Sanksi untuk PSMS Diputuskan Rabu & Komdis Respek Skuat PSMS Menolak Rayuan Cukong

Laporan Nina Rialita dari Medan

Sanksi untuk PSMS Diputuskan Rabu

Ancaman sanksi klub, dan pemain PSMS Divisi Utama PT Liga di tangan Komisi Disiplin PSSI akan diputuskan Rabu. Ini setelah, Ketua Komisi Disiplin (Komdis), Hinca Panjaitan datang ke Medan bersama investigator (Loren) dengan menggali informasi terkait ketidakhadiran PSMS saat laga kontra PS Bengkulu, juga perihal dugaan pengaturan skor lawan Persih Tembilahan dan Persisko Tanjabbar di putaran kedua grup I, kepada perwakilan tim PSMS di Hotel JW Mariot, Medan, Senin siang (19/8). Komdis memanggil pelatih PSMS, Suharto AD, perwakilan pemain Alamsyah Nasution, sekretaris tim Fityan Hamdy dan media officer Abdi Panjaitan. Sejatinya, selain nama-nama di atas, undangan untuk hadir juga ditujukan kepada manajer PSMS, Sarwono dan CEO Heru Prawono, namun keduanya tidak hadir.

“Kami datang untuk melengkapi keterangan dari yang hadir hari ini. Kami anggap ini cukup untuk melengkapi informasi dari konfirmasi yang kami butuhkan. Hasil komisi disiplin hari ini kami bawa besok (Selasa). Ini belum putusan, kami hanya menggali dan akan kami bawa sidang di Jakarta, Rabu (21/8) dan akan diputuskan hasilnya (sanksinya) seperti apa. Yang tidak hadir hari ini, kami anggap tidak menggunakan haknya untuk memberikan apapun, jadi kami rasa cukup,” ujar Hinca Panjaitan usai menggali informasi kurang lebih dua jam kepada ofisial PSMS.

 foto-istimewa-ketua-komdis-menjawab-pertanyaan-wartawan-usai-menggali-informasi-tentang-psms-pt-liga.jpg


foto-istimewa-ketua-komdis-menjawab-pertanyaan-wartawan-usai-menggali-informasi-tentang-psms-pt-liga.jpg

Hinca menegaskan, Komdis meminta konfirmasi seimbang usai mendengar keterangan sepihak dari Ketua Umum PSMS, Indra Sakti Harahap di Jakarta beberapa waktu lalu. “Komdis masuk pada wilayah pertandingan mengapa tidak bermain di Bengkulu alasannya apa, tapi empat hari kemudian malah main (lawan PS Bangka). Ramai-ramai pula, padahal saat melawan Bengkulu berpeluang tinggi lolos ke 12 besar, sementara melawan tim yang berpeluang kecil lolos malah beramai-ramai pula hadir. Kami cek di situ, ternyata ada alasan yang bisa kami catat. Ada alasannya harus pergi (lawan PS Bangka), karena kalau enggak pergi itu, PSMS bisa turun kasta, kami mengerti di situ,” paparnya.

“Namun, sangat disayangkan (WO lawan PS Bengku). Sebab, semua pemain, pelatih yang diberi lisensi tugas utamanya main bola, kalau tidak mau bermain itu yang kami sebut prilaku buruk. Itu yang kami sebut mogok, WO, yang seperti ini klub dan pemainnya bisa dihukum,” tegasnya.

Komdis, lanjutnya tidak menggali keterangan alasan lain termasuk soal gaji skuat PSMS yang tertunggak berbulan-bulan, bahkan hingga saat ini. “Komdis tidak berhubungan dengan gaji. Apapun alasannya yang kuat itu satu hal, tapi ketika tidak bermain itu melanggar kewajibannnya,” timpalnya.

