Apa jadinya kalau warung kopi (warkop) ada di dalam ruangan? Dengan konsep tempat duduk yang sama menggunakan bangku, gratis layanan wifi, namun dilayani ramah layaknya restoran. Ingin mendapatkan suasana ini? Ada baiknya Anda singgah ke KedeKopiKami, sebuah bisnis kuliner mengusung kopi di Kawasan Dokter Mansur Nomor 79. Kawasan Dokter Mansur sekitaran Universitas Sumatera Utara (USU) memang bisa disebut sentra kumpulnya anak-anak muda Medan. Sepanjang jalan, menyediakan jajanan dari ala pedagang kaki lima hingga resto. Namun, tetap sajian kopi mendominasi.
Masuk ke KedeKopiKami, jelas terlihat konsep anak muda. Dindingnya dihiasi grafiti-grafiti indah. Bangku dan meja panjang tersusun rapi. Lalu ibarat sebuah bar kecil, di sinilah para pelayan meracik ramuan pesanan konsumen. Sedangkan, konsumen mayoritas kaum muda yang datang lengkap dengan peralatan laptop, ipad sejenisnya.
KedeKopiKami berdiri tahun 2009, bisa dilabeli sebagai yang pertama di kawasan ini menyajikan konsep kuliner kopi, meskipun dilengkapi dengan sajian lain non kopi. Sang pendiri dan ownernya seorang alumni arsitektur USU, Nunki Arindiani. “Sebenarnya awalnya, alumni arsitek kalau ketemu dan ngumpul di kedai kopi atau cafe. Terus lama kelamaan, mikirnya kenapa enggak buka usaha sendiri yang bisa dijadikan tempat ngumpul dan ketemu banyak orang. Cuma pengen jadi tempat ngumpul, pada suka kopi dan akhirnya buka kedai ini. Tahun 2009 itu memang baru kita yang buka, baru yang lain-lain menyusul di kawasan ini,” ujarnya kepada Majalah Pengusaha Indonesia.
Begitu berdiri, Nunki cari nama yang simpel, mudah diingat dan membuat pelanggan merasa memiliki. Lalu munculnya, KedaiKoiKami. “Maunya dari nama itu ada yang melafaskannya dengan ‘kami’. Jadi merasa memiliki dan jadi sering datang,” timpalnya.
Tahun 2009, Nunki sudah menekankan bahwa usaha ini harus dibuat ibarat warkop tapi di dalam ruangan. “Kalau di warkop terbuka, kalau ini kan di dalam, santai. Kami membuat grafiti itu supaya beda dengan tempat lain. Di sini juga ciri khasnya komunitas. Kami punya komunitas di kedai kopi. Di satu sisi kami ingin berjualan, tapi kami juga ingin ada sumbangsih untuk masyarakat, dan salah satunya dengan bermain di komunitas. Alhamdulilah sudah banyak komunitas, ada komunitas film, akademi berbagi, ada fotografer, wartawan dan lainnya yang rutin mengadakan acara di sini,” bebernya.
Konsepnya, kedai yang buka pukul 09.00 WIB hingga 01.00 WIB ini tetap santai. Bukan seperti resto. Di sini pelayan diperbolehkan santai saat menghadapi kosumen dan tidak kaku, walau pelayanan bisa jauh lebih nyaman dari resto. “Waitress harus perkenalkan nama dan kami lebih suka personal yang merasa nyaman di sini. Enggak kaku waitressnya, walau santai tapi harus siap dipanggil dan waitress bisa menjadi konsultan pelanggan tentang menu terbaik dan cocok untuk lidah,” tegasnya.
Untuk konsumen komunitas, Nunki ingin menjaga pelanggan. Makanya, tidak pernah ada minimum charge dan syarat-syarat tertentu, tempat boleh dipakai untuk kumpul. “Untuk komunitas free enggak ada masalah yang penting pesan makanan, minum. Keculi untuk pekerja, kalau itu kan anak-anak muda. Sama sekali enggak ada minimum charge, paling enggak orang datang ke kedai ini mereka bisa punya teman baru. Mereka bisa dapat ilmu dalam acara-acara di sini,” ujarnya.
