur rasa iba melihat keluarga yang ditinggal,” bebernya.

Penyandang gelar Dosen Luar Biasa Universitas Sumatera Utara (USU) ini mengaku sangat menyatu dengan dunia forensik. Meski diakuinya, di usia mudanya, dia awalnya hanya ingin menjadi dokter. “Tak ada niat saya menjadi dokter forensik saat itu, saya memang ingin menjadi dokter umum. Namun saat itu, semakin saya belajar rasa ingin tahu saya semakin besar, dan tahun 1993 saya masuk spesialis sentra pendidikan forensik di Fakultas Kedokteran USU. Hingga sekarang saya sangat menikmatinya,” ungkap pria kelahiran tahun 1951 ini.

Terlebih, keponakan Ahli Forensik Prof Amar Singh ini, melihat saat itu, jumlah ahli forensik sangat minim dibanding dokter spesialis lainnya. Dia tak menampik kalau pertama kali sempat merasakan hal yang tak mengenakkan saat menginjakkan kaki ke Kamat Mayat. “Saat menjadi co-asst, mau enggak mau ya harus dijalan. Awalnya masuk ke kamar mayat dan menanganinya timbul rasa aneh dan agak takut, tapi belakangn karena sudah terbiasa, jadinya seperti enggak ada masalah,” paparnya. Surjit menjelaskan rasa nyaman bergelut di dunia forensik, juga karena hobinya menonton film bergenre horor. “Bisa dibilang saya penggemar crime scene investigation. Film yang mengungkap tentang kehajatan. Ini juga yang membuat saja semakin teguh menjadi ahli forensik,” tegas pria yang juga mengajar di Bagian Forensik Rumah Sakit Umum Pusat (RSUPHAM) ini.

Pria bertubuh besar ini mengatakan, saat ini dua dari tiga anaknya juga mengemban ilmu di Fakultas Kedokteran USU. Dia mengaku, sangat senang jika nanti anaknya menjadi ahli forensik. Namun sebagai orang tua, Surjit tak mau memaksakan kehendak. “Saat ini mereka masih belajar di tahap awal. Kalau nanti memlih seperti saya ya saya senang, tapi saya tak boleh memaksa. Tergantung bakat mereka dimana dan mau jadi dokter spesialis apa, kami orang tuanya mendukung saja,” jelasnya. (nina rialita)

Lebih Dekat dengan dr Surjit Singh, SpF, DFM, Ahli Forensik (2/habis)

//Mengonsumsi Air Hujan saat  Menjabat Kepala Puskesmas di Kalimantan Barat//
Sukses menjadi Ahli Forensik ternama di Sumatera Utara,  tak diraih dengan mudah oleh dr Surjit Singh. Bahkan, sebelum menikmati indahnya jabatan Kepala Instalasi Kedokteran Forensik dan Mediko-Legal RSUD dr Pirngadi Medan, pria berusia 59 tahun ini harus merasakan pahitnya hidup di desa terpencil di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.

Pria yang menamatkan Dipploma  Forensic Medicine di Belanda ini, menuturkan, karirnya diawali saat mengajukan diri menjadi pegawai negeri tahun 1987 di Jakarta, usai menamatkan kuliah di FK USU. Saat itu, menurut Surjit, setiap tenaga medis yang ingin menjadi pegawai negeri, harus mau ditempatkan di desa.  “Dan saya memilih Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.  Waktu itu, kondisi daerah sangat minim fasilitas. Saya di sana ditunjuk menjadi Kepala Puskesmas juga Kepala Sekolah swasta.  Karena kebutuhan air tidak sesuai dengan yang tersedia, saya bersama istri,  saat itu harus menggunakan air hujan untuk minum,” ungkapnya.

Sanggau, dijelaskannya ibarat desa yang tak sentuh. Air bersih yang tak sedia, membuat pilihan minum air hujan adalah alternatif terbaik.  “Desanya memang jauh. Untuk menjangkaunya, kita harus naik pesawat ke Pontianak dulu, lalu naik bis dan naik perahu satu harian,” tukasnya.

Pria yang juga mengikuti kuliah di Punjab University, India tahun 1985 ini, mengatakan meski jauh dari hiruk pikuk suasana ibu kota, dia mengaku puas. “Ada rasa kepuasan tersendiri. Karena saya dapat membantu dan mengabdikan disiplin ilmu dalam kesehatan untuk masyarakat sekitar yang membutuhkan,”  ujar warga Setia Budi ini.

Surjit berada di Kabupaten Sanggau tak lama. Tahun 1990, dia hijrah ke Pontianak. Dia diberi tanggung jawab sebagai Kepala Seksi Ibu di Dinas Kesehatan Tingkat I.  “Dan tahun 1992  saya diangkat jadi Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Pontianak,” timpal bapak tiga anak ini.

Petualangannya usai saat tahun 1993, dia memilih mengabdi kembali ke Medan dan memperdalam ilmu forensiknya.  “Sejak saat itu, saja terus berada di USU mengambil spesialis, dan setelah tamat baru diangkat jadi Kepala Instalasi Forensik di RSUD dr Pirngadi Medan,” tukas dosen luar biasa di USU ini.

Keseriusannya, di bidang forensic, membuat Surjit sering dipanggil mengikuti pelatihan forensic, termasuk menjadi fasilitator.  Diantaranya, Disaster Victim Identification (DVI) di Surabaya. “Juga kadang sampai Singapura. Ini sangat penting untuk terus menambah ilmu dan berbagi ilmu,” timpalnya.