Dia memastikan keputusan Komdis dari hasil sidang Rabu nanti, bukan hanya soal WO lawan PS Bengkulu, dugaan pengaturan skor lawan Persih dan Persisko juga perihal sanksi seperti apa yang akan diberikan kepada sebelas pemain PSMS PT Liga yang berdemo soal gaji di Jakarta, beberapa waktu lalu. “Ini namanya prilaku buruk, di dalam sepakbola tidak boleh mengotori kolamnya sendiri, seorang pemain bola profesional tahu bagaimana menyelesaikan persoalannya Hak berdemo itu harus dihormati, tapi dalam sepakbola bukan itu mekanisme yang patut dipakai. Ada banyak pemain di Indonesia ini yang enggak digaji. Tapi yang demo dengan luar biasa caranya adalah PSMS. Karena itu menjadi catatan penting, saya tanya tadi alasanya dan sudah dijelaskan. Nanti tinggal, kita tunggu hasil putusan sidang, kemungkinan disanksi itu ada,” bebernya.

“Bukan demonya kami tidak setuju, tapi demo sebagai penyelesaian hukum itu prilaku buruk. Dan dalam kode disiplin dibilang, tidak boleh memburuk-burukkan tempat kau bermain. Dalam sepakbola semua orang bicara tentang kebaikan bukan keburukan. Jika, klub PSMS Medan tidak membayar gaji, maka PSMS Medan tidak bisa ikut kompetisi musim depan. Kalau menurut saya, mereka (pemain) enggak memahami kontrak. Mungkin wawasan enggak cukup, mungkin sekarang banyak sekali sedikit-sedikit demo, jadi mereka begitu. Toh, setelah demo tidak ada hasilnya juga kan,” ungkapnya.

Dia juga menampik alasan, bahwa penyelesaian gaji acap kali tidak memihak pemain. PSMS misalnya, tunggakan gaji musim lalu saja masih ada dan belum dituntas kepada skuat PSMS ISL. Pada kenyataannya, PSMS tetap boleh berlaga musim ini. “Itu bukan urusan Komdis (gaji),” lanjutnya.

Menurut Hinca, Komdis baru kali pertama melakukan seperti di PSMS ini, datang ke wilayah klub dan menggali keterangan. “Komdis hanya menghormati saja maka datang kemari. Karena toh tidak ada dampaknya dengan kompetisi berjalan. Ada beberapa putusan Komdis yang cepat sekali diputuskan karena berpengaruh dengan kompetisi berlangsung. Ada yang lama karena tidak berpengaruh langsung dengan kompetisi berjalan. Ini kali pertama Komdis datang seperti ini,” paparnya.

Pelatih PSMS, Suharto AD mengatakan cukup lega dengan datangnya Komdis ke Medan. “Agar persoalan kita bisa selesai, dan Komdis tahu kronologis dari pihak kami,” ujarnya. Alamsyah Nasution yang dianggap sebagai pemain senior di tim, mengaku dalam pertemuan di tim dirinya ditanya seputar mengapa tim tidak berangkat ke Bengkulu. “Ya saya jelaskan sebenarnya tim mau berangkat, walau saya sendiri sebenarnya tidak termasuk dalam rombongan yang waktu itu. Ya saya jawab saja setahunya saya. Selebihnya ya nunggu hasil sidang saja nanti seperti apa,” pungkasnya. (gk-38)

Laporan Nina Rialita dari Medan

Persoalan dugaan pengaturan skor yang menimpa PSMS Divisi Utama PT Liga saat bertandang ke Persih Tembilahan dan Persisko putaran kedua grup I, terus didalami Komdisi Disiplin. Ini menjadi kasus penting di tengah gencarnya sepakbola Indonesia untuk lepas dari mafia pengaturan skor yang belakangan ramai disebut-sebut melibatkan cukong dari Malaysia. Termasuk fakta dari skuat PSMS yang sempat ditawari untuk kalah lawan Persih dan Persisko yang saat itu juga melibatkan oleh CEO PSMS (Heru Prawono) untuk menalangi gaji pemain, namun berhasil lepas dari jeratan cukong tersebut. Komdispun menaruh respek kepada skuat PSMS yang menolak tawaran pengaturan skor tersebut.