Nunki juga mendapati, nama kedai yang digunakannya kadang membuat orang salah persepsi. Sebagian menilai dari luar, konsep kedai dianggap tidak mewakili anak muda yang trendy. Tapi dia tak patah arang, menurutnya itu tantangan, meski sudah lazim orang melihat sesuatu dari penampilan. “Kami terus berbenah, termasuk menambah menu. Kami bukannya jelek banget. Malah ada sesuatu yang bisa di dapat dari sini,” tukasnya.
Menu-menu favorit di KedaiKopiKami beranekaragam. Tapi menu makanan, seperti nasi ayam bakar, nasi goreng sosis keju, nasi goreng teri cabai hijau, kopi tarik, teh sanger, sanger dingin, menjadi langganan pesanan terbanyak. Untuk bahan baku kopi, Nunki mengambil dari Aceh. “Kami mengambil kopi dari Aceh, tapi tidak monoton. Berganti-ganti untuk mencoba yang baru, tapi tetap kualitasnya dijaga,” jelasnya.
Langganan tetap di sini adalah artis penyanyi Ramona Purba yang sudah datang beberapa kali tanpa diketahui Nunksi. “Iya, abang itu ternyata suka datang kesini, sekali aku jumpai dan tanya kok bisa ke sini. Dia bilang, kopinya enak, ternyata dari Jakarta sudah sering kemari. Menu favoritnya reguler kopi dengan gulai merah,” bebernya.
Berbagai terobosan dilakukan Nunki untuk menghidupkan suasana yang biasanya ramai di Hari Jumat dan Sabtu. Dalam waktu dekat ini, KedeKopiKami akan buka pukul 07.00 WIB hingga 02.00 WIB. “Kami juga mau membuat member khusus KedaiKopiKami berhadiah nonton bioskop 21. Intinya ingin memanjakan pelanggan,” papar warga Jalan Komplek Pemda, Krakatau ini.
Kendala membangun usaha tetap ada. Menurut Nunki adalah saat menarik minat kosumen untuk datang dan menjadikan komunitas di lokasinya. Apalagi, saat itu modal juga pas-pasan. Sejatinya butuh Rp350 juta untuk sewa tempat dan beli bahan baku. Tapi Nunki hanya bisa dapat setengahnya. “Pelan-pelan, duitnya kami putar untuk beli perlengkapan kedai mulai proyektor dan aset pedukung kegiatan lainnya. Akhirnya dengan separuh modal itu kami berusaha memperbaiki. Memang berjalan lambat tapi sekarang sudah mulai stabil walau belum sehebat usaha orang lain,” bebernya.
Saat ini, Nunki sedang disibukkan dengan pekerjaannya sebagai pembuat maket, satu job terbesarnya adalah membuat maket untuk Bandara Kuala Namu, bandara baru yang akan dioperasikan di Sumatera Utara sebagai pengganti Bandara Polonia. Dia sudah membuat tiga maket. Selain itu maket jembatan menyusul. Perempuan berusia 35 tahun ini yakin bisa fokus ke dua bidang tersebut, kopi dan maket. “Sebenarnya ini penting karena i tanggung jawab ke semua orang. Sejauh ini saya bisa fokus ke dua-duanya dan tidak mengganggu, karena saya punya pegawai yang menghandle KedaiKopiKami. Tapi saya selalu datang ke sini, karena sudah dekat dengan komunitas yang ada di tempat kami,” pungkas Ketua Ikatan Alumni Arsitek USU ini. (nina rialita/terbit di Majalah Pengusaha Indonesia (Jakarta), edisi Februari 2013)
Note : KedeKopiKami pindah lokasi ke Jalan Setia Budi, depan Mie Aceh Titi Brobrok
You must be logged in to post a comment.