Pria  sebagian rambutnya mulai memutih ini sejatinya telah dilirik oleh Kementrian Kesehatan untuk bekerja di Pusat. Hal itu dikatakan Direktur RSUD dr Pirngadi Medan beberapa waktu lalu, saat pertemuan dengan Tim Kementrian Pendidikan saat meninjau rumah sakit dengan label pendidikan.

“Dokter Surjit sudah diminta ke Jakarta, tapi kita enggak kasih, karena kita masih butuh beliau di sini,” ungkap Dewi Fauziah Syahnan di Ruang Rapat I.

Surjit hanya tersenyum saat ditanya tentang ‘pinangan’ Kementrian Kesehatan itu. Dia menegaskan belum ada pinangan resmi. “Sampai saat ini belum ada yang menyampaikan langsung ke saya. Namun saya rasa memang masih butuh berada di sini (Pirngadi). Karena nanti kalau saya pergi, siapa yang mengajar para dokter muda ini, Mereka bibit-bibit kita juga,” bebernya tersenyum.

Surjit mengakui, saat ini kebutuhan dokter ahli forensic terus ditingkatkan. Sejalan dengan program pemerintah pusat.  “Pemerintah saat ini telah memiliki program khusus, agar PPDS yang mengikuti forensik di seluruh Indonesia bisa meningkat. Kementrian Pendidikan Nasional menyadari hal itu,” pungkasnya. (nina rialita)

Posted in 1

PSSI oh PSSI

(Teringat kasus lama, thanks to Sumut Pos atas penugasannya. Diterbitkan di Jawa pos dan Sumut Pos, Juni 2007)

Bukan Cari Sensasi

Adalah Sekretaris Umum Penajam Medan Jaya Syawal Rifai yang kali pertama mencuatkan isu suap kepada Togar Manahan Nero (ketua Komdis PSSI) dan Kaharudin Syah (anggota Komite Eksekutif PSSI). Ada apa di balik keberaniannya mengungkap praktek haram in? Berikut wawancara Syawal dengan Nina Rialita dari Sumut Pos (Grup Jawa Pos).

————

 

Apa motivasi Anda mem-blow up kasus ini?

Untuk sepak bola nasional. Kita ingin ke depannya diisi oleh orang-orang yang punya tanggung jawab dan moral terhadap bangsa. Gerbong Nurdin Halid harus diisi dengan orang-orang yang bersih. Karena setiap tahun pasti ada saja masalah.

Adakah orang di balik Anda mengungkapkan kasus ini?

Nggak ada. Cuma insiatif saya saja. Karena kita punya kemauan. Itu saja, tak ada yang lain. Karena kita sudah lama di bola.

Apakah Anda punya masalah pribadi dengan Togar?

Harus ada regenerasi di Komisi Disiplin. Harus diganti, itu keinginan saya pribadi. Karena dia sudah terlalu lama menjabat itu, dari zamannya Agum Gumelar. Apa sengsara dia (Togar) kalau nggak menjabat. Kenapa mesti takut, apa yang kita takutkan? Tekanan? Semua orang tahu gimana Togar. Masalah terima atau tak terima, itu masalah pribadi dia. Soal risiko atau ancaman pasti ada, tapi untuk saat ini belum ada. Saya punya teman-teman wartawan PSSI yang siap membantu.

Anda dibilang cari sensasi mengungkapkan kasus ini, tanggapan Anda?

Sama sekali bukan cari sensasi. Saya sudah bicara dengan Pak Nurdin Halid dan bilang legawa bila Medan Jaya mengundurkan diri. Saya sudah siapkan surat, tapi saya bukan manajemen tertinggi. Jadi, surat itu belum disetujui manajemen. Belum lagi keputusan komdis yang katanya tanggal 12 Juni harus bayar denda. Kalau nggak bayar dapat hukuman tambahan. Kita pun tak tahu apakah hukuman tambahan itu bisa-bisa turun ke divisi tiga. Padahal kami sudah pasrah jika Medan Jaya mundur musim ini dan mempersiapkan tim lebih dulu untuk berikutnya. Tapi, Togar malah buka-bukaan.

Untuk melanjutkan kasus in, apakah Anda punya bukti kuat?

Kita nggak bodoh. Dia punya strategi kita juga punya. Saya punya rekaman omongan Arsiman (Asisten Manajer Medan Jaya Arisman Bermawi, Red) soal pertemuannya dengan Kahar (Kaharudin Syah, Red). Saya juga simpan SMS Arisman soal uang itu. Saya juga punya fotocopy cek senilai Rp100 juta itu. (*)

 

 

Mengurai Isu Suap Medan Jaya

Bisa Lebih Kotor

Sepak bola kembali diguncang isu suap. Yang menghembuskan adalah klub divisi satu Penajam Medan Jaya (PMJ). Mereka mengaku telah menyetor Rp100 juta kepada oknum pengurus PSSI. Bagaimana kasus ini terjadi? Berikut penuturan Sekretaris Umum Medan Jaya Syawal Rifai.

—————–

Semuanya bermula saat workshop di Jakarta bulan Maret 2007 yang Medan Jaya sendiri tak ikut. Di situ dari peserta ada yang komplain, yaitu PSP Padang soal putusan yang diketuk PSSI untuk Medan Jaya yang tetap boleh berlaga di divisi satu setelah WO (walk over) pada tahun 2006. Mereka membandingkan dengan kasus Persebaya yang langsung drop ke divisi satu.

 

Nah, komplain itu dibawa ke komisi disiplin. Kita sebenarnya nggak tahu masalah itu, karena yang mengetuk putusan kan yang tertinggi di PSSI, yakni Nurdin Halid. Ketika sudah diputuskan begitu, kenapa pula harus dibawa lagi ke komisi disiplin. Kita juga tak tahu kenapa Medan Jaya bisa diputuskan berlaga di divisi satu lagi.