“Komisi disiplin sangat serius dengan pengaturan skor, jangankan dalam negeri, Persibo di AFC Cup saya bongkar, status match fixing di kasus PSMS hari ini kami dapatkan informasi yang lengkap dan cukup dan kami putuskan hari Rabu. Barang siapa yang menciderai sepakbola seperti match fixing adalah musuh yang dideclare FIFA, tidak ada ampun mengenai ini. Sanksinya bisa seumur hidup tidak boleh aktif dalam sepakbola,” ungkap Ketua Komdis Hinca Panjaitan usai menggali keterangan dari skuat PSMS di Hotel JW Mariot Medan.

Hinca mengakui hingga saat ini memang belum banyak oknum yang terlibat dalam pengaturan skor yang sejatinya sudah lama disebut menggurita di sepakbola Indonesia disanksi. “Kendala utama PSSI, FIFA atau AFC adalah tidak boleh menghukum yang bukan pengurusnya, misalnya ada dugaan pengaturan skor. Jadi muncul istilah cukong-cukong dari Malaysia itu, saya kejar terus, saya sudah kordinasi dengan AFC dan FIFA. Cukong Malaysia ini sama modusnya dari Medan, memang enggak bisa kita sentuh karena bukan yuridiksinya kita. Tapi, ini kita akan kordinasikan ke AFC-FIFA, karena hukum di Indonesia belum masuk. Kalau di Singapura kan sudah masuk dia wasitnya (yang dihukum), karena sudah menggunakan Interpol di situ, di Indonesia belum. Karena itu, untuk mengurangi manipulasi match fixing ini, negara harus terlibat, untuk orang yang tidak bisa disentuh oleh PSSI tadi,” bebernya.

Foto istimewa-Ketua Komdis bersama perwakilan tim PSMS PT Liga usai menggali keterangan di JW Mariot

Foto istimewa-Ketua Komdis bersama perwakilan tim PSMS PT Liga usai menggali keterangan di JW Mariot

Perihal cukong yang disebut dalam kasus PSMS, misalnya hampir sama dengan dugaan kasus-kasus lain. Sayangnya, belum ada bukti foto sang oknum. “Cukong ini berlogat Malaysia, wajahnya seperti Chinese begitulah informasi yang kami terima, tapi tidak ada satupun yang bisa menunjukkan foto, baru informasi ini. Logatnya dengan kalimat, “Bila tak awak ini kalah,” selalu begitu yang disampaikan ke kita tentang cukong ini. Saya ingin sekali cukong itu difoto. Saya respek kepada coach, kepada tim ini (PSMS). Karena menolak bujuk rayu dan intimidasi cukong itu, memang harus begitu, jangan terbujuk rayu,” tuturnya.

Dalam kasus lainnya, kata Hinca seperti Persibo Bojonegoro, ciri-ciri yang sama juga terjadi. “Dan ternyata setelah dikoordinasikan dengan AFC, ternyata itu (cukong) juga melakukan hal yang sama di Malaysia, Singapura. Mereka punya link. Termasuk yang di Hongkong, saat Persibo kalah 0-8 itu, itu juga terpantau semua orang, termasuk cukong-cukong, itu dijual (pertandingan),” ungkapnya.

“Artinya musuh sepakbola sekarang bukan seperti dituduhkan orang dari dalam tapi mafia dari luar yang muncul. Kalau Anda lihat mafia sepakbola Liga Inggris pun ada di Malaysia. Ada di Thailand, Vietnam. Saya sudah bicara dengan teman-teman di FIFA, mereka membentuk satgas untuk Indonesia, mereka respek karena sudah membongkar kasus Persibo. Tapi match fixing dan match manipulasinya saya minta AFC sama-sama (bekerja). Untuk pemain Persibo itu urusan kami karena yuridiksi kami. Tapi karena ini AFC Cup, AFC dan FIFA ikut, mereka tunggu laporannya, saya sudah siapkan 600 halaman, mudah-mudahan bisa kita buka bagaimana pura-pura jatuhnya (pemain), lengkap di situ,” ucap Hinca. (gk-38)

Ti2n Collection

Menjalankan bisnis harus pintar membaca peluang. Seperti yang dilakoni Tien Reihani, perempuan berusia 39 tahun yang punya hobi berdagang. Awalnya, dia menjadi reseller berbagai jenis barang impor baik pakaian juga tas. Mayoritas barang dagangannya barang-barang impor yang ditawarkan kepada kawan-kawan sejawatnya.

