Ofita

Keahlian membuat beragam kue tiap momen lebaran menjadi berkah tersendiri buat Indriyani Safitri. Perempuan 42 tahun ini tak lagi risau dengan statusnya sebagai single parent, karena dari kue-kue tersebutlah dia mampu men.ghidupi anak, keponakan serta orangtuanya. Ya, Indri-sapaan akrabnya, dalam tiga tahun terakhir menekuni bisnis kue dengan label nama Ofita.

Dari usaha rumahan ini, Indri meracik aneka kue juga keripik. Namun, dari semua variasi buatan tangannya, produk unggulannya adalah kue bawang abon. Kue bawang inilah yg membuatnya dikenal di Medan. Kue bawang ini bentuknya beda dari kebanyakkan yang biasanya persegi empat atau memanjang. Di tangan Indri, kue bawang ini dibentuk layaknya sawi kecil dan di bagian bawah diisi abon, baik itu abon ayam juga sapi.

Dia mengisahkan, dirinya berani mengambil keputusan menjadikan kebiasaan membuat kue menjadi peluang mendulang uang lantaran bosan hanya membuat tanpa nilai ekonomis yang diterimanya. Dia mengatakan hampir tiap tahun jelang hari raya Idul Fitri, dia harus berjibaku dengan tepung dan membuat kue berkilo-kilo dengan begitu banyak jenis. “Dan itu tidak pernah sedikit, rutin tiap lebaran selalu banyak. Karena almarhum ibu dan bapak saya anak sulung di keluarganya, jadi semua adik-adiknya kumpul di rumah. Makanya kue harus banyak. Tapi belakangan, saya mikirnya kok capek ya buat terus, kenapa nggak dijadikan bisnis, apalagi keluarga suka dengan apa yang saya buat,” bebernya.

Selangkah kemudian, dengan modal hanya puluhan ribu di awal Indri membuat kue di luar momen lebaran. Kini, tak hanya lagi keluarga yang mencicipi. Dia memberikan tester ke kawan-kawan, juga ke rekan kerja bapaknya di Angkasa Pura II, hasilnya positif. Pesanan mulai berdatangan, terutama untuk kue bawang abon yang tampil menonjol di antara kue lainnya. “Ternyata pesanannya enggak tahunan lagi tapi jadi rutinitas harian. Sejak tiga tahun terakhir saya produksi tiap hari. Dengan ini saya sangat terbantu, apalagi sekarang sendiri harus memenuhi segala kebutuhan,” jelasnya.

Setiap hari, produksi kue abon bawang sekira 30 hinga 50 kilo kadang berlebih ditambah kue jenis lain. Jumlah ini bisa naik tiga hingga lima kali lipat jelang lebaran mencapai 150 kilo. Dalam pemasarannya, selain menawarkan ke koleganya, Indri juga sering mengikuti pameran UKM juga memberdayakan reseller. Dia mengemas ukuran 200 gram dengan harga Rp12.500 untuk dijual ke reseller dan reseller yang menjajakan di toko kue 200 gram tersebut dihargai Rp15 ribu. “Bisa juga beli langsung, sekilo harganya fleksibel, tapi standarnya Rp65 ribu,” beber ibu satu anak ini.

Nina-Ofita (2)

Untuk memenuhi permintaan kue bawang abonnya, Indri dibantu oleh satu karyawan yang juga anggota keluargnya, yaitu keponakan. Sedangkan, jumlah pekerja bisa bertambah di momen jelang lebaran. Untuk adonan kue bawang abon, Indri mengatakan menggunakan resep biasa layaknya kue bawang biasanya, hanya saja tidak ditambahkan daun sop yang sejatinya cirri khas kue bawang. Tambahan abon, menurutnya sudah mengkuatkan harum kue bawang. “Jadi enggak pakai daun sop lagi, sedangkan untuk abon saya beli yang sudah jadi. Biasanya paling banyak pesanan kue bawang abon ayam, karena enggak semua bisa makan abon sapi,” ungkapnya. Kue bawang abon yang dikemas plastik cantik buatan Thailand tersebut bisa bertahan tiga sampai empat bulan.

Indri mengaku untuk mempertahankan usahanya tidak mudah, apalagi geliat usaha kuliner di Medan yang sama dengannya sangat banyak. Tak cukup hanya kue yang unik saja, tapi juga butuh rasa yang enak dan mutu terjaga. Pun demikian, Indri menambahkan yang memproduksi kue bawang masih langka di Medan. “Ini keuntungan buat saya, makanya rasa kedepankan rasa dan mutu. Pengalaman selama ini ikut pameran dan membantu memasarkan, dari sepuluh orang yang mencicipi dan ditawarkan delapan orang pasti membeli. Mereka (konsumen) melihat bentuknya lucu, rasanya enak alhamdulillah pasti beli,” jelasnya.

Hanya saja, satu kendala yang dihadapinya saat ini adalah. Acapkali, kue bawang abon isi abon tersebut dikira berisi kacang. “Ada sebagian yang bilang mirip kacang intip, kue yang diisi kacang. Tapi, sejauh ini Alhamdulillah lancar sejauh ini,” pungkasnya. (nina rialita)
Ofita
Owner : Indriyani Safitri
Alamat : Jalan Masjid Gang Soto No 36 G, Helvetia, Medan
Nomor HP : 085213301455/081265236624

Leave a comment