Sebenarnya kita sudah pasrah saat Medan Jaya ke divisi dua. Tapi, kita melihat sinyal dari pusat soal Medan Jaya yang bisa bermain lagi di divisi satu musim ini. Makanya kita pun cari investor secara dadakan. Semuanya ini bukan berawal dari saya, tapi dari yayasan karena ada Memorandum of Understanding (MOU) dengan pihak Penajam di Kaltim.

Setelah workshop itu, Yayasan Medan Jaya berkomunikasi dengan Komdis. Saya hubungi Togar (Ketua Komdis PSSI Togar Manahan Nero, Red) akhir Maret via telepon. Minta tolong. Togar bilang: Tenang saja, kalau bisa ditutup dengan ludah, kenapa nggak bisa pake ludah?. Itulah percakapan terakhir.

Setelah itu, Kaharuddin (anggota Komite Eksekutif PSSI Kaharudin Syah, Red) bertanya sebenarnya Medan Jaya milik siapa? Siapa yang bayar? Kemudian Arisman (Asisten Manajer Medan Jaya Arisman Bermawi, Red) bertanya berapa denda yang masuk kantong pribadi.Manajemen Medan Jaya lewat ketua umum Iwan Datuk Adnan akhirnya menyebutkan jumlah Rp100 juta. Lalu jumlah itu disampaikan ke Kaharuddin.

Tanggal 5 April di Hotel Sultan Jakarta, Arisman menghubungi Kahar, menyatakan bahwa uang sudah ada sesuai janji. Di sana kita hanya mau menyerahkan Rp 50 juta. Kahar kemudian telepon Togar. Kata Togar, jangan terima kalau nggak penuh jumlahnya. Akhirnya nggak terjadi transaksi saat itu.

Tanggal 12 April di Hotel Century Jakarta, Arisman menelepon Togar. Togar kemudian mengirimkan sopirnya bernama Andi untuk mengambil uang Rp100 juta itu. Kemudian datanglah Andi dan membawa uang itu. Artinya, suap menyuap ini adalah antara manajemen Medan Jaya dengan Komdis.

Jujur saja, kita sudah diintruksikan untuk tutup mulut. Tidak boleh ngomong kepada siapa saja termasuk media selesai sidang. Tapi, keika Medan Jaya WO lagi pada tanggal 24 April (melawan Persih Tembilahan, Red), Togar malah berkoar.Katanya, Medan Jaya didegradasi dan dikenakan denda Rp50 juta.

Kita sudah ada komitmen tidak ngomong ke media. Tapi, dia yang malah berkoar. Padahal hukuman WO itu belum diterima secara resmi oleh Medan Jaya, tapi sudah di-blow up lewat media. Kita pun emosi dan mengungkapkan masalah ini. Dia buka, kita buka. Dia kotor, kita juga bisa lebih kotor. (nina Rialita)

Posted in 1

Empat Bulan, 104 Anak Jadi Pelacur

Anak adalah bagian penting sebuah negara. Di pundak bibit masa depan ini, terdeskripsi seperti apa gambaran negara suatu hari nanti. Nyatanya, banyak kasus yang merugikan anak terus bergulir. Mereka terlupakan, terabaikan dan tereksploitasi. Untuk kondisi ini kita semua tak boleh menutup mata.

Menyikapi Hari Anak Nasional (HAN) yang jatuh tanggal 23 Juli sejak ditetapkan pada tahun 1986, agaknya kita perlu melihat realitas anak Indonesia baik secara global maupun Sumut khususnya. Untuk itu, Sumut Pos secara spesial menghadirkan bincang-bincang wartawan Sumut Pos, Nina Rialita dengan Direktur Eksekutif Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Ahmad Sofian, kemarin (23/7) di Medan.

Anda dikenal sebagai aktivis anak. Sebenarnya, umur berapa seseorang masih dianggap sebagai anak?
Anak didefinisikan sebagai seorang laki atau perempuan yang belum berusia 18 tahun, bahkan ketika masih di dalam kandungan pun tetap bisa diketegorikan sebagai seorang anak.

Berjalan sudah 23 tahun sejak pertama kali HAN dicanangkan, seperti apa Anda melihat kondisi anak-anak di Sumut?
Sangat sulit memberi deskripsi tentang situasi anak-anak di Sumut. Ini karena perspektif yang berbeda ketika melihat kondisi anak-anak tersebut.
Namun ada indikator yang bisa dijadikan alat untuk memotret kondisi anak-anak di Sumut yaitu standar yang tercantum dalam konvensi hak anak. Dalam konvensi setidaknya ada empat prinsip yang harus dipakai yaitu prinsip non diskriminasi, prinsip kepentingan terbaik anak, prinsip tumbuh kembang dan prinsip partisipasi anak dalam mengambil keputusan tentang dirinya.
Di Sumut keempat prinsip ini belum menjadi prioritas sehingga anak-anak masih dimanfaatkan dalam pekerjaan yang membahayakan kondisi fisik dan sosial anak, sepatutnya anak berada dalam lingkungan pendidikan dan bukan lingkungan pekerjaan.

Detailnya?
Masih dijumpai anak-anak yang gizi buruk dan kekurangan gizi, hal ini menunjukkan prinsip tumbuh kembang anak dilanggar. Anak-anak dari keluarga miskin, sangat sulit mengakses sekolah-sekolah yang berkualitas ini menunjukkan prinsip non diskiriminasi masih berlangsung. Kekerasan terhadap anak kurang direspon secara serius dan juga belum adanya organisasi anak yang mampu menyuarakan kepen-tingan anak, sehingga partisipasi anak diabaikan.