Tiga tahun menjadi penjual barang impor, perempuan yang akrab disapa Titin ini mulai memiliki pertanyaan besar dalam benaknya, bahwa mengapa begitu banyak bahan baku khas Sumatera Utara yang sejatinya bisa dimanfaatkan untuk dijadikan tas dan pakaian. “Berdagang itu hobi saya, saya menikmati aktivitas ini, namun belakangan saya berpikir, kenapa harus barang impor yang saya jual,” ucapnya saat ditemui di sela-sela pelatihan UKM di Asean International Hotel Medan, beberapa waktu lalu.

Nina-Titin Collection (8)

Kemampuannya membuat baju bukan datang begitu saja. Berawal dari seorang teman mengajaknya mengikuti pelatihan yang diselenggarakan Dinas Koperasi. “Bahan baku saya tenun ini bisa dibilang datang secara enggak sengaja dari pelatihan tersebut. Walau sebenarnya ide memanfaatkan kain songket untuk membuat baju sudah terpikir lama, tapi belum sempat diaplikasikan. Saya sering lihat songket saat jalan-jalan ke suatu daerah, dan saya pikir kainnya yang unik dan menarik akan sangat indah bila dibuat baju, makanya saya coba,” ujarnya.

Titin kemudian membuka usahanya bernama Ti2n Collection di Jalan Tuasan No 34B setahun terakhir dan meninggalkan semua dagangannya dari produk-produk impor. Di awal berdiri dengan modal Rp500 ribu, dia membuat sepuluh baju dalam dua minggu. Dia membuat pakaian pria kemeja berkerah dengan beragam warna. Kemeja tersebut dijualnya dari harga Rp150 ribu sampai Rp200 ribuan. Titin tidak menyangka respon pasar sangat bagus, dan diapun semakin serius menjalani usahanya apalagi kini barang yang dijualnya merupakan karya sendiri.

Nina-Titin Collection (9)

Memulai usaha ini bukan tanpa halangan, Titin mengaku sering kali terkendala bahan baku kain songket. Dia masih berusaha mencari supplier dalam penyediaan bahan baku kain songket. Bahkan karena kesulitan, dia sering tidak bisa memenuhi permintaan konsumen. Dalam sebulan, Titin mengatakan setidaknya butuh 200 lembar kain songket, sementara ketersediaannya hanya 50 % saja.

Setelah berhasil memodifikasi kain songket menjadi kemeja, Titin kemudian mengembangkan sayap membuat tas dari kain ulos. Tas yang modelnya tak kalah dengan tas-tas impor. Tas-tas ini tak lazim layaknya tas berbahan ulos yang kadang modelnya sangat sederhana yang acapkali dijadikan tas untuk laptop atau dompet. “Saya berpikir tas-tas impor jika dipadupadankan dengan ulos pasti keren. Apalagi, tak seperti songket yang harganya mahal, kain ulos sudah mulai banyak di pasaran dengan harga yang terjangkau,” jelasnya.

Menurut Titin keunggulan tas perpaduan ulos ini membuat usahanya berbeda dengan pesaing lainnya. “Selain kualitas, tas ini masih kuat etnisnya tapi modernnya juga kelihatan. Saat saya kenalkan produk baru saya ini, banyak yang suka. Jadi tidak perlu malu lagi menggunakan produk-produk etnik yang selama ini terkesan hanya untuk momen tertentu. Dengan tas ini, mau acara resmi, kondangan, arisan juga terlihat fashionable,” ungkapnya.

