Laporan Nina Rialita dari Medan
Sanksi untuk PSMS Diputuskan Rabu
Ancaman sanksi klub, dan pemain PSMS Divisi Utama PT Liga di tangan Komisi Disiplin PSSI akan diputuskan Rabu. Ini setelah, Ketua Komisi Disiplin (Komdis), Hinca Panjaitan datang ke Medan bersama investigator (Loren) dengan menggali informasi terkait ketidakhadiran PSMS saat laga kontra PS Bengkulu, juga perihal dugaan pengaturan skor lawan Persih Tembilahan dan Persisko Tanjabbar di putaran kedua grup I, kepada perwakilan tim PSMS di Hotel JW Mariot, Medan, Senin siang (19/8). Komdis memanggil pelatih PSMS, Suharto AD, perwakilan pemain Alamsyah Nasution, sekretaris tim Fityan Hamdy dan media officer Abdi Panjaitan. Sejatinya, selain nama-nama di atas, undangan untuk hadir juga ditujukan kepada manajer PSMS, Sarwono dan CEO Heru Prawono, namun keduanya tidak hadir.
“Kami datang untuk melengkapi keterangan dari yang hadir hari ini. Kami anggap ini cukup untuk melengkapi informasi dari konfirmasi yang kami butuhkan. Hasil komisi disiplin hari ini kami bawa besok (Selasa). Ini belum putusan, kami hanya menggali dan akan kami bawa sidang di Jakarta, Rabu (21/8) dan akan diputuskan hasilnya (sanksinya) seperti apa. Yang tidak hadir hari ini, kami anggap tidak menggunakan haknya untuk memberikan apapun, jadi kami rasa cukup,” ujar Hinca Panjaitan usai menggali informasi kurang lebih dua jam kepada ofisial PSMS.
Hinca menegaskan, Komdis meminta konfirmasi seimbang usai mendengar keterangan sepihak dari Ketua Umum PSMS, Indra Sakti Harahap di Jakarta beberapa waktu lalu. “Komdis masuk pada wilayah pertandingan mengapa tidak bermain di Bengkulu alasannya apa, tapi empat hari kemudian malah main (lawan PS Bangka). Ramai-ramai pula, padahal saat melawan Bengkulu berpeluang tinggi lolos ke 12 besar, sementara melawan tim yang berpeluang kecil lolos malah beramai-ramai pula hadir. Kami cek di situ, ternyata ada alasan yang bisa kami catat. Ada alasannya harus pergi (lawan PS Bangka), karena kalau enggak pergi itu, PSMS bisa turun kasta, kami mengerti di situ,” paparnya.
“Namun, sangat disayangkan (WO lawan PS Bengku). Sebab, semua pemain, pelatih yang diberi lisensi tugas utamanya main bola, kalau tidak mau bermain itu yang kami sebut prilaku buruk. Itu yang kami sebut mogok, WO, yang seperti ini klub dan pemainnya bisa dihukum,” tegasnya.
Komdis, lanjutnya tidak menggali keterangan alasan lain termasuk soal gaji skuat PSMS yang tertunggak berbulan-bulan, bahkan hingga saat ini. “Komdis tidak berhubungan dengan gaji. Apapun alasannya yang kuat itu satu hal, tapi ketika tidak bermain itu melanggar kewajibannnya,” timpalnya.
Dia memastikan keputusan Komdis dari hasil sidang Rabu nanti, bukan hanya soal WO lawan PS Bengkulu, dugaan pengaturan skor lawan Persih dan Persisko juga perihal sanksi seperti apa yang akan diberikan kepada sebelas pemain PSMS PT Liga yang berdemo soal gaji di Jakarta, beberapa waktu lalu. “Ini namanya prilaku buruk, di dalam sepakbola tidak boleh mengotori kolamnya sendiri, seorang pemain bola profesional tahu bagaimana menyelesaikan persoalannya Hak berdemo itu harus dihormati, tapi dalam sepakbola bukan itu mekanisme yang patut dipakai. Ada banyak pemain di Indonesia ini yang enggak digaji. Tapi yang demo dengan luar biasa caranya adalah PSMS. Karena itu menjadi catatan penting, saya tanya tadi alasanya dan sudah dijelaskan. Nanti tinggal, kita tunggu hasil putusan sidang, kemungkinan disanksi itu ada,” bebernya.
“Bukan demonya kami tidak setuju, tapi demo sebagai penyelesaian hukum itu prilaku buruk. Dan dalam kode disiplin dibilang, tidak boleh memburuk-burukkan tempat kau bermain. Dalam sepakbola semua orang bicara tentang kebaikan bukan keburukan. Jika, klub PSMS Medan tidak membayar gaji, maka PSMS Medan tidak bisa ikut kompetisi musim depan. Kalau menurut saya, mereka (pemain) enggak memahami kontrak. Mungkin wawasan enggak cukup, mungkin sekarang banyak sekali sedikit-sedikit demo, jadi mereka begitu. Toh, setelah demo tidak ada hasilnya juga kan,” ungkapnya.
Dia juga menampik alasan, bahwa penyelesaian gaji acap kali tidak memihak pemain. PSMS misalnya, tunggakan gaji musim lalu saja masih ada dan belum dituntas kepada skuat PSMS ISL. Pada kenyataannya, PSMS tetap boleh berlaga musim ini. “Itu bukan urusan Komdis (gaji),” lanjutnya.
Menurut Hinca, Komdis baru kali pertama melakukan seperti di PSMS ini, datang ke wilayah klub dan menggali keterangan. “Komdis hanya menghormati saja maka datang kemari. Karena toh tidak ada dampaknya dengan kompetisi berjalan. Ada beberapa putusan Komdis yang cepat sekali diputuskan karena berpengaruh dengan kompetisi berlangsung. Ada yang lama karena tidak berpengaruh langsung dengan kompetisi berjalan. Ini kali pertama Komdis datang seperti ini,” paparnya.