Bagaimana dengan kasus trafficking?
Kasus trafficking masih merupakan kasus kekerasan terhadap anak yang masih tinggi di Sumut, khususnya trafficking untuk tujuan seksual. Artinya anak-anak dijual untuk dijadikan pelacur paksa. Mereka direkrut dan dibujuk dan dijanjikan bekerja tetapi kenyataannya mereka dijadikan pelacur. Ini merupakan bentuk kejahatan yang luar biasa dalam menghancurkan masa depan anak.

Menurut catatan PKPA pada bulan Januari-April 2008 ada sebanyak 104 kasus anak yang dijual untuk dijadikan pelacur, ini merupakan angka yang fantastis dalam tempo 4 bulan saja. Kasus kedua tertinggi setelah perdagangan anak adalah perkosaan terhadap anak yang jumlah 25 kasus dalam periode yang sama. Kemudian ranking ketiga di-susul oleh pencabulan terhadap anak yang jumlah 17 kasus.

Data ini adalah data yang melapor ke PKPA, bukan data yang sebenarnya, dan data yang sebenarnya bila 100 kali lipat dari yang ditampilkan di atas. Dan ini juga menunjukkan bahwa anak-anak sudah tidak aman lagi dari kejahatan seksual yang ada di sekitar mereka. Mereka perlu perlindungan dari orang-orang yang memanfaatkan tubuh mereka untuk kepentingan bisnis nafsu.

Mengapa bisa terjadi?
Perdagangan anak untuk tujuan seksual, perkosaan dan pelecehan seksual adalah bentuk kejahatan seksual. Kejahatan seksual merupakan tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa dan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Saat ini ba-nyak pegiat seks yang menyukai tubuh anak-anak, sebagian dari mereka memang memiliki kelainan orientasi seksual, sebagian yang lain karena fantasi seksual dan sebagian yang lain karena merasa ada kesempatan dimana anak-anak kurang terlindungi. Kejahatan seksual ini sulit diberantas selagi ada orang dewasa yang memiliki faktor-faktor yang di atas.

Berdasarkan penelitian PKPA di Sumut daerah mana saja yang paling banyak terjadi kasus trafficking?
Berdasarkan data, ternyata dari Medan terbanyak direkrut dengan cara rayuan untuk dijual menjadi pelacur paksa. Mereka umumnya tergiur dengan bujuk rayu dengan janji kemewahan dan uang.

Mengapa kasus trafficking begitu gampang menyebar?
Faktor yang paling dominanan adalah permintaan atas gadis-gadis muda ini. Para mucikari mencari mereka untuk dipekerjakan di pub, karoke, diskotek, panti pijat dan tempat-tempat pelacuran terselubung lainnya. Disamping karena permintaan, faktor kedua adalah sindikat yang melakukan perekrutan terhadap korban, sindikat menjadi faktor utama yang didukung tingginya angka permintaan, kedua faktor ini yang menyebabkan tidak akan pernah berhentinya kasus-kasus trafficking. Faktor lain adalah masih rendahnya pengetahuan sebagian masyarakat tentang kasus kejahatan ini sehingga mereka terperdaya dengan rayuan gaji besar dan hidup senang.

Melihat cara perekrutannya, trafficking ini melibatkan orang-orang yang ahli. Benarkah begitu?
Ya benar. Saat ini sindikat trafficking menggunakan cara-cara yang lebih profesional untuk merekrut calon korban. Mereka adakalanya memasang iklan lowongan pekerjaan di koran, sehingga dengan mudahnya mereka mendapatkan korban bahkan bisa memilihnya. Adakalanya mereka juga menggunakan anak-anak yang sebaya untuk digunakan membujuk anak-anak yang sebaya mereka dan ini sangat mudah memperdaya calon korban, karena biasanya si anak yang dimanfaatkan untuk merekrut tersebut menggunakan fasilitas hp yang moderen dengan baju yang modis sehingga bisa menarik simpati ABG yang lagi puber dan terikut gaya.

Kalau begitu, boleh dikatakan permasalahan trafficking ini sudah menjadi penyakit akut. Sejauh mana Anda melihat keterlibatan pemerintah mengatasinya?
Dari segi kebijakan dan peraturan maka bisa dikatakan bahwa ada kepeduliaan yang tinggi dari pemerintah dalam mengatasi masalah trafficking. Namun masih ada kesan bahwa keseriusan dalam menanggulangi masalah trafficking sebatas di atas kertas saja. Langkah-langkah yang sistematis yang sudah disusun acapkali berbenturan dengan kelambatan mesin birokrasi mengatasi masalah ini, selain itu masih juga terkesan adanya upaya-upaya dan langkah yang dilakukan sekadar seremonial ketatanegaraan.

Apa yang harus dilakukan masyarakat, LSM, dan pemerintah untuk mengurangi kasus-kasus yang merugikan masa depan anak?
Kuncinya adalah adanya solidaritas sosial terhadap nasib anak negeri ini yang kurang beruntung atau terpuruk pada situasi yang eksploitatif. Jika solidaritas ini bisa dikembangkan dan dimobilisasi, maka yakinlah hak-hak anak akan terpenuhi secara cepat. (*)

Kamis, 24 Juli 2008, Sumut Pos

 

Sumut Tempat Kultivasi Ganja

Tak bisa kita pungkiri, kalau kasus peredaran narkoba di tanah air sudah kian marak. Fenomenanya dapat dikatakan seperti gunung es yang tak pernah cair. Sebagai negara bergembang, Indonesia dinilai sangat rawan menjadi transit barang haram tersebut..

Terlebih lagi untuk ukuran kota seperti Medan yang memiliki bandara Internasional Polonia, narkoba menjadi momok menakutkan. Bagaimana tidak, sejak sejak bandara tersebut mengalami kebakaran tahun lalu. Kini alat pendeteksi narkoba yang salama ini ada tidak mampu mengindentifikasi narkoba masuk ke Medan.