Titin tidak puas begitu saja, setelah kain songket diaplikasikannya ke baju, ulos ke tas, dia juga sedang membuat produk lainnya berbahan kain batik corak Medan. “Kalau baju sudah trademark dengan songketnya, tas dengan ulos. Ini yang sedang saya garap batik corak Medan. Jadi semua yang berbaus etnis bisa tetap modis tanpa menghilangkan nuansa kedaerahanya,” timpalnya.
Nina-Titin Collection (11)

Dalam mengerjakan orderan, Titin dibantu dua pekerja di bagian produksi. Dalam sebulan rata-rata 30 tas dan baju laku terjual dengan omset Rp20-jutaan. Pelanggan Titin selain dari Medan juga sudah merambah Jakarta. Dalam pemasarannya, Titin memanfaatkan outlet-oulet lokasi wisata seperti di Istana Maimoon, Titin juga rajin mengikuti pameran untuk memperkenalkan produknya. “Karena masih terbilang baru, saya juga sedang berusaha memasarkannya via online agar konsumen di luar Medan bisa leluasa melihat produk dan memesan,” tuturnya.

Kini Titin sudah merasakan nikmatnya menjadi pebisnis dengan produk sendiri. Tidak hanya bicara keuntungan dari lakunya barang, tapi juga kepuasan karena ada sisi edukasi budaya dalam produknya. “Kalau dulu jual barang-barang impor kesannya memang murni sebagai pedagang yang ingin laku barangnya. Sekarang selain sebagai pedagang saya merasa bagian dari mempertahankan budaya sendiri, meski dengan cara yang berbeda. Ada campuran etnik dan modern, saya melihatnya sesuai perkembangan jaman. Dan sekarang malah punya target, saya bisa mengimpor produk saya ke luar,” pungkasnya. (nina rialita/terbit di Majalah Pengusaha Indonesia, edisi Agustus 2013)

Ti2n Collection
Alamat : Jalan Tuasan No 34B
Telepon : 082161046642
Pin BB : 295149E8

Vanmek : Kreasi Jamur Varian Rasa

Memulai usaha cemilan berbahan baku ramah kesehatan terus dilirik pegiat kuliner. Jamur tiram misalnya, yang menjadi alternatif olahan produk makanan yang laris di pasaran. Di Medan, Sumatera Utara petani jamur tiram sangat menjamur. Namun, yang mampu mengolah menjadi bahan baku siap santap sangat sedikit. Apalagi yang mampu memadupadankan beberapa varian seperti jamur coklat, jamur peyek, jamur stik dan tentu saja yang sudah dikenal jamur krispi.

Arihta Pandia bersama suaminya Yuswin Iskandar memulai usaha bertajuk Vanmek sejak setahun terakhir. Ini diawali saat Arihta yang juga seorang auditor halal di Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Utara sejak tahun 2005, sering kali bertugas untuk mensurvei perusahaan-perusahaan yang memohon registrasi halal produk. “Jadi saya melihat banyak sekali produk-produk kuliner yang menarik. Dan saya malah kepikiran saatnya saya tidak hanya sekadar datang mensurvei tapi menciptakan peluang sendiri,” ujarnya di standnya saat mengikuti Pameran UKM Sumatera utara di Gedung Serba Guna.

Cemilan Jamur Tiram (2)

Pilihannya langsung jatuh ke bahan baku jamur, karena manfaat jamur yang diketahuinya cukup banyak. Di antaranya, mengurangi kolesterol, mengatasi penyakit jantung, lever dan lainnya. “Apalagi, saya banyak kenal asosisasi petani jamur tiram di Sumatera Utara. Tapi, para petani ini kebanyakan ahli membudidayakan tapi tidak bisa mengolahnya jadi produk. Alhasil, begitu panen membludak, mereka bingung mau dikemanakan hasilnya. Apalagi jamur tiram daya tahannya hanya dua hari dalam keadaan segar. Jadi saya mulai membuat jamur krispi setahun lalu. Sehingga kawan-kawan petani jamur dan saya bisa saling kerja sama,” timpalnya. Dalam prosesnya, tentu tidak mudah. Perempuan berusia 45 tahun ini harus mengalami beberapa kali kegagalan. Saat dia membagikan tester ke rekan-rekannya, komentar yang datang adalah jamur krispi olahannya keras karena kebanyakan tepung. Alhasil, untuk menyempurnakan produk, Arihta memutuskan untuk mengambil kelas kuliner online di Tristar Culinary Institute, Surabaya.