Pelatih PSMS, Suharto AD mengatakan cukup lega dengan datangnya Komdis ke Medan. “Agar persoalan kita bisa selesai, dan Komdis tahu kronologis dari pihak kami,” ujarnya. Alamsyah Nasution yang dianggap sebagai pemain senior di tim, mengaku dalam pertemuan di tim dirinya ditanya seputar mengapa tim tidak berangkat ke Bengkulu. “Ya saya jelaskan sebenarnya tim mau berangkat, walau saya sendiri sebenarnya tidak termasuk dalam rombongan yang waktu itu. Ya saya jawab saja setahunya saya. Selebihnya ya nunggu hasil sidang saja nanti seperti apa,” pungkasnya. (gk-38)
Laporan Nina Rialita dari Medan
Persoalan dugaan pengaturan skor yang menimpa PSMS Divisi Utama PT Liga saat bertandang ke Persih Tembilahan dan Persisko putaran kedua grup I, terus didalami Komdisi Disiplin. Ini menjadi kasus penting di tengah gencarnya sepakbola Indonesia untuk lepas dari mafia pengaturan skor yang belakangan ramai disebut-sebut melibatkan cukong dari Malaysia. Termasuk fakta dari skuat PSMS yang sempat ditawari untuk kalah lawan Persih dan Persisko yang saat itu juga melibatkan oleh CEO PSMS (Heru Prawono) untuk menalangi gaji pemain, namun berhasil lepas dari jeratan cukong tersebut. Komdispun menaruh respek kepada skuat PSMS yang menolak tawaran pengaturan skor tersebut.
“Komisi disiplin sangat serius dengan pengaturan skor, jangankan dalam negeri, Persibo di AFC Cup saya bongkar, status match fixing di kasus PSMS hari ini kami dapatkan informasi yang lengkap dan cukup dan kami putuskan hari Rabu. Barang siapa yang menciderai sepakbola seperti match fixing adalah musuh yang dideclare FIFA, tidak ada ampun mengenai ini. Sanksinya bisa seumur hidup tidak boleh aktif dalam sepakbola,” ungkap Ketua Komdis Hinca Panjaitan usai menggali keterangan dari skuat PSMS di Hotel JW Mariot Medan.
Hinca mengakui hingga saat ini memang belum banyak oknum yang terlibat dalam pengaturan skor yang sejatinya sudah lama disebut menggurita di sepakbola Indonesia disanksi. “Kendala utama PSSI, FIFA atau AFC adalah tidak boleh menghukum yang bukan pengurusnya, misalnya ada dugaan pengaturan skor. Jadi muncul istilah cukong-cukong dari Malaysia itu, saya kejar terus, saya sudah kordinasi dengan AFC dan FIFA. Cukong Malaysia ini sama modusnya dari Medan, memang enggak bisa kita sentuh karena bukan yuridiksinya kita. Tapi, ini kita akan kordinasikan ke AFC-FIFA, karena hukum di Indonesia belum masuk. Kalau di Singapura kan sudah masuk dia wasitnya (yang dihukum), karena sudah menggunakan Interpol di situ, di Indonesia belum. Karena itu, untuk mengurangi manipulasi match fixing ini, negara harus terlibat, untuk orang yang tidak bisa disentuh oleh PSSI tadi,” bebernya.
Perihal cukong yang disebut dalam kasus PSMS, misalnya hampir sama dengan dugaan kasus-kasus lain. Sayangnya, belum ada bukti foto sang oknum. “Cukong ini berlogat Malaysia, wajahnya seperti Chinese begitulah informasi yang kami terima, tapi tidak ada satupun yang bisa menunjukkan foto, baru informasi ini. Logatnya dengan kalimat, “Bila tak awak ini kalah,” selalu begitu yang disampaikan ke kita tentang cukong ini. Saya ingin sekali cukong itu difoto. Saya respek kepada coach, kepada tim ini (PSMS). Karena menolak bujuk rayu dan intimidasi cukong itu, memang harus begitu, jangan terbujuk rayu,” tuturnya.
Dalam kasus lainnya, kata Hinca seperti Persibo Bojonegoro, ciri-ciri yang sama juga terjadi. “Dan ternyata setelah dikoordinasikan dengan AFC, ternyata itu (cukong) juga melakukan hal yang sama di Malaysia, Singapura. Mereka punya link. Termasuk yang di Hongkong, saat Persibo kalah 0-8 itu, itu juga terpantau semua orang, termasuk cukong-cukong, itu dijual (pertandingan),” ungkapnya.
“Artinya musuh sepakbola sekarang bukan seperti dituduhkan orang dari dalam tapi mafia dari luar yang muncul. Kalau Anda lihat mafia sepakbola Liga Inggris pun ada di Malaysia. Ada di Thailand, Vietnam. Saya sudah bicara dengan teman-teman di FIFA, mereka membentuk satgas untuk Indonesia, mereka respek karena sudah membongkar kasus Persibo. Tapi match fixing dan match manipulasinya saya minta AFC sama-sama (bekerja). Untuk pemain Persibo itu urusan kami karena yuridiksi kami. Tapi karena ini AFC Cup, AFC dan FIFA ikut, mereka tunggu laporannya, saya sudah siapkan 600 halaman, mudah-mudahan bisa kita buka bagaimana pura-pura jatuhnya (pemain), lengkap di situ,” ucap Hinca. (gk-38)
You must be logged in to post a comment.