Lalu bagaimana sebenarnya narkoba berkembang di Kota Medan dan apa yang harus dilakukan untuk mengurangi peredaran ini. Berikut obrolan wartawan koran Harian Sumut, Nina Rialita dengan Drs. Zulkarnain  Nasution MA Direktur Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara ( Pimansu)

 

Secara garis besar seberapa parah Narkoba beredar di Sumatera Utara?

Seluruh daerah di Sumatera utara sudah dilanda penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Masyarakat baik di kota maupun di desa sudah khawatir atas permasalah ini. Sebagai contoh, kita pernah ke sebuah desa di daerah Sergai memberikan penyuluhan kepada Ibu – ibu .Yang menarik stetmen Ibu – ibu itu, ialah bahwa kalau anak remaja mereka keluar rumah yang dikewatirkan orang tuanya adalah jangan anakku terjerumus penyalahgunaan narkoba. Selanjutnya ketika saya  ke Gunung Tua, Saya menyampaikan kepada mereka bahwa data menunjukkan 15 persen penduduk di Indonesia terkontaminasi Narkoba. Tetapi malah saya diprotes oleh pemuka agama dan tokoh masyarakat disana. Itu tidak benar kata mereka, di kampung kami sekitar 20 persen. Anak mudanya sudah mulai memakai Narkoba.

Apa yang mendasari, perkembangan barang haram ini begitu  cepat?

Yang pertama adalah bahwa bisnis narkoba begitu menggiurkan kalau dilihat keuntungannya, modalnya kecil untungnya besar, apalagi situasi ekonomi di Sumut mendukung. Kemudian di sini masih tinggi angka pengangguran. Karena data kita menunjukkan bahwa dari status pekerjaan, yang paling tinggi terlibat penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba adalah pengangguran kemudian disusul oleh pekerjaan harian lepas.

Yang kedua adalah kurangnya informasi yang benar dan akurat yang diterima masyarakat tentang bahaya penyalahgunaan narkoba.

Yang ketiga adalah belum diterapkannya hukuman minimum kepada pengedar dan bandar narkoba.

Yang keempat, masih adanya oknum – oknum penegak hukum yang terlibat  kasus narkoba, seperti pasal 86,tuntutan rendah vonis rendah. Bahkan sipir penjara pun terlibat sindikat narkoba.

Yang kelima. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memantau kasus Narkoba. Karena kasus Narkoba berbeda dengan kasus kriminal yang lain. Kalau kasus narkoba tidak ada yang dirugikan secara langsung kecuali antara tersangka dan aparat sementara kriminal lain ada yang dirugikan secara langsung seperti pencurian dan pembunuhan, pasti keluarga dan yang dicuri memantaunya.

 

Dari begitu banyak jenis narkoba, mana yang paling sulit diminimalisir peredarannya?

Sejauh ini yang paling sulit diminimalisir adalah jenis ganja karena Sumatera Utara dekat dengan Aceh. Bahkan di beberapa daerah di Sumut sudah dijadikan sebagai tempat kultivasi ( lahan penanaman ganja.red) seperti kabupaten Madina, Karo, Dairi, Samosir dan lain – lain.

 

Pasca kebakaran tahun lalu, Bandara Polonia kini menjadi tempat yang sangat rawan untuk masuknya narkoba, bagaimana anda melihatnya?

Dulu di polonia namanya airport interdiction yang dipergunakan untuk memantau keluar masuknya narkoba yang diletakkan di terminal International. Sekarang pasca kebakaran alat itu belum diganti. Di terminal domestik alat yang dipakai hanya xray. Dan alat ini tidak mampu mendeteksi secara akurat tentang narkoba. Di polonia hanya ada dua anjing pelacak khusus narkoba milik bea cukai. Dan ini pun jarang kita lihat dipergunakan di bandara baik domestik maupun internasional. Jelas, ini sangat memprihatinkan.

 

Selama beberapa tahun terakhir, bagaimana grafik pemakai dan peredarannnya di Sumut?

Tiga tahun terakhir grafik orang yang masuk rehabilitasi bertambah sekitar 25 persen dan jumlah kasus serta tersangkanya naik 100 persen. Kedua data ini menunjukkan bahwa aparat kepolisian dan dibantu masyarakat sebagai informasinya semakin aktif. Akhirnya Sumut melalui Polda menempati rangking ke – 3 tahun 2007 yang banyak mengungkapkan ksus narkoba sesudah Metro jaya dan Jawa Timur.

 

Untuk membentengi diri, cara apa yang harus dilakukan agar tak terjebak Narkoba?

Faktor utama adalah  self esteem ( ketahanan diri) dari rayuan, godaan, dan bahkan tawaran gratis dari sindikat narkoba.

 

Dalam mempengaruhi orang untuk terjerumus narkoba, gaya apa yang paling gampang?

Komunitas yang paling gampang dipengaruhi pemakai narkoba adalah tekanan kelompok sebaya. Mulai dari faktor pencarian jati diri hingga keinginantahuan yang besar.

Apa bahaya terbesar jika menggunakan narkoba, baik itu pemakai atau pengedarnya?

Bahaya besar bagi penggunaan narkoba adalah terganggunya pusat saraf dan lama kelamaan bisa dirusak yang disebut dengan permanent damage, prilaku manusia, perasaan manusia, organ tubuh dan bahkan bisa terinfeksi HIV dan hepatitis B dan C bagi penggunaan narkoba suntik.  Bahaya besar selalu menghampiri pengedar adalah hukuman penjara dan  bisa hukuman mati dan hidupnya tidak tenang karena selalu tetap merasa bersalah dan selalu terbayang – bayang atas kesalahannya.