Setelah itu, dia mulai menemukan formula terbaik dan dikemas dengan apik mulai ukuran 70 gram dan 250 gram. Dia tawarkan ke kantin-kantin sekolah dan supermarket terdekat rumahnya di kawasan Komplek Citra Seroja Blok F No 1, Kecamatan Medan Sunggal. “Dan responnya positif,” lanjutnya. Untuk membuat jamur tiram krispi, alumni Universitas Sumatera Utara jurusan apoteker ini menggunakan berbagai macam tepung dengan sebelas jenis rempah-rempah.

Seiring dengan waktu, varian rasa tidak hanya bertumpu pada jamur krispi. Arihta dan suaminya mengembangkan jenis lainnya, seperti jamur tiram stik, yang ini berbeda dengan jamur krispi. Kalau jamur krispi bahan utamanya adalah jamur yang digoreng dengan celupan olahan tepung dan rempah-rempah, sedangkan jamur stik, jamur tiramnya hanyalah sebagai esen atau perasa dan bahan utamanya tepung. Lalu kemudian ada jamur coklat, sama seperti jamur krispi, jamur tiram dicelupkan ke coklat dan jamur peyek, senada dengan jamur stik, jamur tiram diblender dan dijadikan varian rasa kemudian dicampur tepung dan digoreng. “Dari empat rasa ini paling banyak disukai adalah jamur krispi dan jamur stik. Kalau jamur coklat, karena masih baru belum begitu banyak yang tahu,” ungkapnya.

Dalam satu varian rasa, terkhusus jamur crispy, Arihta dan suami membutuhkan sebanyak enam kilo jamur segar yang bisa dikemas menjadi 50 pack. Jumlah ini bisa meningkat tergantung pesanan. “Produksi kami lakukan berselang seling jadi rata-rata 10 kilo jamur segar per hari yan dibutukan yang dikemas untuk ukuran Rp70 gram dengan harga Rp8 ribu dan 250 gram Rp15 ribu, dengan rata-rata paling sedikit 100 pack per bulan lakunya,” jelasnya.

Cemilan Jamur Tiram (5)

Saat ini, Aritha menyebut usahanya ini dalam tahap membangun. Karena modal awal Rp15 juta yang dipergunakan untuk membeli aset, seperti penggorengan, pengering minyak belum bisa balik modal. Apalagi, dia masih terkendala dalam mencari kemasan alumunium foil kombinasi yang digunakan mengemas produknya yang hanya ada di Jakarta. “Di Medan tidak ada, ya agak kesulitan karena menjadi beban biaya mendatangkan dari Jakarta. Tapi ya sejauh ini bisa diatasi,” ujarnya. Targetnya dalam beberapa bulan ke depan sudah mencapai balik modal. Untuk itu, dia terus mengembangkan produk-produk lain, termasuk menyiapkan konsep varian baru yang menjadi targetnya ke depan, yakni kerupuk jamur tiram dan jamur tiram eggroll. “Keduanya masih adalam proses trial,” ucapnya.

Aritha yakin prospek usaha kuliner cemilan jamur tiram ini akan cerah ke depan. Dia juga menilai, tak banyak produsen cemilan jamur tiram yang bertahan di Sumatera Utara karena hanya mengandalkan satu produk jamur krispi dan tidak bertahan lama. “Banyak yang usaha jamur krispi tapi tidak tahan lama. Produk saya bisa tahan enam bulan tanpa pengawet, dan ya produk seperti ini banyak di Jawa tapi di Sumatera Utara belum banyak. Jadi ini peluang yang sangat menjanjikan,” pungkas Arihta yang produknya akan dibawa ke Lombok untuk ikut pameran bersama Dinas Koperasi Sumatera Utara ini. (nina rialita/terbit di Majalah Pengusaha Indonesia, Edisis Agustus 2013)

Vanmek Jamur Tiram Krispi
Arihta Pandia
Alamat : Komplek Citra Seroja Blok F No m1, Kecamatan Medan Sunggal, Medan
Nomor Telepon : 081361449770

Es Krim dari Kulit Manggis

Kegagalan tidak selamanya berakhir buruk dan membuat terpuruk. Setidaknya, inilah yang terpatri di hati dan pikiran keempat mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Mahyudin Sirait, Vina Lusiana Ramadhani, Sukma Hayati Hakim dan Nurul Ramadhani Panjaitan. Keempatnya berhasil bangkit dari gagalnya menjadi pemenang di Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang digelar Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) tahun 2012 dan menjadikan proposal mereka yang kalah bersaing menjadi ladang bisnis yang menjanjikan.

