Teri Bajak Medan

Menyebut daftar oleh-oleh pelancong saat menginjakkan kaki ke Medan, ikan teri satu diantara pilihan wisatawan. Ikan berukuran kecil yang dihasilkan dari laut daerah Sumatera utara ini, dikenal sebagai ikon Kota Medan yang tak terbantahkan. Namun, tak banyak yang menjadikan panganan berbahan baku ikan teri ini sebagai usaha, sebab biasanya ikan teri dibeli dan dijajakan dalam bentuk mentah kepada pembeli.

foto : dokumen Windi

foto : dokumen Windi

Nah, Windi Septia Dewi mulai menjajaki peluang usaha kuliner teri yang berhiaskan bumbu sambal menggugah selera lalu dikemas apik. Bisnis perempuan kelahiran 29 September 1991 ini dinamainya Teri Bajak Medan yang dibukanya sejak 17 Juni 2013. Windi-demikian sapaan akrabnya, memang telah lama punya rencana ingin memiliki usaha, namun keinginan tersebut masih ragu direalisasikan. Apalagi, sejatinya orangtuanya mendukung Windi bekerja sebagai PNS agar kehidupan terjamin dengan gaji yang jelas setiap bulan. Tekad menjadi pengusaha sudah terpatri, apalagi Windi tergugah saat membaca sebuah buku yang bernuansa religi. “Dalam buku tersebut, dituliskan Allah menjanjikan sepuluh pintu rezeki dan sembilan itu untuk pengusaha. Bahkan Nabi Muhammad pun seorang pengusaha. Nah, dari situ Windi tambah yakin dan ingin mengubah mindset banyak orang, kalau sukses itu enggak hanya ditentukan dari jadi PNS atau enggak,” ujarnya kepada Majalah Inspirasi Usaha, 13 Februari 2013.

Hal tersebut baru bisa diwujudkan saat Windi yang punya kegiatan nge-MC bertemu teman-temannya dari luar Medan selalu bertanya padanya dimana lokasi membeli teri Medan. “Saya enggak terbiasa kerja dengan jam kerja yang ditentukan, memang dari dulu mau buat usaha. Sampai akhirnya beberapa kali nge-MC, ada teman-teman EO dari Jakarta sering nanya soal teri Medan. Lalu, saya kepikiran, kenapa enggak jualan teri saja. Teri sudah dikenal banyak orang Indonesia, tapi belum ada yang mengangkat nama teri ke permukaan sebagai panganan jadi
Dari situlah mulai bisnis teri sebagai oleh-oleh Medan ini,” paparnya.

Langkah awal, Windi mengeluarkan modal Rp500 ribu untuk belanja bahan baku teri dan bumbu. Tahapannya, Windi dibantu oleh sang ibu yang memang pintar masak. Ibunda yang bersuku batak (Masrukiah Simanjuntak) dan lihai meramu sambal yahud menjadi keunggulan produk ini. “Mama yang bantu, bumbunya mama juga yang buat. Untuk menguatkan rasa, kami menggunakan daun bawang batak sehingga sambal terinya lebih khas. Ini produk sehat, kami tidak menggunakan pengawet dan tahan teri sambal ini tahan sampai satu bulan,” timpalnya.

Setelah teri digoreng, dicampur sambal kemudian dikemas dalam bungkus plastik. Windi menggunakan logo yang menarik dipandang mata dan menggugah selera. Ada empat jenis teri dan sambal yang ditawarkan, teri Medan sambel merah/rawit ukuran 150 gram dengan harga Rp30 ribu, teri Medan kacang sambal merah/rawit dengan 150 gram Rp30 ribu, teri belah sambel merah/rawit 150 gram Rp30 ribu dan teri belah kacang sambal merah/rawit 150 gram Rp30 ribu. Teri Bajak Medan juga menyediakan teri mentah, dengan harga Rp25 ribu untuk 200 gram, atau ukuran lain 500 gram dengan Rp60 ribu dan Rp110 ribu untuk ukuran 1 kilo.

Semula pemasarannya masih murni mengandalkan online, twitter dan instagram, line, BBM juga blog. Tapi sekarang seiring dengan waktu, Teri Bajak Medan sudah bisa ditemukan di toko oleh-oleh Aroma Bakery Jalan SM Raja Medan dan juga pusat oleh-oleh Nusantara Jalan T Amir Hamzah No 17. “Semua orang tahu pemasaran via online enggak banyak biaya tapi bisa menjangkau sampai luar negeri. Tapi ya alhamdulillahnya sekarang juga sudah bisa melebarkan sayap, produk Windi sudah bisa ditemukan di pusat jajanan oleh-oleh Medan,” ucapnya.

foto : dokumen Windi

foto : dokumen Windi

Windi mengakui tidak terlalu sulit menjual Teri Bajak Medan, selain teri memang enak dan sudah dikenal, sambal spesial, nama produknya juga unik dan memantik reaksi ingin tahu pembeli. Penambahan kata Bajak di tengah, sebenarnya diilhami dari lokasi makanan ini diproduksi. Di Medan, ada sebuah lokasi di kawasan Kecamatan Medan Amplas, di mana nama Jalannya dihiasi dengan kata Bajak. Windi dan keluarganya sendiri tinggal di Bajak V. “Awalnya banyak nama-nama yang jadi kandidat. Tapi saking banyaknya jadi bingung. Karena nama yang kepikiran ribet semua, sampai saat jalan pulang ke rumah masih sambil mikir. Terbaca alamat rumah Jalan Bajak V. Akhirnya jadi TERI BAJAK. Biar cepat jualannya. Terus, kalau sekarang sih saya bilang Teri Bajak akan membajak lidah Indonesia,” ungkapnya sambil tersenyum.

Lantaran terbilang masih baru, Windi belum produksi dalam jumlah banyak. Dalam seminggu ada tiga sampai empat kali produksi dan dibantu dua pegawai. Dengan bahan baku yang masih didapat dari pasar tradisional, sekali produksi bisa menghabiskan 20 kilo teri. Dalam sebulan bisa laku terjual 600 bungkus dengan omset belasan juta. Urusan pelanggan, Windi mengatakan Teri Bajak Medan sudah dinikmati oleh konsumen dari Jakarta, Bandung, Jogja, Papua dan ada juga konsumen yang keluar negeri ke Australia, Makkah dan Paris yang memesan terinya

Teri Bajak Medan-Owner-Windi (1)

Untuk tetap bertahan, Windi mengaku terus berinovasi. Produknya juga dalam waktu dekat akan bertambah variannya. “Produk awal hanya teri sambal, teri mentah, sekarang sudah ada kue bawang teri. InsyaAllah bentar lagi launching sambal durian teri. Target ke depan, saya ingin terus memperkenalkan Teri Bajak Medan sebagai oleh-oleh khas Medan, agar setiap yang ke Medan ya ingatnya ini, dan enggak hanya berpatokan ke bika ambon saja. Mudah-mudahan di sisi lain, anak muda yang seusia saya bisa termotivasi juga untuk punya usaha juga,” pungkasnya. (nina rialita/terbit di Majalah Inspirasi Usaha edisi Maret 2014)

Teri Bajak Medan
Owner : Windi Septia Dewi
Alamat : Jalan Bajak V, Kecamatan Medan Amplas, Medan-Sumatera Utara
Telepon/SMS : 08116155866
Line : teribajak
PIN : 754233C9

Leave a comment