Pemerintah menurut anda, sudah cukup kuat memberantas ini?

Pemerintah belum cukup kuat memberantas ini. Alasannya adalah; pertama, komitmen pemerintah jelas tetapi komitmen itu belum sampai ke seluruh aparat penegak hukum,eksekutif dan legislatif

Kedua, Peraturan pemerintah pelaksana UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika belum selesai. Padahal amanah UU ini untuk membentuk peraturan pemerintah pelaksana paling lambat satu tahun.

Ketiga, BNP ( Badan Narkotik Propinsi ) dan BNNK  (Badan Narkotika Nasional Propinsi) belum menjalankan tugas dan fungsinya.

Keempat, menimnya APBD dari masing – masing kota dan kabupaten untuk  kegiatan narkoba baik pencegahan, penyelamatan dan penegakan hukum.

 

Yang terakhir apa yang harus dilakukan agar generasi masa depan tidak semakin terjerumus?

Yang pertama adalah Undang – undang Narkotika dan Psikotropika yang selama ini terpisah harus disatukan dan direvisi berdasarkan kondisi yang berkembang. Kedua, pemerintah kabupaten dan kota memberikan perhatian serius dengan menganggarkan  APBD masing – masing dan juga harus direspon baik oleh DPRnya. Jangan terjadi pro dan kontra seperti selama ini.

Ketiga, BNP dan BNK harus berjalan berdasarkan tugas dan fungsinya. Keempat Penanggulangan narkoba dilakukan dengan simultan dan holistik jangan parsial. Dan yang terakhir adalah pemerintah membuat data yang akurat tentang permasalahan narkoba sehingga dapat menyusun program dan kegiatan yang tepat sasaran dan berhasil guna.

 

Tulisan ini telah diterbitkan di harian Sumut Pos Edisi Sabtu, 7 Juni 2008

Lara

Oleh : Nina Rialita

Seserius apakah saat kau menjanjikan dunia penuh tawa?
Haruskah aku percaya atau malah tertawa?

Krakk, bunyi itu terdengar keras menghantam hati serta jantungku. Tapi, tak satupun raga mendengar. Orang-orang di sekitar ruangan baca itu tetap sibuk dengan aktivitasmasing-masing. Tak satupun menoleh untuk kuatkan batinku. Begitu juga dengan Dana yang masih terus bercerita. Bibirnya komat-kamit seperti mbah dukun sambil menguliti buah apel. Duh, Na tak bisakah kau bunuh saja aku dengan pisau apel itu. Ayo tusukkan saja, please. Aku memang merasa lebih baik mati, bagaimana mungkin aku harus hidup dengan ini. Akh, tak ada perempuan yang bisa sumringah dengan semua ini. Aku ingin menitikkan cairan kesedihan, karena itu adalah obat mujarab untuk setiap lukaku. Tapi tak bisa. Tak bisa.

Aku ingin mati, Na, ingin. Tapi Aku masih punya Tuhan. Tak mau ku biarkan diriku meradang dan membusuk di neraka. Panas api kompor saja, aku sudah menjerit. Bagaimana mungkin aku harus bunuh diri? Please stop Na. Walau mungkin saat itu aku merasa mengakhiri hidup adalah jalan terbaik. Tapi mulutku bagai dikunci balok es. Menggigil bibirku tak mampu merangkai kata. Ayo mata menangislah, hati menjeritlah. Agar Dana tahu, ceritanya buatku rasakan perih
mendalam. Na, jangan berkata buruk tentang pasangan jiwaku. Dia tak mungkin seperti itu. Na, dia berjanji padaku merajut awan untuk dijadikan rumah impian. Kau berkata bagai burung pelatuk yang bising. Kau masih ingat woodywoodpecker? Seperti itulah yang terjadi. Sedari kau bicara, aku ingin kau berhenti, karena dadaku bergemuruh.

Ntah marah atau sedih. Yang pasti aku menerawang. Aku berharap ini mimpi. Tapi bukan, ini nyata karena perih ini kurasakan benar. Dan ya, aku harus menghadapi ini. Detik demi detik, menit demi menit menikmati irisan demi irisan yang terus membuat luka hatiku membesar perlahan.

***
Namanya Dana, umurnya 24 tahun. Perempuan sederhana dan blak-blakan. Aku baru mengenalnya sebulan lalu tanpa sengaja. Namun perkenalan yang tiba-tiba di ruang baca itu benar-benar dahsyat. Dan pertemuan yang tanpa sengaja dan berjalan hanya satu jam itu langsung meluluhlantakkan hidupku selama 26 tahun. Percakapan kami diawali dengan senyuman. Padahal selama ini tak jarang kami bertemu dalam satu kesempatan. Kami selalu berlalu dan tak pernah bicara. Bahkan aku sering mengabaikannya, sebab tak pernah satu kalipun kami punya topik sama yang perlu dibicarakan.

Namun hari itu, aku senang ingin menyendiri. Aku menyambangi tempat biasa aku menumpahkan rasa. Saat aku sedang gerakkan pena di selembar kertas. Kau datang. Aku sempat terbelalak, rangkaian kata yang kutuliskan dengan nada kerinduan tentang seseorang langsung ku simpan.

Tiba-tiba saja kau duduk di sampingku. Sambil memegang buah apel yang sedang kau kupas, kau bicara tanpa ku minta. “Hei aku Dana, Aku juga punya saudara yang hobi nulis kayak kamu lho. Tapi belakangan, dia sibuk banget. Bulan depan dia married. Wuih, akhirnya. Maklum, pacarannya sudah sembilan tahun. Lama kan? Bla..bla..bla,” ujarmu sambil mengunyah buah asal Kota Malang itu.