Es Krim Bukuma (2)

Dalam proposal tersebut mereka melakukan banyak penelitian tentang inovasi produk baru, lalu menemukan satu ide tentang es krim berbahan baku buah manggis. “Kami baca di banyak rubrik tentang manfaat kulit manggis. Kami lalu berpikir bagaimana agar bisa membuat turunannya menjadi sesuatu yang baru dan bisa dinikmati. Kalau dibuat sirup sudah ada, lalu kami berpikir ide tentang buat es krim yang kami tahu belum ada,” ujar Manajer Es Krim “Bukuma”, Mahyudin Sirait kepada MAJALAH INSPIRASI USAHA di sela-sela pameran UKM Pemerintah Kota Medan di Lapangan Merdeka, awal Juli 2013.

Menurut Mahyudin, dari rujukan bacaan manfaat kulit manggis sangat banyak, misalnya kulit manggis mengandung Xamthone yang sangat bermanfaat untuk kecantikan. Manfaat lain adalah mengurangi ketegangan/depresi, menjaga berat badan dan mengurangi lemak, menetralkan radikal bebas, mencegah perkembangan kanker dan tumbuhnya tumor, dan lainnya.

Setelah ide tersebut disatukan, Juni 2012, Mahyudin dan kawan-kawan melakukan konsultasi sama pembuat es krim lalu melakukan percobaan. “Kami harus delapan kali gagal baru dapat formula yang pas. Kulit manggis bagian dalam kami keluarkan, lalu kami blender dan sarinya dimasukkan dalam adonan biasa membuat es krim. Saat pembuatan itu ya masih perlu penyempurnaan, tapi saat dites banyak orang yang suka,” lanjutnya.

Setelah berusaha, kemudian mendapati fakta proposal mereka kalah. Mahyudin bersama rekan-rekan tak berhenti sampai di situ. Keempatnya berpikir konsep sudah dibuat dengan susah payah dan dengan uji yang cukup lama, kalau tidak direalisasikan sama saja sia-sia apa yang telah mereka lakukan selama ini. Mereka memutuskan untuk membuka usaha dengan modal awal Rp600 ribu, di mana masing-masing orang harus menyumbangkan Rp150 ribu. “Semua dimulai dengan sangat sederhana, kami belum bisa beli freezer dan terpaksa meminjam punya kawan. Lalu kami produksi awal 200 cup dan kami jajakan di kampus. Alhamdulillah respon kawan-kawan kampus bagus, dan mereka beli karena ingin tahu seperti apa rasa kulit manggis kalau dikreasikan menjadi es krim,” papar mahasiswa stambuk 2010 ini.

Foto Baru-Es Krim Bukuma (1)

Produk merekapun dikenal, dan selalu ikut dalam bazaar kampus, namun suatu saat usaha ini sempat vakum. Lantaran, kesibukan masing-masing. Apalagi saat pembuatan proposal awal, Dikti meminta empat orang dalam kelompok haruslah berada di stambuk atau angkatan berbeda. Mahyudin yang tahun 2010 harus bekerja sama dengan Vina satu stambuknya, kemudian Nurul stambuk 2011 dan Sukma stambuk 2009, jadi bisa dipastikan kesibukan yang berbeda di semester dan organisasi masing-masing membuat usaha terlupakan sejenak. “Namun, begitu bazaar berikutnya kami mulai fokus dan komitmen agar usaha ini jalan dengan pengembangan pembagian tugas yang lebih tegas,” timpalnya.