Na sudahlah. Hentikan. Cukup. Untuk apa kau ceritakan ini semua. Kita baru berkenalan satu hari dan hanya beberapa menit. Tapi kau sudah bicara panjang lebar. Hah, siapakah kau Dana. Secepat itukah kau akrab dengan seseorang? Kau bahkan tak tanyakan siapa namaku. Atau kau memang tahu siapa aku sebenarnya. Tapi kau pura-pura tak tahu dan sengaja membiarkan aku mendengar ini semua. Ntahlah.

Dia bercerita tentang sosok lelaki yang ternyata pria dalam hidupku. Pria yang selama lima bulan ini mengisi hari-hariku. Ceritanya mengalir deras, sampai-sampai aku tak bisa memberi komentar. Pedih, lirih, semua bercampur jadi satu. Pernikahan? Akh, bagaimana mungkin pria dalam hidupku yang pernah bersumpah akan bersamaku, akan menikahi perempuan lain? Dana cerita dari A to Z. Aku bingung, bagaimana mungkin juga pria itu tak bilang padaku? Mengapa aku harus tahu dari Dana? Tidak, tak mungkin. Dana, aku yakin benar bahwa dia pasangan hidupku. Dia adalah pelangi selepas hujan merenda hari. Dia adalah pemutih yang membasuh hitamnya hati. Aku memanggilnya Kehidupan. Ya, aku merasa hidup saat bersama dengannya.

Dana, kau tahu? Selama ini aku hidup dalam kesendirian. Selalu aku yakinkan akan sangat bahagia dan mampu sendiri. Aku kadang lupa bagaimana menjadi perempuan saat aku merasa mampu hidup tanpa pria. Bayangkan hidupku Dana. Untuk kali pertama, aku tertawa karena memang ingin tertawa. Aku tersenyum, karena memang dia membuatku tersenyum. Kau tahu, betapa sulitnya aku tersenyum. Dan untuk pertama kali, aku merasa jatuh cinta dan benar-benar ikhlas mencintai. Aku mampu tetapkan hati bahwa dia adalah pasangan hidupku. Keyakinan ini, haruskah kembali terkoyak?

Haruskah aku kembali keraskan hati untuk bilang, boys are sucks?
Dana, kau datang dan membuat hidupku retak. Tapi kehadiranmu yang tiba-tiba bagai petir di hari hujan, membuatku tersadar. Hah, Tuhan sangat mencintaiku Dana. Dia merancang pertemuan ini, agar aku bisa menuai kejujuran alur cerita hidupku. Bayangkan jika kau tak muncul saat itu, apakah aku harus tetap tersenyum menanti kabar pria itu? Haruskah aku jadi perempuan terbodoh di dunia yang menjadi objek kebohongannya? Dana, hidup ini aneh, penuh teka-teki. Tuhan beserta keagungan menunjukkan kuasa-Nya dengan berbagai cara. Walau hancur, aku cuma ingin bilang, terimakasih atas ceritamu.

Dana, pria yang kau sebut sepupumu itu adalah pria dalam hidupku. Kau tahu Dana? Selepas ceritamu, aku minta penjelasan darinya? Kau tahu apa katanya? Akh, bicara saja dia tak mampu
atau dia memang terlalu pengecut untuk berkata jujur. Dia hanya tuliskan pesan lewat email. Gila! Pria itu hanya berkata lewat media high technology itu. Tidakkah aku berhak atas sebuah penjelasan secara nyata? Katanya dia takut kehilanganku, hingga dia membiarkan kebohongan ini terus berlangsung. Katanya dia mencintaiku, tapi tak bisa bersamaku, hauhauhaua. Dia juga tuliskan dia tak bahagia atas pernikahannya, tapi dia sudah memilih jalan itu, kan. Pria yang kau panggil abang itu, benar-benar membuatku nelangsa dan hampir setengah gila.

Bagimu aku mungkin gila, karena mencintaimu. Walau memang ku berpikiran begitu. Tapi kadang yang seperti orang gila ini bisa membuatmu mengerti arti mencintai.

Kau tahu Dana, di hari pernikahannyapun aku tak diundang. Padahal dengan segenap kekuatan air mata yang ku galang selama sebulan ini, aku ingin datang. Aku ingin buktikan semua narasi kehidupan ini. Siapakah sebenarnya yang sedang bermain dengan kata-kata dusta? Kau atau pria itu. Dana, kau selalu bilang sepupumu itu merajut tali pernikahan atas dasar cinta, karena selama ini mereka memang pasangan kekasih. Sepupumu bilang dia tak bisa menolak pernikahan itu karena terpaksa. Katanya semua sudah dirancang sedemikian rupa, hingga dia tak mampu lagi menghindar. Ntahlah Dana, hingga saat inipun kepalaku selalu dipenuhi tanda tanya. Aku sedang berusaha menghapus satu demi satu pertanyaan itu. Karena aku butuh kedamaian. Dan jawaban atas pertanyaanku pertama adalah ya mungkin saja sepupumu itu punya alasan sendiri untuk melakukan ini semua. Gamang?

Lelaki terbang, kembangkanlah sayapmu!
Jelajahi dunia, menelusuri awan dan angin.
Tapi jangan lupa, bahwa kau lelaki bukan jantan
Kau manusia bukan hewan.
Sayapmu itu adalah lukisan khayalan.
Adakah aku menjadi alasan kau terbang?
Atau kau memang hewan yang hinggap dan menjelma di tubuh manusia?
Lalu, jika kau bersikeras bahwa kau manusia,
pernahkah jantungmu berdetak saat kau sebut namaku?