Mahyudin mengaku, mereka mulai berani membeli freezer meski dengan utangan dari dosen untuk memantapkan undangan ikut pameran dari pemerintah daerah. Uang dosen tersebut nantinya akan dibayar dari pelatihan yang sempat diikuti bersama Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora). “Kami utang uang dosen karena sebelumnya kami ada diajak pelatihan di Dispora, Dispora menjanjikan dari yang ikut pelatihan yang ada unit usaha akan dibantu Rp5 juta. Kami konsultasi ke dosen, kami mau ikut pameran jadi harus ada freezer, kalau diletak di box hanya dua jam cair. Lalu, dibantu dipinjamin uang dengan konsekwensi kalau sudah ada bantuan dari Dispora kami langsung kembalikan. Jadi sekarang bisa lebih mudah kalau ikut pameran, kami sudah punya freezer sendiri,” tuturnya.

Sejauh ini, usaha yang sedang dirintis ini tidak mengalami kendala berat dalam pencarian bahan baku. Mesik manggis adalah buah musiman, namun sistem stok menjadi solusinya. Mahyudin dan kawan-kawannya selalu jeli membaca musim manggis yang biasa muncul di Agustus atau September setiap tahun. “Pernah suatu hari, manggis di Medan enggak ada. Kami dapat info di Sibolga ada. Kebetulan rekan kami ada keluarga di sana, jadi minta dikirim ke Medan. Manggis ini bisa distok, pas lagi musim, kami jus dulu dan masukkan ke freezer jadi aman dan bisa tahan kapan saja,” terangnya.

Es Krim Bukuma-1

Dalam produksi terkini, penggiat Es Krim “Bukuma” sudah mampu membuat 800-an cup dengan stand utamanya ada di kampus. Namun, bazaar dan pameran menjadi keuntungan tersendiri buat “Bukuma”. Karena melalui facebook, mereka juga mengajak konsumen untuk datang langsung ke bazaar. “Kalau di facebook, ada juga yang respon bahwa bagus produk inovasinya. Tapi persoalannya kami belum bisa kirim ke luar daerah karena takut meleleh dalam pengirimannya. Jadi untuk saat ini bisa dibilang masih merambah pasar Medan. Kami targetnya adalah semua publik tahu dulu, baru kami rambah pasar retail di Medan yang biasanya sudah punya freezer di masing-masing tokonya,” jelasnya.

Soal balik modal, mereka mengaku sudah mendapatkan itu saat sekali buka stand di kampus, di mana dua hari sudah balik modal. Satu cup es krim dijual Rp4 ribu, dan dua hari bisa meraup Rp800 ribu. Namun, jumlah itu masih fluktuatif kalau tidak ada bazaar. Terlebih tidak bisa setiap hari buka di kampus yang ada hari libur dan libur kuliah. Namun, Mahyudin memastikan baik balik modal atau keuntungan belum langsung dibalikkan ke pemodal. “Kami sudah balik modal, untung juga sudah ada. Kalau di kampus, pakai sistem jemput bola atau mendatangi mahasiswa sehari bisa 50 cup laku. Tapi itu enggak bisa setiap hari dilakukan, karena kami masih mengandalkan tenaga berempat untuk produksi dan pemasaran. Jadi, untuk untung dan uang balik modal kami sepakat disimpan untuk biaya pengembangan alat-alat. Dan, kami belum memikirkan bagi hasil, kami masih mau nabung dulu. Kami mau beli freezer, karena enggak mungkin hanya satu saja. Mixer es krim, karena selama ini masih pakai yang mixer biasa dan peralatan lainnya,” tuturnya.

Saat ini, selain rasa kulit manggis original, es krim Bukuma juga sudah punya rasa lain seperti alpokat, terung belanda. “Ada beberapa rasa lain, tapi kami memang memprioritaskan rasa kulit manggis,” pungkasnya. (nina rialita/terbit di Majalah Inspirasi Usaha Makassar, Edisi Agustus 2013)

Es Krim “Bukuma”
Manajer : Mahyudin Sirait
Alamat : Jalan Setia Budi/Jalan Sei Batang Hari Gang Ampera No.8 Medan
No Handphone : 082362706347/089633180882
Facebook : Es Krim “Bukuma”