Tapi tenang saja Dana. Jika kau bertemu dengan sepupumu itu, katakan aku baik-baik saja. Aku tetap menjalani hari-hariku. Aku akan membendung air mata, karena dunia ini terlalu indah untuk diiringi dengan tangisan. Perih membuat kita dewasa. Dan setiap cobaan tidak datang tanpa tujuan. Tak mungkin juga Tuhan berikan kita ujian yang tak mampu kita hadapi. Anggap saja perempuan ini memang tak diciptakan untuk sepupumu. Aku tak akan mengganggu rumah tangga sepupumu. Percayalah. Kuyakinkan orang lain yang jauh lebih baik telah disiapkan-Nya untukku. Karena aku yakin bahwa mencintai itu proses, sama seperti rasa yang kumiliki terhadap sepupumu. Dari perasaan yang tiada arti hingga aku menganggap dia sangat berarti.

Aku tak akan membencinya. Apalagi menyimpan dendam. Tak mungkin aku menaruh rona kebencian kepada orang yang pernah sangat aku sayangi. Tak ada lukaku karena pernikahannya, selain luka keyakinanku yang teruntuhkan serta kejujuran yang disembunyikan. Dana untuk yakin itu sangat sulit. Kini, aku belajar untuk kembali yakin. Kau tahu Dana, aku akan menanti, tetap menanti dan akan menanti. Tapi bukan sepupumu, melainkan lelaki yang memang diciptakan untukku. Selamat datang Dana, salam kenal. Inilah aku, perempuan yang pernah masuk dalam kehidupan sepupumu. Walau mungkin tepatnya, sepupumu yang begitu berani melukiskan gambaran dunia di kanvas kehidupanku. Aku tak bisa bicara panjang lebar tentang hubunganku bersama sepupumu saat itu. Karena kalimatmu terus menghujaniku dengan kepedihan. Aku memilih diam juga karena terlalu kejamlah aku Dana merusak semua rencana pernikahan itu. Jika suatu hari kau tersadar siapa aku sebenarnya. Jangan pernah jumpai aku di tempat kita bertemu. Sebab aku telah mengubur tempat itu dalam-dalam sebagai arena kejujuran yang menyakitkan.

Mungkipun sebulan lalu, ya hari yang diwarnai panas terik itu adalah pertemuan terakhir kita. Dana, aku hanya ingin kau sampaikan pesan untuk sepupumu, jadilah dia lelaki dan imam yang baik bagi pasangan jiwa yang dihadiahkan Tuhan padanya. Hanya itu, sampai jumpai lagi Dana. Oh ya, aku lupa memperkenalkan namaku. Dana, panggil saja aku Lara.

Medan, 6 Mei 2007

BOS

MEDAN (SI) – Bantuan Operasional Sekolah (BOS) 2010 untuk Kota Medan sebanyak Rp39.497.112.500. Menariknya,sekolah tergolong elite seperti Al-Azhar masih masuk daftar penerima.

Dalam buku daftar rekap sekolah penerima data BOS 2010, masih ditemukan Al-Azhar, sekolah yang mampu atau kaya masuk dalam daftar. Pada 2009, selain Al-Azhar, sekolah Prime One School juga menjadi sorotan. Dari data itu terungkap untuk SD Swasta Al-Azhar 2,Jalan Pintu Air,tercantum dana alokasi BOS sebanyak Rp32.200.000, SMP Al-Azhar sebanyak Rp28.400.000, dan SDLB Al-Azhar sebanyak Rp3.300.000. Masuknya sekolah elite ini sejatinya tidak perlu terjadi. Hal itu dikatakan Manajer BOS Dinas Pendidikan Kota Medan Hj Maninda. Menurut dia, manajemen Al-Azhar sudah mengirimkan surat ke Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Medan bahwa mereka tidak mau menerima dana BOS.“Kami juga laporkan ke pusat, tetapi masih ada lagi nama (Al-Azhar) dalam daftar,”ujarnya kemarin. Mahninda mengakui dengan kondisi ini, mereka akan memulangkan dana tersebut ke pusat.

“Kami akan pulangkan, sama seperti Prime One School yang akhirnya memulangkan dana BOS 2009,” tandasnya. Untuk 2010 periode awal ini, belum diketahui kapan pencairan ke sekolah dilakukan. Sebab, prosesnya ada di pusat. Biasanya, dari pusat ditransfer langsung ke dinas provinsi. Selanjutnya ke rekening masing-masing sekolah. “Jadi, tidak ada sampai atau singgah ke dinas kabupaten/kota,” ungkapnya.

Sekretaris Eksekutif Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Sumut Elfenda Ananda mendukung agar dana yang kurang tepat sasaran itu dikembalikan. Dengan begitu, dana itu masih bisa digunakan untuk sekolah lain. “Kami sepakat, janganlah lagi sekolah yang sudah mampu atau kaya menerima BOS lagi, kan masih banyak sekolah lain yang butuh,”ungkapnya.

Kejadian ini menandakan pendataan di tingkat Dinas Pendidikan masih buruk. Sebab, beberapa kasus sebelumnya data sekolah penerima BOS masih belum akurat. “Maka itu, dinas harus bisa membuktikan bahwa mereka telah berubah dan tidak terjadi kembali kasus-kasus sebelumnya,”paparnya.

Ke depan, Elfenda berharap ada transparansi dalam pendataan dari dinas. “Misalnya mensounding ke publik, sekolah kaya mana saja yang akhirnya tidak menerima BOS, agar menghilangkan preseden buruk ke dinas itu sendiri,” pungkasnya. (04 February 2010 diterbitkan di SINDO by nina rialita, eks SINDO)